Langit sepertinya sangat sedih. Buktinya hujan tadi pagi belum reda hingga sekarang. Seorang laki-laki menengadah sambil mengulurkan tangannya untuk menampung air yang jatuh dari atap. Kabut tebal sudah menutupi kelilingan danau yang berada di dekatnya. Ia berteduh di sebuah taman yang tak jauh dari jalan raya, memilih menjauh dari bisingnya kehidupan kota Jakarta. Ada kalanya juga untuk menyendiri, menenangkan pikiran dan hati dari kebohongan dunia.
Ia pernah berpikir kalau seisi dunia begitu mengganggu. Semua orang kecuali dirinya terlihat sangat sibuk menjalani kehidupan mereka, bahkan ia sudah tak mampu lagi untuk menuntun kaki. Tubuh pun terasa berat meski dirinya sudah tertinggal sangat jauh. Kecepatan yang di pacu pun sering kali tersandung. Begitu juga dengan hati, semakin sakit hingga tak bisa berkata-kata lagi.
Bahkan mempercayai kata-kata yang keluar dari mulut orang pun sudah tak ia dengarkan lagi, karena banyaknya kebohongan yang diterima setiap waktu. Direndahkan, diabaikan, dan diasingkan sering kali di dapatinya. Manusia tak pernah puas dengan hasil yang mereka dapatkan. Walaupun hasilnya itu sangat mengagumkan bagi orang kalangan biasa seperti dirinya.
Terkadang ia juga takut pada diri sendiri. Takut karena tak bisa mengendalikan ego, dan takut akan kelemahan yang terlihat oleh orang lain. Karena itu ia menjadi pribadi yang tak sabaran dan sering kali gelisah. Keserakahan yang dulu maupun sekarang bagaikan senjata, sehingga menjerat dan menjadi penjara untuk dirinya sendiri. Begitu pun membandingkan diri dengan orang lain. Sudah seperti makanan sehari-hari baginya. Sejatinya semua orang itu munafik, semua orang tau kecuali dirinya sendiri. Sandiwara yang tiada henti membuat lelah saja.
Kenapa begitu sulit menjadi pribadi yang di inginkan orang-orang? Bahkan untuk mencintai diri sendiri harus meminta izin dulu pada orang lain. Kenapa juga terus bersembunyi di balik topeng yang ia buat sendiri, terlalu sulit untuk dilepas.
Begitu lelah mengejar sesuatu yang tak pasti, seperti mengejar cahaya yang tak ada ujungnya. Seakan tak dibutuhkan siapa pun di dunia ini. Bahkan sempat terpikir juga bahwa kelahirannya adalah beban dan bencana untuk orang banyak.
Tempatnya berpijak sekarang begitu dingin seperti salju, sangat sakit hingga menusuk tulang. Berulang kali ia mengulurkan tangan, tapi hanya angin dan gema saja yang menyambut. Sangat kesepian seperti paus biru yang tidak punya siapa-siapa, berteriak sekeras mungkin berharap ada yang mendengar.
Ia berharap hujan turun sepanjang hari, dengan begitu orang-orang tidak akan melihat kearahnya. Payung bisa menyembunyikan raut kesedihan bukan? karena disaat hujan orang-orang hanya akan sibuk dengan diri mereka sendiri. Sibuk dengan kesedihan mereka masing-masing. Ia yakin bukan hanya dirinya saja yang paling menderita didunia ini, langit saja menangis mendengar jeritan hati. Seakan merengkuhnya dengan tumpahan air yang jatuh ke bumi.
Gemercik air terdengar jelas ditelinganya, sambil menutup mata ia membiarkan bunyi hujan masuk kedalam indra pendengarnya. Sesekali ia bersenandung, mengikuti irama hujan yang jatuh diatas kaleng-kaleng bekas. Baru kali ini ia merasa nyaman, menghirup bau tanah yang basah akibat hujan.
Apakah ini yang namanya hidup?
Saat tengah asik menikmati kesendirian, seorang laki-laki berlarian kearahnya. Membuat ia menatap pada laki-laki tersebut. Tangan yang sengaja diangkat untuk melindungi kepala dari derasnya hujan membuat ia memandang aneh. Bukankah itu perbuatan yang sia-sia saja. Kenapa terus mencoba walaupun kenyataannya akan basah juga.
Laki-laki itu sempat melirik kepadanya, hanya sebentar lalu mengalihkan pandangan. la tak peduli dengan pakaian yang basah. Akan tetapi tas yang berada disampingnya sangat ia lindungi dari derasnya hujan. Laki-laki itu sempat mengumpat kecil, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang berwarna hitam itu. Sebuah kertas kecil, mungkin itu surat. la tidak tau pasti juga surat apa yang dipegang oleh laki-laki tersebut, jadi ia hanya mengabaikan saja dan kembali fokus melihat ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Teen FictionHiro, begitulah orang-orang memanggilnya. Seorang penyendiri yang pernah kehilangan hebat di masa lalu hingga merenggut terang kehidupannya. Ia harus merasakan sendiri pahit dan kelamnya kehidupan. Membuat ia harus mengambil jalan yang salah, dan be...