17/20

827 146 90
                                    

Karena hari ini aku baru selesai vaksin dan ada sedikit kendala pas disuntik, jadi aku gabisa banyak update hari ini. Tapi, bakalan aku usahain cerita ini bisa tamat minggu ini. Stay tune! Terima kasih karena sudah menunggu!

5. 20 AM

Jeffrey tidak bisa tidur sejak semalam. Iya, ini karena dia tidak bisa berhenti menghilangkan Joanna dalam otaknya. Terlebih ketika wanita itu tidak mau menoleh ketika dipanggil olehnya. Padahal, Jeffrey ingin sekali mengucap maaf untuk yang terakhir kalinya. Mengingat mereka sudah tidak lagi bisa bersama karena sudah memiliki masing-masing pasangan.

"Jeffrey, kamu belum tidur?"

Tanya Celine yang baru saja membuka mata dan mendapati Jeffrey yang saat ini masih merokok di balkon kamar. Karena kebiasaan lamanya yang suka merokok jika stress datang tidak kunjung hilang sejak dulu hingga sekarang.

"Belum."

"Kenapa?"

Tanya Celine sembari berjalan mendekat, lalu memeluk Jeffrey dari belakang. Kemudian mengecup pundaknya singkat guna melayangkan godaan.

"Kamu ingat perempuan yang dulu sering kuceritakan sebelum kita pacaran?"

"Siapa? Oh, sepupu mantan pacarmu?"

Jeffrey mengangguk singkat, membuat Celine langsung melepas pelukan dan menatapnya tajam.

"Kamu bertemu dia di pesta?"

Tepat sasaran, tebakan Celine mampu membuat Jeffrey mengangguk singkat. Membuat rasa cemburu sedikit menggerogoti hati si wanita.

"Aku lihat orangnya? Yang mana? Kenapa tidak kamu ajak bicara ketika kalian bertemu di sana? Kamu tahu aku tidak keberatan jika---"

"Dia tidak mau. Dia pura-pura tidak mendengar ketika kupanggil."

Celine menatap Jeffrey prihatin, lalu mengusap punggungnya pelan sekali. Membuat si pemilik mulai menunduk dalam dan sesekali menyesap rokok tadi.

"Joanna, wanita itu tunangan Tommy Siregar."

Kedua mata Celine terbelakak, pantas saja tadi Jeffrey sempat berhenti berjalan ketika mereka akan menyapa si pemilik acara. Jadi ini karena tunangan temannya adalah perempuan yang membuat Jeffrey mau pindah ke Amerika.

"Dia cantik. Pantas kamu suka."

Komentar Celine membuat Jeffrey mengangguk singkat, lalu tersenyum pelan karena tiba-tiba mengingat wajah terkejut Joanna ketika melihanya. Serta, tangan kecilnya yang tampak begitu cantik meskipun sempat sedikit berkeringat ketika bersalaman dengannya.

"Lebih baik kamu selesaikan urusan kalian sebelum kita menikah, Jeff. Aku tidak mau hidup dalam bayang-bayang orang lain. Jika sulit mendapat kontak tunangan Tommy, akan kubantu nanti. Tommy orang baik, aku yakin dia tidak akan menghalang-halangi."

Jeffrey menatap Celine senang, lalu memeluknya singkat sebelum akhirnya mengucap terima kasih setelahnya.

1. 20 PM

Seperti biasa. Pada jam makan siang Tommy pasti akan makan bersama Joanna. Di cafeteria, karena Joanna sering mengeluh malas berjalan jika diajak membeli makanan di restoran terdekat.

Namun sekarang, Joanna kembali berulah. Dia enggan makan siang hingga membuat Tommy selaku bos besar ikut turun tangan dan mulai mendatangi ruangan Joanna. Di bagian personalia---tempat biasa Joanna dijadikan budak oleh manajer di sana.

Sebab, para karyawan memang belum tahu apa-apa tentang hubungan mereka dan hanya menduga-duga saja bahwa Joanna memang sedang menggoda si bos besar. Jadi, tidak heran kalau si manajer sangat membenci Joanna karena baru masuk dua tahun namun bisa dekat degan Tommy Siregar.

Itu juga yang menyebabkan Joanna selalu kesal jika waktu pulang tiba, karena dia merasa bahwa Tommy sengaja menyembunyikan hubungan sebab sedang ingin menguji mentalnya.

Joanna memang tidak jahat. Namun dia juga tidak baik seutuhnya. Ada kalanya juga dia marah dan ada dalam batas wajar kesabaran. Seperti sekarang, dia marah karena si manajer personalia kembali mengerjai dirinya karena telah melihat dia pulang bersama si bos besar kemarin lusa.

Karena sudah tidak tahan, Joanna akhirnya pura-pura menangis di dalam kubikelnya. Menolak panggilan Tommy maupun ajakan si sekretaris Tommy yang memintanya untuk segera makan siang. Membuat Tommy sendiri yang harus turun tangan dan mau tidak mau harus mendatangi ruangan Joanna sekarang juga.

"Ayo, bangun! Seperti anak kecil saja menangis di kantor!"

Bisik Tommy pada Joanna yang masih menyembunyikan wajah di atas meja. Dia tampak seperti anak kecil yang sedang dibully di sekolah. Padahal, hari ini si manajer personalia hanya memintanya membuat kopi dan es teh saja. Tidak menyuruhnya membeli burger di luar seperti sebelum-sebelumnya. Namun karena Joanna sudah benar-benar hilang kesabaran, akhirnya dia langsung memutar otak dan membuat drama. Karena---tidak mungkin Tommy tega, apalagi mereka sudah melakukan itu semalam.

"PERGI!"

Si manajer personalia tampak menegang di tempat ketika melihat si bos besar berada di sana. Berada di belakang kursi Joanna dan sesekali membisikkan sesuatu pada si wanita. Lalu disusul dengan usapan pelan di kepala hingga membuat para karyawan yang melihat ikut iri menatapnya.

"Ayo makan siang dulu. Tadi pagi kamu hanya sarapan sedikit."

"Aku tidak akan makan kalau kamu tidak memecat orang itu!"

Tommy langsung menatap sekeliling, lalu tersenyum singkat sebelum akhirnya menggendong Joanna saat ini. Membuat seisi ruangan heboh sendiri.

"Turunkan aku!!!"

Pekik Joanna sembari berusaha melepaskan diri, saat ini Tommy sudah berjalan cepat menuju lift guna membawanya yang sedang merajuk pada ruangannya sendiri.

Karena---sepertinya Joanna sedang sungguhan marah saat ini. Sampai-sampai mogok makan. Padahal, sebenarnya dia sangat suka makan dalam porsi besar akhir-akhir ini.

"Ini yang kamu lakukan pada calon istrimu!?"

Pekik Joanna ketika Tommy menurunkan gendongan tepat di ruangannya.

"Mau makan apa? Kita delivery saja."

Tommy tidak menanggapi ucapan Joanna dan beralih membuka ponselnya. Guna mencari aplikasi hijau di sana.

"AYAM MCD, ES BOBA DAN BURGER KING!"

Pekik Joanna sembari menduduki sofa. Lalu melepas heels yang saat ini dipakai olehnya. Agar dia bisa rebahan tanpa takut mengotori sofa.

Tommy terkekeh pelan, lalu memberikan ponselnya pada Joanna. Lalu berjalan menuju kulkas guna mengambil air dingin dari sana.

"Celine tadi menghubungiku. Jeffrey ingin bertemu denganmu. Hari ini, kamu ada waktu? Pasti ada, kamu tidak sesibuk itu."

Joanna langsung menatap Tommy tidak suka. Sebab telah seenaknya menilai dirinya. Ya, meskipun sebenarnya itu fakta. Joanna memang tidak sesibuk itu sebenarnya.

"Sok tahu! Aku tidak mau! Aku sibuk!"

Sebenarnya Joanna juga tidak ingin rasa mengganjal di hatinya semakin berlarut-larut. Namun karena dia masih kesal pada Tommy sekarang, akhirnya dia berkata demikian. Pura-pura tidak mau bertemu Jeffrey sekarang. Padahal, sebenarnya dia juga ingin menyelesaikan ini semua sesegera dia bisa.

Kayaknya kapal Joanna-Jeffrey bakalan karam 😂

Buat selingan, kalian bisa baca cerita lain yang judulnya TIDAKALA CITY. Di sana Joanna Jeffrey udh jadi suami istri. Di cerita itu isinya tentang Jeffrey yang jadi polisi dan lagi tugas di pedalaman buat ngajuin cuti.

Tbc...

JEALOUSLY INSIDE [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang