[17] Happy Birthday, Olympus Pierre

464 165 64
                                    

●●●

Lebam di wajah Olympus itu membuat ia enggan untuk keluar dari selnya dan hanya duduk seharian di sana. Meringkuk dan tidur sambil mengobatinya sendiri. Meski penjara ini di sebut layak, namun penjara bukanlah rumah sendiri yang bisa di layani sebaik mungkin penuh kasih sayang.

Salah seorang sipir pun mengetuk pintu sel Olympus, pria muda itu pun meletakkan plaster dan obat lukanya di atas wastafel kemudian berjalan ke arah sipir itu tanpa ekspresi.

"Keluargamu datang berkunjung." Ucap sang sipir.

Olympus meremas besi selnya dan kemudian menahan napasnya. Ia tak bisa membiarkan mamanya melihat semua luka lebam ini, itu hanya membuat mamanya semakin khawatir.

Ia pun berjalan ke arah tempat obat dan mengambil salah satu masker di sana, paling tidak itu cukup menutup bagian bibir dan pipinya yang terluka.

Sang sipir pun membukakan sel sambil memborgol tangan Olympus dengan borgol elektrik yang di kendalikan lewat alat. Keduanya berjalan menuju ruang kunjungan.

Di sana sudah ada mamanya dan juga Andreas yang selalu menemani mamanya kapanpun dan di mana pun, sudah seperti saudara sendiri bagi Eleanor dan Olympus.

Eleanor mengerutkan dahinya saat putranya keluar sambil menggunakan masker. Ada sesuatu yang tidak biasa, namun Olympus hanya diam dan duduk di depannya sambil meletakkan kedua tangannya yang di borgol.

"Kau sakit?" Tanya Eleanor khawatir

Olympus pun mengangguk dengan sedikit senyum yang terlihat dari matanya, "sedikit, aku terkena hujan kemarin dan sedikit flu." Ujarnya sambil berpura-pura batuk.

Tapi hubungan antara ibu dan anak tidak bisa di bantah. Eleanor tidak merasa anaknya sakit flu biasa, terlebih ada plaster baru di bagian dahi Olympus. Tangan kanan Eleanor terulur untuk melihatnya lebih jelas.

"Ah, hanya terhantuk pintu sel." Elak Olympus lagi.

Namun Eleanor dengan cepat menarik masker yang menutupi setengah wajah Olympus cepat. Terlihat sudah lebam bagian pipi, bibir yang berdarah dan juga noda merah di bagian bawah hidungnya.

Andreas ikut melihat lebih jelas, kemudian menatap ke arah Eleanor. Perempuan itu tertegun melihatnya, apa yang sebenarnya terjadi di balik jeruji sana? Semenyeramkan itu sampai-sampai putranya di sakiti seperti itu.

"Flu macam apa itu? Flu bertarung?" Tanya Eleanor sambil mengepalkan tangannya. Olympus dengan cepat menggenggam tangan mamanya, berusaha menahan amarah perempuan itu agar tidak meledak di sana.

"Seburuk apa keadaan di penjara hingga putraku harus dipukuli seperti itu?" Tanya Eleanor pada penjaga ruangan yang berdiri di tepi ruangan. Matanya berkaca-kaca karena menahan marah dan sakit hati.

Olympus semakin menggenggam tangan mamanya, perempuan itu memukul meja pelan. kemudian meneteskan air matanya. Tatapannya marah namun saat melihat Olympus menjadi sendu dan rapuh sekali.

"Mama kemari untuk membuatmu senang di hari bahagiamu, tapi kenapa kau malah seperti ini. Apakah ini hadiah yang kau harapkan?" Tanya Eleanor setengah emosi.

Andreas mencoba menangkan Eleanor dengan mengusap bahu sahabat baiknya itu. "Eleanor, garde ton sang-froid. c'est en prison, on peut être expulsé"

(Eleanor, tahan emosimu. Ini di penjara, kita bisa di usir)

Eleanor menoleh dengan tatapan tidak percaya, "Comment puis-je aller bien. Quelle est la raison pour laquelle ils ont battu mon fils ?! C'est un jour heureux, j'ai tout préparé pour lui mais je n'aime pas comment le célébrer!" ujar Eleanor murka.

[3] Olympus : The Last Chance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang