Chapter 8

292 46 7
                                    

Hari sudah lewat tengah malam, jam yang ada di dinding ruangan dokter menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Setelah mendengarkan penjelasan mengenai kondisi Taeyong, kini Jaejoong dan Yunho terus mendengarkan penjelasan mengenai pembedahan yang rencananya akan dilakukan dokter Ryu.

Dokter Ryu menjelaskan bahwa akan dilakukannya pembedahan dikaki, tangan, dan dada. Untuk pembedahan kaki dan tangan akan dilakukan rekannya, dokter spesialis ortopedi. Sedangkan pembedahan dada akan dilakukan oleh dokter Ryu.

Dokter Ryu juga menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada saat operasi. Seperti yang dikatakan dokter yang menangani Taeyong, akan dilakukan penyayatan pada tenggorokan untuk memperlancar pernafasan bila diperlukan.

Setelah penjelasan panjang lebar tersebut, Jaejoong akhirnya mengiyakan untuk dilakukan operasi, begitupun dengan Yunho yang menyetujui hal tersebut. Lalu Dokter Ryu menghubungi petugas perencanaan operasi untuk menanyakan jadwal ruang operasi yang kosong.

"Operasi Taeyong bisa dilakukan nanti siang. Bagaimana?", ucap Dokter Ryu.

"Yaa, boleh kalau begitu. Lebih cepat lebih baik. Semoga malam ini bisa bertahan, dan pagi nanti kondisinya stabil.", sahut dokter yang menangani Taeyong.

"Terima kasih dokter. Lakukan yang terbaik", ucap Yunho.

"Terima kasih dokter. Sembuhkan anakku", ucap Jaejoong setelahnya.

Yunho dan Jaejoong keluar dari ruangan dokter itu, meninggalkan dokter Ryu dan dokter satunya lagi berdebat mengenai perawatan yang akan dilakukan.

Kini Yunho dan Jaejoong kembali ke ruang tunggu depan IGD, karena Taeyong belum bisa dipindahkan ke ruang rawat inap. Changmin dan managernya Jaejoong tidak terlihat di ruang tunggu, begitupun para staf JH Entertainment.

"Joongie... Apa mau makan atau minum sesuatu? Biar aku belikan", tanya Yunho setelah mendudukkan diri mereka di salah satu kursi ruang tunggu.

"Tidak. Tidak usah. Kau saja", lirih Jaejoong.

Yunho hanya menghela nafas saja, melihat Jaejoong yang sedih, dia berkeinginan untuk menghiburnya, tapi dia bingung bagaimana cara agar Jaejoong tidak terlalu terpuruk.

"Hyungdeul", sapa Changmin mendekati mereka.

"Dari mana kau Min?", tanya Yunho, sedangkan Jaejoong hanya diam memandang Changmin.

"Tadi aku menyuruh staf lainnya untuk pergi dulu ke Yokohama dan memberitahu agensi kejadian tadi... Ohya ini aku tadi beli teh hangat untuk hyungdeul", jawab Changmin lalu memberikan gelas yang berisi teh pada Yunho dan Jaejoong, namun Jaejoong tidak menerimanya karena tangannya masih gemetaran.

"Joongie hyung. Taeyong anak yang kuat seperti ummanya. Dia pasti bertahan, sekarang kau minum dulu dan jangan pasang wajah seperti itu, Taeyong akan khawatir melihatmu seperti itu", lanjut Changmin melihat Jaejoong terpuruk.

"Jjaa minumlah Joongie, agar tubuhmu hangat", kata Yunho.

Melihat Jaejoong tidak menerima gelas tehnya, Changmin jongkok dan memberikan teh tersebut pada tangan Jaejoong, lalu menggengam tangan Jaejoong.

"Hmm, Joongie hyungie, bolehkah aku bertanya?", celetuk Changmin membuat Jaehoong memandang Changmin yang tengah jongkok di depannya.

"Emm, Taeyong, apa benar dia anak hyung?", tanya Changmin yang dijawab anggukan oleh Jaejoong.

"Min...", seru Yunho untuk memperingatkan untuk tidak menanyakan lebih lanjut mengingat kondisi Jaejoong saat ini.

"Kenapa min?", lirih Jaejoong pada Changmin.

Lost EdelsteinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang