12/20

853 161 116
                                    


6. 40 AM

Joanna sedang menangis sesenggukan sekarang. Kedua matanya bahkan masih bengkak karena tidak kunjung berhenti menangis sejak semalam. Iya, apalagi kalau bukan karena seluruh sertifikat yang telah dikumpulkan dengan susah payah telah hancur tidak tersisa. Karena jika hanya ijazah saja, bisa dia minta lagi di SMA menggunakan surat keterangan kehilangan dari kepolisian.

"Sudah, jangan menangis. Tommy sedang mengurusnya."

Bujuk Nenek Lim, karena dia kasihan pada Joanna yang terlihat begitu menyedihkan sejak semalam. Diusir dari rumah dengan hidung yang berdarah sembari memunguti kertas pada map di depannya.

Beruntung sekali kemarin ponsel Joanna tertinggal, sehingga dia bisa diselamatkan oleh Tommy dan dua lansia yang pernah ditolong sebelumnya. Karena mereka berniat mengembalikan ponsel Joanna yang memang tidak sempat dibawa sebab Jeffrey terlebih dahulu menariknya.

"Kenapa tidak bisa? Kampus macam apa yang tidak memiliki rekap sertifikat yang telah dikumpulkan mahasiswa? Oh, maaf! Ini karena saya kuliah di Amerika, tidak di universitas negera berkembang!"

Setelah Tommy mengantongi ponselnya, dia mulai menatap Joanna yang semakin kencang menangis di belakangnya.

Pantas saja anak ini sampai menangis semalaman, jadi karena birokrasi kampusnya tidak jelas.

Batin Tommy kasihan.

"Jangan menangis! Pindah kampus saja! Nanti aku yang urus semuanya! Kampusmu memang bermasalah! Mandi! Sarapan! Setelah itu kuantar ke kampus untuk mengurus kepindahan! Aku punya kenalan yang menjadi rektor di kampus yang birokrasinya bagus !"

Joanna menggeleng pelan. Dia mana berani masuk kuliah dengan keadaan menyedihkan seperti sekarang. Mata bengkak dan hidung diperban karena tulang hidungnya hampir patah. Siapa juga yang mau menampakkan diri pada banyak orang jika dalam posisi sekarang, sedangkan untuk berkaca saja dia enggan.

"Tommy, Joanna di rumah saja dulu. Kamu pergi kerja! Nenek yang urus! Kamu ini jangan kasar-kasar! Pantas saja sampai sekarang tidak ada pacar!"

Tommy mendengus sebal. Padahal, dia merasa tidak sedang melakukan hal kasar. Karena gaya bicaranya memang seperti ini. Blak-blakan dan tidak disaring.

Dengan raut kesal Tommy keluar dari kamar yang dipakai Joanna. Lalu bergegas berangkat ke kantor setelah menyapa kakeknya.

Bukannya langsung melesat ke kantor, kini Tommy justru mendatangi kampus Joanna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya langsung melesat ke kantor, kini Tommy justru mendatangi kampus Joanna. Dia prihatin tentu saja, kasihan dengan nasib malang si Jani palsu yang sangat menyedihkan. Sebab, dia sempat menguping pembicaraannya dengan laki-laki berlesung pipi semalam.

"Saya wali dari Joanna Kathrine, fakultas ekonomi dan bisnis angkatan 2017. Mana saya hafal NIM-nya! Cukup berikan semua persyaratan untuk pindah universitas! Atau kulaporkan universitas ini pada dinas pendidikan karena telah mempersulit mahasiswa! Zaman sekarang masih saja mencatat kelengkapan sertifikat dengan cara manual! Kalau di Amerika, sistem web kampus yang mencatatnya! Mahasiswa tidak perlu lagi menyimpan sertifikat di rumah! Benar-benar menyedihkan! Apa lihat-lihat!? Aku tahu aku tampan! Tapi sayang aku tidak suka manusia berbatang!"

Setelah Tommy pergi, seluruh dosen yang sejak tadi di kantor fakultas ekonomi dan bisnis langsung bergunjing. Penasaran akan hubungan Joanna dengan Tommy Siregar yang dulu pernah menolak ketika ditunjuk menjadi menteri pendidikan karena dia terkenal cukup pintar sebab bisa masuk universias terbaik dunia. MIT, Massachusetts Institute of Technology. Meskipun jarang terekspos media, namun Tommy Siregar ini cukup terkenal di kalangan akdemisi karena kecerdasannya.

Bayangkan saya, usia 15 tahun sudah masuk MIT. Tidak heran kalau perusahaan perakitan nenek kakeknya yang hampir bangkrut bisa berkembang sepesat ini. Tentu saja ini karena Tommy, si mantan calon menteri pendidikan RI.

8. 40 AM

Sedangkan di tempat lain, Jeffrey sedang berlutut di depan ayahnya. Apalagi kalau bukan untuk memohon bantuan. Bantuan agar bisa menemukan Joanna. Karena jika dengan usahanya saja, dia tidak akan bisa menemukan Joanna. Seperti apa yang sudah dicari semalaman tanpa jeda, namun tidak kunjung mendapat hasil hingga sekarang.

Lihat saja, wajah Jeffrey tampak berantakan. Rambut acak-acakan, kantung mata hitam dan bagian putih mata yang sudah memerah semua.

"Keputusan Papa masih sama. Papa akan membantumu bersatu dengan wanita yang kau suka jika kamu dengan suka rela mau mengurus bisnis Papa. Dimulai dari lanjut S2 di luar dan magang di perusahaan teman Papa di sana. Hitung-hitung latihan sebelum terjun lansung di perusahaan. "

"Pa, aku butuh bantuan sekarang. Jika harus menunggu aku lulus S2, wanita yang kusuka pasti akan---"

"Akan apa? Kamu tahu apa soal dia? Kau pikir Papa tidak tahu latar belakang wanita yang kau suka itu? Dia aman sekarang. Jadi, jangan buat Papa berubah pikiran dan kemasi barangmu segara! Sainganmu ini cukup berat, tapi akan Papa usahakan kamu menang."

Jeffrey langsung berdiri sekarang, terpancing dengan apa yang baru saja ayahnya katakan.

"Wanita itu diselamatkan laki-laki lajang dan lebih kaya dari Papa. Kamu tidak bodoh, kamu pasti paham maksud Papa."

"PAPA! SIAPA? SIAPA ORANG ITU? AKU KENAL?"

"Tidak kenal. Kau mana kenal orang-orang hebat. Satu-satunya hal yang kau tahu hanya pacaran saja! Sudah, pulang sana! Setelah ini Papa siapkan tiketnya. Kamu harus cepat berangkat karena pendaftaran akan ditutup segara. Papa tidak mau mengeluarkan lebih banyak uang hanya untuk tahap pendaftaran."

Mau tidak mau Jeffrey langsung keluar dari ruangan ayahnya. Lalu bergegas pulang untuk berkemas. Tentu saja dibantu ibunya yang sudah ditelepon ayahnya sebelumnya.

"Kenapa cepat-cepat sekali, sih? Tahu begitu semalam kita party terlebih dahulu."

Keluh Johnny dan yang lain, karena mereka baru saja selesai mencari Joanna atas perintah Jeffrey. Namun tidak kunjung menemukan titik terang hingga saat ini. Justru kabar mengejutkan yang mereka dapat kali ini. Kalau Jeffrey akan melanjutkan S2 di luar negeri. Padahal, dia sudah membeli salah satu bangunan di dekat kampus untuk membangun car wash dan toko baju.

Jeffrey hanya diam, lalu menatap teman-temannya bergantian. Sebelum akhirnya menceritakan semuanya dan meminta mereka untuk memberi kabar jika mereka bertemu Joanna di jalan. Meskipun mustahil karena ayahnya telah mengatakan bahwa Joanna sedang dilindungi oleh orang yang tidak bisa disentuh oleh sembarang orang.

Done untuk hari ini. Aku udah update 4 chapter hari ini. Besok kalo mau aku banyak update, ramein kayak hari ini, ok!

Tbc...

JEALOUSLY INSIDE [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang