Siang itu kelas sangat ramai akan kegaduhan dari suara para murid. Mereka berbincang sambil mengeluh karena nanti setelah pulang sekolah akan ada latihan upacara penyambutan untuk tamu penting. Ada juga beberapa murid yang berbincang mengeluhkan hal-hal yang tidak penting, berbeda dengan dua manusia yang tengah duduk di ujung kelas, yang satu tengah sibuk dengan ocehan yang tidak pentingnya dan yang satu lagi cuek mengabaikan gadis itu seolah-olah ia tidak ada.
"Alana besok ada acara nggak?" tanya Aryn.
"Les fisika sepulang sekolah, setelah itu rapat osis." ujar Alana sambil menyedot minumannya.
"Yah. lo mah sibuk mulu, sehari aja nggak belajar kenapa sih?" cemberut Aryn.
"No. No," Ia menyilangkan tangannya di depan dada." belajar itu ibaratkan darah dan daging gue." Lanjut Alana.
"Lebay lo!" cibir Aryn, lalu menampar pelan pipi sahabatnya itu.
Alana terkekeh "Emang kenapa sih, tumben lo nanya gue ada acara atau nggaknya?" tanyanya penasaran.
"Minta temanin ke toko buku, stok baca gue udah habis"
"Dasar. Hobi lo baca, cuman baca buku pelajaran aja paling anti. Tu otak isinya halu semua?" cerocos Alana.
"Sialan lo. Otak gue lebih kreatif dari pada otak lo yang cuman fokus pada pelajaran. Gue nggak mau cepat ubanan karena mikirin pelajaran terus." sindir Aryn tak mau kalah.
"Ubanan bukan karena sering belajar, tapi karena stres. Itu karena hormon norepinefrin yang dilepaskan ketika tubuh masuk ke mode fight-Tight saat kita merasa atres atau tertekan dan-"
"Udaah. Stop, Cukup. Gue nggak ngerti apa itu norepipin atau apalah itu gue nggak mau tau. Bisa-bisa kepala gue keluar asap karena mikirin pelajaran" potong Aryn kesal.
"Norepinefrin bukan norepipin Aryn." perbaiki Alana, karena temannya ini salah mengucapkan.
"Terserah, lidah gue kaku kalau bicara bahasa inggris." katanya lalu bangkit dari duduk.
"Mau kemana?" tanya Alana.
"Kantin. Cacing di perut gue udah demo dari tadi mintak di isi." ujarnya sambil memegangi perut.
"Ikut" susul Alana.
Saat dikantin semua siswa berdesakan karena mengantri makanan, kebetulan sekolah mereka adalah sekolah yayasan yang dari Sd hingga Sma. Akibatnya kantin jadi penuh karena mereka, belum lagi ada anak sd yang menangis karena tidak kebagian jatah makanan yang ia sukai.
Desakan demi desakan mareka dapati dari siswa lain, membuat Alana jadi tak berselera lagi untuk makan. Ia memilih menjauh dari sana lalu mencari tempat duduk kosong dan membiarkan Aryn yang memesan makanan mereka. Sahabatnya yang satu itu kalau sudah lapar tak akan pandang orang-orang disekitarnya baik itu anak kecil sekalipun. Jadi untuk urusan makan ia lebih menyerahkannya pada Aryn.
Lima menit kemudian tak butuh waktu lama Aryn sudah membawa dua mangkok bakso di kedua tangannya dengan senyum bahagia ia berjalan kearah Alana.
"Silahkan tuan putri Alana" ujar Aryn sambil menaruh mangkok bakso diatas meja sahabatnya itu.
Sambil menahan senyumnya Alana pun berkata, "Terima kasih sajiannya Aryn-ku"
"Cih, giliran gini aja sopan lo" sindir Aryn lalu, menyuap kuah baksonya.
Alana pun terkekeh, "eh Astra kemana sih? tumben banget tu anak nggak gabung."
"Tau tuh, palingan sedang di kejar-kejar cewek lagi." terka Aryn.
Beberapa menit kemudian tak lama perbincangan mereka tentang Astra, orang yang dibicarakan pun duduk di sebelah Aryn. Sambil meneguk aqua, ia menyeka keringat yang membasahi keningnya.
"Gila, capek banget. Gini amat ya jadi cowok cakep, dikejar mulu." keluhnya lalu menyandarkan tubuhnya di lengan Aryn.
"Keringat lo bau Astra! Badan lo juga berat. Awas ih!" kata Aryn lalu mendorong Astra menjauh, membuat laki-laki itu sedikit terhuyung kearah kanan.
"Butuh di permak nggak wajahnya? biar nggak dikejar cewek lagi?" ujar Alana.
"Boleh deh kalau Ana yang permak." ujar Astra sambil menyodorkan wajahnya.
"Dih, jijik gue!" kata Aryn memasang ekspresi seolah-olah akan muntah.***
Sudah lewat dari sejam waktu istirahat berlalu, para siswa pun kembali ke dalam kelas dan belajar. Beberapa ada yang mengantuk dan bosan karna mendengar ucapan dari seorang guru wanita yang tak henti-hentinya menyombongkan prestasinya. Guru yang seperti ini adalah tipe yang tidak baik dan sombong, kenapa dia bisa menjadi seorang guru?
Hingga ketukan pintu dari arah luar membuat guru itu berhenti mengoceh, lalu berjalan kearah pintu. Dari balik sana ia berbicara sambil sesekali tersenyum. Lalu sedetik kemudian seorang laki-laki berseragam putih abu masuk mengekori guru wanita tersebut dengan tas yang masih tersandang di pundaknya.
Rambut gelap yang sedikit acak-acakan itu tampak cocok dengannya, begitu juga dengan kulit yang putih. Ia berjalan di belakang mengikuti guru wanita itu. Ekspresi yang kelewat datar membuat orang-orang langsung berspekulasi bahawa ia adalah anak yang memiliki sifat dingin.
"Baiklah perhatian semua!" ujar guru wanita itu sambil memukul pelan meja. Membuat perhatian siswa langsung tertuju pada si murid baru. Beberapa ada yang berdecak kagum karena kulitnya yang sangat putih, dan beberapa lagi ada yang terpesona akan ketampanannya.
"Kita kedatangan murid baru. Baiklah silahkan perkenalkan diri kamu." ujar guru wanita tadi mempersilahkan.
Laki-laki itu terdiam untuk beberapa saat, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum mengeluarkan suara.
"Saya Hiro!" ujarnya, lalu diam tak melanjutkan.
Semua mata tertuju padanya, sedikit heran karena perkenalan singkat dari sang murid baru itu. Mereka berfikir laki-laki bernama Hiro itu adalah tipe yang tak banyak bicara, dingin dan berandalan. Akan tetapi berbeda dengan tampilannya, walaupun rambut sedikit panjang akan tetapi baju yang dipakainya sangat kelewat rapi, di tambah dengan dasi yang terikat apik disana.
"Cuma itu?" tanya guru wanita tadi, lalu di jawab dengan anggukan oleh Hiro.
"Baiklah kalau begitu silahkan duduk, cari kursi kosong saja ya." ujar guru wanita itu mempersilahkan.
Hiro sedikit menunduk kala tatapan para gadis tertuju padanya. Ia sangat tidak menyukai tatapan itu, hingga sampai dari tempat duduknya ia merebahkan kepalanya diatas meja lalu meletakkan kedua tangan sebagai tumpuan untuk menutup wajahnya.
Ia sudah berjanji dengan dirinya kemarin, untuk tidak takut dengan hal sepele seperti ini. Ia juga mengurungkan niatnya untuk tidak bunuh diri, mungkin lain waktu ia akan mencoba lagi atau mungkin tidak. Sekarang disinilah ia, duduk di dalam kelas yang di penuhi oleh puluhan orang. Butuh keberanian penuh untuk pergi ke sekolah, walaupun ia sedikit terlambat datang setelah waktu istirahat berlalu.
"Halo!" sapa seorang gadis dari arah kanannya.Hiro sedikit kaget. Membuat gadis itu terkekeh pelan.
"Kenapa kaget?" bisiknya, ia sengaja memelankan suaranya karena takut di dengar oleh guru. Lagi pula guru wanita itu masih melanjutkan acara menyombongkan dirinya, membuat gadis itu sedikit bosan.
"Alana." ujarnya. Tangannya mengembang di udara menunggu tangan yang lain menyambutnya. Akan tetapi cukup lama ia menunggu, Hiro tak kunjung menyambut tangan gadis itu, membuat ia kembali menarik tangannya.
"Baiklah, semoga betah duduk sebelah gue ya" ujarnya tersenyum, lalu kembali membaca buku yang ada di hadapannya.
"Semoga saja." ujarnya pelan, hampir tak terdengar oleh telinga orang-orang. Begitu juga dengan gadis tadi.Tbc
Haloo :)
Sampai sini gimana menurut kalian ceritanya? ada yang masih kurangkah? kalau ada bisa kasih saran kalian di kolom komentar yah.
Oh iya, gimana kabarnya. Baik atau malah sebaliknya?
Kalau misalkan baik, Alhamdulillah aku turut bahagia, tapi kalau tidak. Semangat ya, aku tahu pasti sulit. Nggak apa kok untuk istirahat sebentar, tapi jangan lupa setelah istirahat semangat lagi yah. Kalian kuat, berharga sama seperti yang lain. Jadi semoga kalian semua di beri kebahagiaan dan di kelilingin oleh orang-orang baik yah.
Terima kasih 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Teen FictionHiro, begitulah orang-orang memanggilnya. Seorang penyendiri yang pernah kehilangan hebat di masa lalu hingga merenggut terang kehidupannya. Ia harus merasakan sendiri pahit dan kelamnya kehidupan. Membuat ia harus mengambil jalan yang salah, dan be...