Keesokan harinya, kondisi Taeyong sudah lebih baik. Taeyong tidak merasa pusing lagi, walau sesekali masih terasa nyeri ditangan dan kakinya. Tapi dia sudah tidak menggunakan masker oksigen lagi.
Saat ini kamar Taeyong masih ramai, karena Yunho, Yoochun, Junsu, dan Changmin menginap lagi semalam menemani Jaejoong. Taeyong senang ada umma, sajangnim, sunbaenim dan kedua samchun yang dia sayang sedang berkumpul.
Kyuhyun, manager Jaejoong, belum mengunjungi Taeyong lagi karena sudah ada yang berjaga. Tapi dia sudah diberitahu Jaejoong kalau Taeyong sudah sadar. Dia berencana akan mengunjungi Taeyong nanti.
Saat ini Taeyong duduk bersandar sambil mengobrol dengan ummanya dan Yunho. Sedangkan Changmin, Junsu, dan Yoochun sedang ke kantin yang ada di Sanraku Hospital untuk makan siang.
"Ingin makan sesuatu? Atau mau minum apa?" tanya Jaejoong.
"Masih kenyang. Nanti sore saja makan lagi." jawab Taeyong menatap ummanya yang duduk di sebelah Yunho.
"Ohya. Tadi Jaehyun chat umma. Katanya dia kangen, member lain juga. Sepertinya mereka merindukan kenakalan putra umma ini, hmm", canda Jaejoong dan didengar Yunho yang hanya senyum jahil.
"Ishhh. Ummaa~~ aniiyaa... umma jangan begitu, ada sajangnim di sini, maluu~~" rengek Taeyong.
"Hahaha tidak apa-apa. Teman segrupmu pasti mengkhawatirkanmu. Nanti telponlah mereka untuk melepas kangen" saran Yunho.
"Ne sajangnim. Nanti akan saya telpon mereka memberi kabar." Angguk Taeyong.
"Umma ini kapan dilepas? Susah bergerak~" rengek Taeyong menunjuk gips ditangan dan kakinya.
"Kata dokter sekitar 3 minggu lagi. Sabar yaa baby, biar pulih dahulu, baru nanti bisa dance lagi bersama teman grupmu, hmm" bujuk Jaejoong.
"Iyaa umma... Ohyaa kenapa kalian tiba-tiba jadi berkumpul bersama? Umma tidak apa-apa?" tanya Taeyong mengingat member Tohoshinki berkumpul lengkap lagi. Taeyong tau kalau ummanya member Tohoshinki karena ummanya yang cerita dan pernah membaca berita terkait hal itu dulu, tapi tidak berani mengungkit-ungkit terkait ummanya dan dua samchunnya keluar grup, karena berpikir akan membuat umma sedih.
"Karena mereka semua ingin ikut menjaga Yongie. Memangnya umma kenapa, hm? Umma baik-baik saja, umma senang Yongie sudah sadar, umma juga senang bisa berkumpul lagi dengan Yunho, Changmin, Junsu, dan Yoochun, sudah lama umma tidak bertemu mereka. Baby Yongie jangan khawatir, fokus kesembuhan Yongie saja ne" ucap Jaejoong lembut. Jaejoong tau putranya itu khawatir kalau dirinya merasa sedih mengingat kejadian dulu, pernah satu dua kali Taeyong bertanya namun setelah itu tidak lagi.
"Sajangnim dan changmin hyung di sini sekarang. Kemarin juga di sini. Bagaimana dengan konser Tohoshinki?" kata Taeyong bingung melihat Yunho Changmin masih setia di ruangannya padahal ada tur konser.
"Kau tertidur terlalu lama, konser kami sudah selesai beberapa hari lalu" kata Yunho tersenyum kecil.
"Omoo~ benarkah? Maafkan aku sajangnim" ucap Taeyong menunduk menunjukkan rasa bersalahnya.
"Yak! Ya! Ya! Kau tidak perlu begitu. Kecelakaan itu tidak bisa diprediksi. Jadi kau tidak usah merasa bersalah, karena tidak ada yang salah disini" jelas Yunho. Jaejoong yang melihat Taeyong masih menunduk mencoba mengalihkan topik.
"Kau cukup lama tertidur, apa yang kau impikan sayang? Sampai kau betah dengan tidur panjangmu" ucap Jaejoong yang duduk bersebelahan dengan Yunho di sebelah bed yang Taeyong.
"Aku bermimpi sedang berada di konser umma, aku sedang menari dengan teman grup yang lain di panggung yang sangat besar. Lalu aku melihat umma menatapku dengan bangga dibangku penonton, aku senang melihat umma datang. Tapi umma tidak sendirian, ada seseorang yang juga kupanggil appa dimimpiku, entahlah kenapa aku bisa memanggil appa. Namun sayang aku tidak bisa melihat jelas wajah appa, mianhe umma aku kembali mengungkit tentang appa" kata Taeyong yang melirihkan suara diakhir dia bicara. Sedangkan Jaejoong terenyuh mendengar cerita Taeyong, lalu matanya melirik Yunho yang menganggukkan kepalanya mengerti akan Jaejoong meminta ijin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Edelstein
FanfictionMembenci adalah sebuah penyembuhan yang terpilih, tapi nyatanya banyak ribuan rindu yang terselip dalam benci. Merasa sia-sia dengan cinta yang sudah berjalan dengan baik, dan sekali lagi kenyataan yang tidak terhindar yang akan membawa kebahagiaan...