Penolakan

83 38 102
                                    

Bukankah rata-rata manusia itu baik?

Senin pagi. Seperti biasa, kesibukan yang tiada henti di mulai kembali. Tidak ada orang yang benar-benar menyukai hari senin kecuali ia si maniak pecinta kesibukan. Siapa yang menciptakan hari senin dan kenapa ia menciptakannya?

Setelah libur, orang-orang kembali dipaksa melakukan kegiatan yang membuat mereka harus berbohong dan berperilaku bahagia padahal di hati tidak. Ribuan wajah palsu begitu banyak digunakan setiap harinya, saking seringnya memakai topeng mereka jadi terbiasa. Sehingga mengabaikan hati yang terluka. Mengabaikan perasaan sendiri untuk memuaskan nafsu.

Kenapa mereka tidak pernah puas dengan hasil yang mereka dapatkan? Belum cukupkah untuk menyakiti raga, dan sekarang kenapa malah menambah untuk menyakiti hati. Tidak bisakah berhenti mempermainkannya? Bukankah mereka cukup lelah dengan kebohongan yang di buat sendiri.

Senin pagi, Hiro kembali duduk di kelas yang berisi puluhan manusia. Sangat sesak berada di antara mereka, tak bisa menghirup atau pun bergerak dengan leluasa. Kenapa waktu tidak bisa berjalan dengan cepat agar ia bisa pulang dan mengurung diri dengan puluhan kesibukan yang ada dirumah.

Bertahan memanglah tidak mudah, apalagi jika kau hidup sendiri di dunia yang kejam ini. Tidak ada siapapun yang menyemangati bahkan sekeder mendorong pun tidak. Kalian tidak akan pernah tau laki-laki yang bernama Shehzal Arran adalah seorang laki-laki yang mempunyai sifat periang, humoris, bahkan selalu tersenyum, dan kalian juga pasti akan terkejut jika laki-laki itu adalah orang yang sama dengan sang pemilik nama Hiro. Raga memang sama akan tetapi hati dan sifatnya tak lagi sama seperti dahulu.

Ia sengaja mengubah namanya sendiri agar tidak ada yang mengenali dirinya, bahkan untuk Ayahnya sendiri. Baginya Shehzal Arran sudah mati, sekarang hanyalah ada Hiro. Ia telah lama membunuh nama dan sifatnya yang dulu. Seiring berjalan waktu ia kehilangan jati diri, begitu juga dengan minatnya untuk hidup. Emosi pun sudah tak ia rasakan lagi, seperti monster saja.

Ia tak terlalu mengerti tentang dirinya, lantas siapa lagi yang akan mengerti tentang dirinya? Teman atau sahabat. Bahkan ia sama sekali tak pernah memiliki mereka, apalagi dengan keluarga yang telah lama meninggalkannya.

Tampak hening saat ini karena semua fokus murid berpusat pada pelajaran dan guru yang menerangkan di depan kelas. Hingga sedetik kemudian satu kertas berhasil jatuh di atas meja Hiro, kertas berwarna Biru langit itu berada tepat di sisi lengan Hiro. Heran ia pun langsung membukanya.

Jam istirahat nanti datanglah ke atap

Begitulah isi tulisan dalam surat tersebut. Hiro pun menaruh atensinya pada seorang gadis yang tengah tersenyum padanya, sambil mengeluarkan jari berbentuk huruf v di pipi kanannya. Hailey, gadis yang menurut Hiro begitu memikat dan membuat ia selalu penasaran dengannya. Saat tau kertas tersebut dari Hailey, ia pun buru-buru memasukkannya ke laci meja lalu kembali fokus pada guru yang sedang berbicara di depan.

Saat jam istirahat Hailey pun langsung menuju atap, sambil membawa paper bag berwarna biru muda ia tersenyum lalu melihat pada Hiro sebentar.

"Gue tunggu" ujarnya lalu berjalan keluar.

"Ai mau kemana?" tanya Aryn.

"Ada perlu sebentar, lo duluan aja nanti gue nyusul" jawab Hailey yang dijawab dengan anggukan oleh Aryn.

Sambil memandang ke kaca jendela Hiro menghela napas berat, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya lalu menyandarkan badan pada kursi.

Semua orang sudah pergi meninggalkan kelas karena berhamburan ke kantin untuk mengisi perut yang kosong. Tinggallah Hiro dengan rasa bimbang yang menerpanya, ia masih belum memahami perasaannya sekarang. Apakah sebaiknya mulai terbuka dengan orang lain? Atau malah terus berdiam diri di zona nyaman ini.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang