[OFFICIALLY HIATUS]
Tiga orang sahabat yang heboh, terjebak dalam apartemen yang dipenuhi pembunuh berantai.
Grace, seorang mahasiswi yang berteman dengan Marcel dan Malvin sejak kecil. Seiring berjalannya waktu, tak terasa mereka sudah dewasa dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara telepon seluler Malvin berdering kencang di lantai apartemennya. Malvin membuka matanya, dan terbangun dengan kepala yang sangat berat serta pandangan yang kabur.
Drap... drap... drap... , terdengar beberapa langkah kaki yang berlarian di depan pintu kamar apartemennya.
Ia berusaha meraih telepon selulernya yang tidak terlalu jauh dari posisinya berbaring. Malvin melihat Grace dan Marcel yang tertidur di dekatnya. Namun, Malvin tidak mampu membangunkan mereka. Dan akhirnya Malvin mencoba mengangkat telepon tersebut.
"Halo...?", jawab Malvin yang masih teler.
"Halo, kamar 504? Tolong untuk tetap di dalam kamar dan jangan keluar bila tidak diperlukan! Ada penembakan!", teriak Developer apartemen.
"Hah... Gimana?", jawab Malvin yang berusaha untuk fokus.
"Ada penembakan di apartemen ini! Tolong jangan keluar dari...", lanjut developer.
"AHHHHHHHHH...!", terdengar suara tembakan dan teriak kesakitan Developer apartemen.
Telepon dari Developer tiba-tiba terputus. Malvin syok, ia berusaha bangun dari lantai.
Namun karena pengaruh alkohol yang berlebihan, Malvin terjatuh kembali dan pingsan di lantai apartemennya.
17:33 Kamar 504
Darah, teriakan, dan tangisan. Semua itu mendengung dalam kepala Malvin.
Gelap... Tidak ada seorangpun di ruangan ini. Ruangan ini menyesakkan, Malvin serasa disekap.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang berbisik di telinganya. Ketika ia sedang mencari cara untuk keluar dari ruangan ini.
Ia berlari sekuat tenaga dan berharap bantuan datang. Terdengar suara rintihan terdengar dari arah belakang.
Ia membalikan badannya, dan melihat Grace dan Marcel dalam keadaan sekarat. Sebuah tangan berlumuran darah berusaha menggapainya dan ingin membunuh mereka.
Sebuah suara bergema dalam pikiran Malvin,
"Siapa sangka kita akan melihat semua kengerian ini?"