5/20

940 163 141
                                    

Kayaknya udah mulai rame, nih! Next chapter diupdate kalo masih rame, ya!

Kayaknya udah mulai rame, nih! Next chapter diupdate kalo masih rame, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joanna menatap Johnny yang sedang menyibak rambutnya ke belakang. Membuat wajah tampan dan aura jantannya semakin terlihat. Hingga membuat jantung Joanna berdegup kencang bahkan di pagi buta seperti sekarang.

Ini wajar, reaksi jantung berdebar bukan hanya karena belum sarapan dan sedang jatuh cinta saja. Namun juga karena panik, cemas, atau stress datang. Dalam kasus Joanna saat ini, dia berdebar karena panik. Panik karena baru kali ini bisa dekat dengan laki-laki selain Jeffrey.

"Kamu satu angkatan dengan Jani?"

"Iya, kamu?"

"Apa wajahku terlihat sebagai mahasiswa?"

"Alumni, ya? Jadi, aku harus panggil Kakak?"

Johnny tertawa, lalu menciptakan air pada rambut Joanna yang masih belum seutuhnya basah.

"Terserah. Aku tidak memaksa."

Joanna ikut tertawa, lalu membalas cipratan air Johnny sekarang juga.

Namun, tiba-tiba saja Jeffrey datang. Dia langsung melepas kaos dan celana. Lalu ikut memasuki jacuzzi tepat di belakang Joanna. Tanpa Johnny tahu, Jeffrey juga sudah melingkarkan tangan di perut Joanna. Memeluknya dari belakang tanpa terlihat karena air jacuzzi disetel berombak kencang.

Joanna menoleh ke belakang. Wajahnya tampak kesal dan ingin memprotes tindakan Jeffrey sekarang. Namun, kini dia urungkan karena enggan menimbulkan keributan dan membuat Johnny berpikir yang tidak-tidak tentang mereka.

"Menjauh sana!"

Joanna maju beberapa langkah, membuat tubuhnya bertubrukan dengan Johnny tanpa sadar. Membuat Jeffrey menyunggingkan senyum masam ketika melihat Johnny yang tampak kesenangan dan mulai melingkarkan tangan pada pinggang Joanna.

"Jangan dekat-dekat Johnny! Dia sudah menikah!"

Jeffrey langsung menarik tangan Joanna, membuat tangan Johnny terlepas.

"Serius?"

Tanya Joanna dengan wajah merasa bersalah. Karena dia sempat tertegun dengan paras tampan suami orang.

"Menikah dengan Mamamu? Kau mau aku jadi Papa tirimu?"

"Fuck you!!!"

Jeffrey dan Johnny sedang bergulat sekarang. Memuat Joanna tertawa dan menyoraki mereka. Tidak peduli kalau sejak tadi Jani mengamati mereka dengan nyawa yang masih belum terkumpul sempurna.

5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5. 50 PM

Jani, Joanna dan Jeffrey memutuskan untuk pindah ke penginapan yang lebih besar bersama Johnny dan yang lainnya. Apalagi kalau bukan karena usulan Bulan yang kasihan dengan Joanna. Awalanya Jeffrey menolak dengan alasan ingin lebih private bersama pacarnya. Namun penolakan Jeffrey segera diralat setelah Johnny usul membawa Joanna ikut bersama dirinya jika dia dan Jani ingin berduaan saja.

Joanna sedang berada di tepi kolam. Menatap 10 orang yang sedang berendam di sana. Padahal, hari sudah hampir malam. Namun mereka seperti berkulit tebal karena tampak begitu tahan dengan dinginnya air kolam.

Tidak lama kemudian Jani naik, lalu disusul oleh Jeffrey dan yang lain. Sebab, hidangan makan malam telah tersaji dan membuat cacing-cancing di perut mereka ingin segera diisi.

"Obatmu jangan lupa diminum."

Joanna mengangguk singkat, lalu membuka obat yang baru saja Jani lempar di pangkuannya. Obat demam yang Ariana siapkan pada satu jam sebelum Jeffrey menjemput mereka.

"Aku dan Jeffrey nanti pakai kamar ini, ya? Kamu bisa tidur di kamar paling depan. Kamar itu berisi barang-barang saja."

Lagi-lagi Joanna hanya mengangguk saja, lalu menatap Jani yang sedang berganti pakaian di depannya. Tanda kemerahan di dada dan bawah pusar Jani juga terlihat begitu jelas, membuat Joanna mulai memalingkan wajah karena hatinya berdenyut sakit tiba-tiba.

"Jangan lupa pakai pengaman!"

"Kalau itu tidak perlu disuruh, aku sudah stock banyak tanpa kamu tahu!"

Ucap Jani sembari menunjukkan puluhan alat kontrasepsi pria yang disimpan dalam pouch make up miliknya sendiri. Membuat Joanna menyerengit jijik karena di sana juga ada lipstick dan bedak Jani.

"Hati-hati bocor---"

"Aku sudah pro! Tidak perlu diberi tahu! Sudah kutiup terlebih dahulu sebelum dipakai pacarku!"

Jani terkekeh pelan, karena dia senang sekali menggoda Joanna seperti sekarang.

"Joanna, kamu tidak mau mencoba lagi? Johnny, sepertinya dia tertarik padamu. Bule loh! Big size pasti!"

"Sembarangan!"

Joanna mendengus kesal, lalu merebahkan diri di atas ranjang. Membiarkan Jani keluar kamar dan meninggalkan dirinya dengan kekehan.

"Di mana Joanna?"

Tanya Jeffrey yang saat ini sedang makan bersama teman-temannya. Karena mandi Jani cukup lama dan membuat mereka tidak sabar.

"Rebahan, pusing kepala katanya. Tapi sudah kuberi obat."

Raut wajah Jeffrey tampak khawatir, lalu menatap kamar yang ditempati Joanna saat ini.

"Sudah makan? Suruh makan sebentar, Jan. Kasihan."

Usul Bulan selaku orang yang paling tua diantara mereka. Jadi, tidak heran kalau dia cukup perhatian meskipun pada orang yang baru saja dikenal.

Jeffrey ingin berdiri, namun segera diurungkan setelah Johnny mengambil salah satu piring yang telah diisi spaghetti.

"Aku saja."

Beberapa menit setelah Johnny pergi, Jeffrey mulai gelisah di tempat. Lalu beregegas pamit dengan alasan ingin meminjam charger Jani yang ada di dalam kamar.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka, rahang Jeffrey mengeras ketika melihat Joanna yang sedang duduk bersila menghadap dirinya. Dengan tubuh hanya dibalut dalaman dan selimut saja. Tanpa pakaian.

"Joanna tadi muntah di kamar mandi ketika aku datang. Karena tidak tega, kupaksa kukeroki sekarang."

Jeffrey berjalan mendekat. Melihat kaitan bra Joanna yang masih terapasang. Berikut punggung Joanna yang sudah merah-merah seperti terkena cambukan.

"Mau ke rumah sakit sekarang? Aku antar."

Tanya Jeffrey sembari duduk di tepi ranjang, lalu mengecek dahi Joanna yang terasa sangat panas menggunakan punggung tangan kanan.

"Tidak, aku sudah enakan. Aku mau istirahat sekarang. Johnny, terima kasih. Kalian bisa keluar sekarang."

Joanna mulai mengeratkan pelukan pada selimut tebal. Lalu segera merebahkan diri setelah Jeffrey dan Johnny keluar dari kamar. Karena dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk istirahat di tempat nyaman sebelum diusir Jani di tengah malam.

Kalian bisa relate sama kondisi Joanna sekarang? Suka salting kalo liat orang ganteng meskipun udah ada orang yang disuka. Gak enakan sama Jani karena merasa harus balas budi atas kebaikan keluarganya. Dan juga, diam-diam suka Jeffrey meskipun tau dia pacar sepupunya.

Tbc...

JEALOUSLY INSIDE [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang