11/20

802 163 107
                                    

Thanks for a lot of comments, I love it!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks for a lot of comments, I love it!!!!

Jani tampak kegirangan sekarang. Sebab mengira Jeffrey datang karena ingin memohon untuk berbalikan dengannya. Namun sayang, dugannya salah basar. Setelah Jeffrey menepis tangannya, kini justru tamparan yang didapat. Membuat Ariana yang kembali turun dari tangga karena mendengar suara pintu terbuka langsung berlari sekarang.

Plak...

Tidak tanggung-tanggung, Jeffrey menampar Jani cukup kencang. Bahkan sangat kencang. Membuat tubuhnya tersungkur seperti Joanna sebelumnya. Air matanya langsung mengalir deras, hatinya juga ikut berdenyut karena telah ditampar oleh orang yang dicinta.

"JEFFREY!"

Pekik Ariana sembari mendorong Jeffrey menjauh dari anaknya. Lalu bersimpuh di depan Jani yang sudut bibirnya sudah robek akibat tamparan mantan pacarnya.

Jeffrey laki-laki, tenaganya tentu sangat tinggi. Ditambah, saat ini dia sedang emosi karena melihat Joanna disakiti seperti ini. Disusir dari rumah, berkas-berkas pentingnya dirusak dan hidungnya dibuat berdarah. Siapa juga yang tidak marah jika orang yang selama ini diam-diam dijaga dan disuka diperlakukan demikian? Jeffrey tentu saja tidak terima sampai-sampai tega menampar perempuan untuk yang pertama dalam seumur hidupnya.

"KAMU BAJINGAN!"

Ariana sudah berdiri sekarang, berniat menampar Jeffrey sekarang juga. Namun sayang, Jeffrey sudah terlebih dahulu menahannya dengan tangan kanan. Tenaga Ariana tentu saja kalah telak karena Jeffrey tidak hanya tinggi saja, namun berbadan gempal juga.

"Kalau saya bajingan? Lalu anda apa? Joanna tidak bersalah! Di sini anak anda yang bersalah! Dia pengkhianat, dulu dia pernah selingkuh dan setelahnya datang padaku tanpa tahu malu. Menjadikan Joanna sebagai tameng untuk melakukan segala hal yang sudah pasti akan membuat anda malu!"

"Tahu apa kau soal anakku? Oh, pasti karena hasutan jalang itu? Sudah berapa kali dia membuka selangkangan di depanmu sampai-sampai kau tega menampar anakku!?"

Ariana sudah menjauhkan diri sekarang, mundur dua langkah guna menatap ekspresi wajah mantan calon menantunya lekat-lekat.

"Sayangnya anda yang sedang terhasut. Oh, atau justru pura-pura menutup mata karena Jani adalah anak kandung dan Joanna hanya keponakan anda? Kasihan sekali. Anda bahkan tidak tahu kalau Jani mengidap HIV, kan?"

"JEFFREY!!!"

Kali ini Jani yang berteriak, dia sudah bangun dari tempat tersungkur. Lalu menatap ibunya yang tampak sudah mematung.

"Pasti tidak tahu, kan? Jani, kau pikir aku tidak jijik padamu? Kalau saja tidak demi belas dendam dan mendekati Joanna, aku tidak akan sudi kau sentuh! Kurasa, ini adalah karma atas apa yang kau perbuat dulu. Brian sudah meninggal karena AIDS minggu lalu. Kenapa? Terkejut? Kau kira aku tidak tahu kenapa kau selalu membawa banyak kondom latex di tas make up? Selalu tanya apa aku ada sariawan ketika akan bertemu? Jani, kamu tahu aku tidak sebodoh itu. Beruntung Joanna selalu ikut ketika kita bertemu. Jadi aku tidak perlu memikirkan alasan apa lagi yang harus kulakukan untuk menolakmu!"

Air mata Jani mengalir sekarang. Jujur, dia tidak menyangka kalau Jeffrey bisa tahu hal ini. Karena selama ini dia selalu bermain bersih. Dia juga sama sekali tidak ingin menularkan penyakit ini pada Jeffrey. Jika untuk sedekar ciuman bibir, itu masih aman asalkan tidak ada sariawan ataupun luka yang menghasilkan darah. Lalu untuk bercinta, itu memang jarang mereka lakukan. Bahkan bisa dihitung jari dalam setahun. Karena Joanna memang selalu ikut ketika mereka berkencan, belum lagi Jeffrey yang sering mengeluh tidak mood ketika dibujuk. Padahal, Jeffrey hanya takut saja. Takut karet latex yang konon katanya bisa mencegah sekitar 98% penularan penyakit seksual---bocor dan mengancam nyawanya.

Ketika liburan di Maldives sebelumnya, dia bahkan memakai karet latex meskipun hanya memasukkan jarinya. Membuat Jani yang memang sudah haus sentuhan terus menggerang meskipun masih ada Joanna yang masih terjaga.

"Joanna juga sudah tahu hal ini, dia bahkan yang menyarankan agar menularkan penyakit in---"

"Jangan membuatku tertawa! Aku dengar dengan kedua telingaku sendiri. Joanna bahkan yang memilihkan kondom latex sebagai alat kontrasepsi, karena kondom jenis itu yang memiliki presentase tingkat keamanan paling tinggi. Dan satu lagi, Joanna juga yang memberi tahu hal ini. Dia mengatakan bahwa kau memang sedang sakit dan memintaku lebih hati-hati. Padahal, sebenarnya aku sudah tahu dari Brian. Dia temanku kalau kau lupa, aku tentu saja tahu seluk-beluk hidupnya. Kalau saja aku tidak sedang ingin menarik simpati Joanna, aku tidak mungkin sudi meneruskan balas dendam dan mengancam nyawa terlalu lama!"

Setelah mengatakan itu, Jeffrey langsung tersenyum tipis. Lalu menatap Jani dan Ariana yang tampak memasang raut pucat pasi. Terlebih Jani yang saat ini sudah mengepalkan kedua tangan berkali-kali.

"Jani---semua ini bohong, kan? Bajingan ini hanya membual, kan? Kamu tidak mungkin seperti itu, kan?"

Jeffrey tertawa sumbang, lalu membalikkan badan karena ingin menemui Joanna segera.

"Anda bahkan tidak tahu kalau Jani telah menjual salah satu tas limited edition anda untuk membayar Joanna agar mau menggantikannya di acara pertemuan tadi. Kalau anda pintar, anda pasti akan cepat sadar. Dan juga, Joanna tidak bodoh dan tidak akan mau menantang maut secara cuma-cuma. Karena dia tahu bahwa anda akan murka jika ketahuan."

Tubuh Jani sudah bergetar sekarang. Apalagi setelah melihat siluet ayahnya yang mulai terlihat dari punggung mantan pacarnya, membuatnya semakin takut jika akan mati sekarang karena kebohongan terbesarnya telah terkuak.

Ketika berhasil melewati pintu, Jeffrey terkejut ketika tidak menemukan Joanna di sana. Serpihan kertas dan dua kopernya juga sudah tidak ada. Membuat Jeffrey panik luar biasa dan bergegas menyusuri jalan guna mencarinya.

Masih kuat baca lagi?

Tbc...

JEALOUSLY INSIDE [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang