4. Saya Tak Percaya Seorang Guru Begitu

51 0 0
                                    

Saya juga kembali dibingungkan. Kalau sama-sama murid, kenapa si lelaki sudah menikah? Apa Indah hamil sama alumni sekolah ini? Tadi Megan bilang lelakinya di sekolah ini kan? Apa jangan-jangan? Ah, saya sudah su'udzon duluan.

Tiba-tiba, celetukkan Tasya pun memboom hati saya. Sangat mampu membuat kaki dan tangan saya bergetar hebat. Tadi Bu Astri mungkin ingin memberitahu saya siapa pacar Indah, tapi waktu memang tidak memihak karena saya harus segera masuk ke kelas dan dia pun juga.

"Pacar Indah, Pak Hasyim Bu," ucap Tasya pelan.

Celetukkan-celetukkan murid yang lainnya pun terdengar. Melihat ekspresi saya yang benar-benar terkejut mungkin bisa mereka percayai kalau saya memang belum tahu apa pun terkecuali dari Bu Astri, itu pun hanya tahu Indah hamil di luar nikah saja. Tak tahu siapa yang menghamilinya, dan ternyata kebenarannya sungguh mencengangkan.

"Ibu enggak percaya, kan?"

"Tuh Bu, guru kok seperti itu."

"Kasihan Indah Bu."

"Tapi si Indahnya juga sih, bodoh! Udah tahu guru itu udah nikah eh kecentilan."

"Aku jadi takut ih sama pak Hasyim."

"Sama. Dikeluarin enggak ya dia nanti?"

"Terus guru olahraga kita siapa nanti?"

"Pantes aja pas olahraga selalu natapin bokong si Windi, ternyata mata keranjang. Hahahah." Murid bernama Windi itu pun menyenggol lengan teman yang membawa-bawa namanya itu.

Anak-anak mulai membuat keributan, saya pun masih syok akan fakta yang baru saja saya dengar. Ini bukan hanya isu belaka kan? Masa semua orang sudah pada tahu dan mana mungkin juga ini sebuah tudingan? Jika iya Pak Hasyim seperti itu, bagaimana istrinya nanti? Dia pasti sakit hati dan tentunya malu. Ya Alloh, jika sampai berita di sekolah ini meluas ke masyarakat pastinya sekolah juga akan tercemar. Sekolah yang dirintis oleh pak Abdul dan bu Isma sekarang sedang diguncang masalah, mereka pasti sedang memikirkan jalan untuk menyelesaikannya. Mana mungkin pak Hasyim masih dipertahankan mengajar di sekolah kan? Bagaimanakah nanti ke depannya? Para orang tua murid pastinya tidak mau kalau ada guru seperti pak Hasyim di sekolah, mereka pastinya takut kalau anak gadis mereka menjadi sasaran berikutnya.

"Tapi kalian tahu dari siapa?" tanya saya sesudah mulai bisa berpikir logis lagi.

"Si Indahnya Bu, dia juga udah cerita sama orang tuanya."

"Malah pak Hasyim nyuruh Indah untuk gugurin kandungan Bu, sama jangan bilang ke siapa-siapa katanya."

"Orang tua Indah marah Bu, enggak terima."

"Padahal anaknya juga salah kenapa mau jadi pelakor."

"Hahahaha."

"Makanya heiii kalian-kalian para ciwik-ciwik jangan keganjenan! Jangan gampangan!"

"Idih, laki-laki tuh! Jangan serakah! Udah punya istri masih jelalatan."

Ya Alloh, semakin karuan saya mendengar penjelasan dari anak-anak dan adu debat mereka. Bukan saya tidak peduli dengan masalah yang menimpa Indah. Tapi, saya tidak ingin membahas ini sampai jam pelajaran berakhir. Anak-anak juga kembali ribut dan memperdebatkannya. Jadi saya sudahi saja obrolan kita dan mengajak mereka untuk membuka buku catatan dan mengulas pembelajaran minggu kemarin.

"Sudah, sudah anak-anak. Kita doakan saja semoga masalahnya cepet selesai, jangan saling judge satu sama lain. Jadikan saja pelajaran untuk perempuan maupun untuk para laki-laki ya. Jangan jauhi Indah juga, kalian harus dukung Indah secara moral ya. Pastinya Indah juga nyesel dengan yang sudah dia perbuat." Saya menatap semuanya dengan lekat. "Baik, sekarang buka saja buku catatannya ya. Kita ulas materi kemarin, nanti ibu tanya-tanya lagi. Kalau yang enggak baca pastinya ketahuan," ucap saya pada mereka dan di akhirnya pun saya tersenyum. Terlihat wajah mereka yang tadi antusias bergossip mulai redup, mereka jadi takut kalau gurunya ini akan bertanya ke satu-satu dari mereka soal materi yang sudah disampaikan minggu lalu.

Saat Cinta BerpalingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang