Dengan jaket kulit bewarna hitamnya, Yamada Ryosuke berjalan cepat menuju sebuah restoran tempat yang dijanjikan. Kedua matanya tajam mencari sosok sang pengundang, Tcih belum datang rupanya.
"Tuan Yamada Ryosuke?" Tanya seorang pelayan yang tiba-tiba mendatanginya
"iya"
"silahkan tuan, kursi untukmu dipesan diruang VIP, mari ikuti saya"
Ryosuke dibawa menelusuri lorong yang lumayan panjang dengan lampu temaram yang nyaman dimata dan membuat siapapun betah berada disini
"Silahkan" kata si pelayan sembari membuka pintu, membuat Ryosuke bertemu pandang dengan si pengundang
"duduklah anak miskin"
Gigi Ryosuke dibuat gemeretak mendengarnya, dengan kasar lelaki bermata indah ini menarik kursi dan kini mereka berdua sudah berhadapan
"langsung saja, apa maumu Yabu" tegas Ryosuke
"aku ingin menikahkan Yuri dengan laki-laki berpendidikan pilihanku, terima kasih sudah menjaga anakku selama ini. Aku ada sedikit hadiah untukmu" kata lelaki yang dipanggil Yabu itu, ia membuka koper yang berisi uang diatas meja
"aku tidak butuh semua ini, rupanya sang ayah tidak bisa membujuk putrinya ya? Kau pikir bisa membuatku menuruti kemauanmu" ejek Ryosuke, senyumnya semakin membuat kesal lelaki yang lebih tua
"menderita kanker, dan membutuhkan perawatan, biaya kemoterapi dan obat-obatan tidak bisa dicover dengan asuransi kesehatan murah yang kalian ikuti. Yamada Ryosuke, aku tau kau memerlukan uang ini untuk kesembuhan ibumu"
"........." Ryosuke terdiam, bingung mengapa si tua ini bisa tahu tentang diirinya sampai sejauh ini
"aku bisa mengcover seluruh biayanya, aku tidak minta apapun darimu. Cukup tinggalkan Yuri, lalu patahkan hatinya. Putriku pantas mendapatkan laki-laki yang lebih baik darimu, yang menjamin kehidupan dan masa depannya" sambung Yabu menatap mata Ryosuke dengan sengit.
-00-
Suara sirine ambulance begitu memekakkan telinga, beberapa mobil polisi dengan lampu biru merahnya yang berkedip-kedip memenuhi halaman rumah Yabu yang biasanya sangat gelap. Beberapa tetangga berkumpul di gerbang depan, saling berbisik dan bergumam menerka-nerka apa yang terjadi pada rumah besar putih disana.
"moshi mosh-------"
Yabu yang mendengarnya melangkah kasar ke atas meja, menatap laptopnya dengan penuh amarah dan tangan yang mengepal. Kedua matanya sedang menatap putri satu-satunya itu sedang melakukan live streaming bersama Ryosuke.
"keparat itu, bagaimana ia bisa masuk kedalam kamar putriku!" umpat Yabu, ia menatap pada polisi yang berdiri mengelilinginya dan beberapa dokter yang sengaja ia panggil kerumahnya.
Hari ini Yuri mengirimkannya pesan singkat yang berisi ancaman bunuh diri secara live jika Yabu tak menuruti semua kemauannya.
Yabu tak bisa melakukan apapun karena takut putrinya akan bertindak nekat dan memilih menuruti putrinya dengan tidak masuk kekamarnya apapun yang terjadi. Yuri berkata bahwa ia akan mengutarakan isi hatinya secara live, dan Yuri ingin sang ayah mendengarnya.
"selamat malam Ayah..."
Yabu menonton live itu dengan perasaan yang tidak karuan dan terus mengumpati Ryosuke, dalang dibalik ini semua
"halo semua yang saat ini sudah bergabung di channel kami –Ryomeo and Yuriet- , anoo terima kasih untuk 1 juta subscribe nya yah. Kami senang kalian menikamati content kami berdua" kata Yuri terbata-bata
"halo, selamat malam. Yamada Ryosuke disini. Terima kasih untuk para RyoRi shipper yang sudah bergabung, halooo semuanya. Etto mungkin konten hari ini tidak seperti biasanya, hari ini kami ingin membuat sebuah pengakuan kepada ayah Yuri. Selamat malam om, aku yakin om sudah menantikan live streaming kami dari pagi" mendengar ocehan Ryosuke, Yabu memukul meja dengan sangat kuat
"lansung saja ! ayah ... aku sangat menyayangi ayah, tapi aku tidak bisa menghapus rasa cintaku pada Ryosuke. Aku tidak bisa hidup tanpanya, kami sudah ditakdirkan bersama. Ayah aku mohon ayah bisa menjaga diiri ayah baik-baik. Aku yang tidak bisa memilih ingin mengikuti ayah atau Ryosuke memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Ryosuke akan ikut bersamaku, iya kan Ryosuke?"
"iya" jawab Ryosuke
"Ayah... selamat tinggal"
Yuri mengambil dua buah gelas, yang bisa kita tebak adalah racun dan bersulang dengan Ryosuke. Keduanya menegak racun itu dengan lahap seolah itu adalah jamuan terlezat yang pernah mereka rasakan.
"TIDAAAK, YURIIII.. DOBRAK KAMARNYA SEKARANG DOBRAAAAAAK !!!!"Yabu berteriak histeris dan berlari memerintahkan para polisi yang ia panggil untuk mendobrak kamar Yuri. Semuanya berlari menuju kamar Yuri tempat keduanya melakukan live streaming.
BRAAAK
"YURIIIIIIIIIII"
Kedua mata Yabu membulat, tidak ada apa-apa disana. Yuri dan Ryosuke tidak ada disana, kamarnya masih tersusun rapi seolah tidak ada yang menempati. Kemana putrinya?
Yabu berlari kembali mendatangi laptopnya, dilihatnya putrinya tergeletak di meja dengan mulut yang berbusa, Ryosuke yang berada disebelahnya juga tak kalah mengenaskan. Keduanya tewas dalam memperjuangkan cinta mereka, seperti legenda Romeo and Juliet.
"YURIIIIIIIIIIIIIII" teriak Yabu penuh amarah
-00-
"Yuri bangun" bisik Ryosuke
"live nya sudah berakhir?"
"sudah, aku sudah mencabut kabel powernya. Ayo bangun" kata Ryosuke sambil mengelap busa buatan yang masih menempel di bibir kekasihnya. Mereka berdua berada disebuah gudang yang dengan sengaja Ryosuke hias mirip dengan kamar Yuri.
Sebuah ide jenius untuk memalsukan kematian keduanya ini muncul ketika Ryosuke menonton serial Girl From Nowhere yang menampilkan adegan bunuh diri dengan live streaming. Keduanya kemudian cepat cepat membereskan gudang itu dan pergi dari sana.
"ayo kita mulai hidup yang baru, Yuriet"
"dengan senang hati, Ryomeo"
Selesai
ini adalah oneshoot favoriteku :') semoga kalian juga suka yaa, terima kasih sudah mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fabulous Story
General FictionKumpulan cerita oneshoot berbagai kapal pada Hey! Say! JUMP... Setiap kapal yang berlayar memiliki badainya masing-masing. Entah karam entah sampai ke tujuan tidak ada yang tau.... Bisakah kau menyimak pelayaran ini sampai selesai?