●●●
"Ada yang mencarimu, tapi dia meminta untuk berbicara denganmu di ruang tunggu saja." Ujar Gea sambil memberikan sebuah kartu ucapan kepada Kyku.
Perempuan muda itu membuka kartu ucapan tersebut, wajahnya merah padam saat membacanya, bukan karena tersipu tapi karena marah membacanya.
Selamat Ulang Tahun, Kinan.
Akhirnya aku menemukanmu.Kyku merobek kartu ucapan itu lalu membuangnya sembarangan, ia menghela nafasnya kasar sambil mengusap wajahnya. "Kau boleh kembali ke yang lain, jangan beri tahu Edgar aku pergi menemui orang ini." Ujar Kyku sambil berjalan dengan cukup tergesa-gesa.
Di tengah lorong menuju ruang tunggu hati Kyku merasa cukup berat dan ngilu membayangkan siapa sosok yang menunggu serta memberinya ucapan selamat ulang tahun itu.
Pintu ruangan tersebut pun terbuka, menampilkan sosok pria yang menggunakan pakaian casual rapi, hanya lewat punggungnya saja Kyku bisa tahu siapa pria itu.
Mendengar suara pintu yang terbuka membuat pria itu menoleh, Kyku memejamkan matanya saat pria itu berbalik dan ternyata tengah memangku seorang anak perempuan sekitar umur lima tahun. Kaki Kyku lemas melihat anak perempuan itu, matanya dan bibirnya membuat semua pendiriannya luluh lantah.
"Kinan, apa kabar?" Tanya pria itu lembut.
Kyku berjalan mendekati keduanya, tangannya mengepal kuat. Sambil menatap dingin kedua insan itu, Kyku duduk berhadapan tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Lama sekali tidak bertemu denganmu. Ada banyak hal yang ingin aku katakan padamu, juga selamat ulang tahun." Ujar pria itu tenang.
Si kecil itu menatap ke arah Kyku polos, bola matanya sangat Kyku benci tapi juga Kyku rindukan. "Putrimu?" Tanya Kyku.
Pria itu mengangguk malu-malu lalu membisikkan sesuatu pada putrinya dengan bahasa Jerman. Tangan mungil itu melambaikan tangannya pelan. "Hallo, Mama." Ujarnya.
Rasanya seperti darah naik secara tiba-tiba di kepala Kyku, jantungnya seperti di pukul berkali-kali mendengar sapaan itu. Mata tajamnya menatap ke arah sang ayah dari putri kecil itu, meminta penjelasan dari maksud sapaan itu. Tapi bukannya panik atau merasa tak enak, pria itu justru tersenyum simpul.
"Ibu Kaxha meninggal saat melahirkan Kaxha, dia selalu bertanya di mana ibunya." Ujar pria itu.
Kyku mendekatkan tubuhnya ke depan mejanya. "Exha telah tiada?" Tanyanya. Pria itu pun mengangguk.
Punggung Kyku sedikit melunak ke punggung kursi. "Di satu sisi aku sering menceritakan tentangmu sebagai sahabat ibunya, entah sejak kapan dia mulai memanggilmu mama juga." Ujar pria itu lain.
Tangan kiri Kyku memukul ujung meja di depannya cukup keras, tetapnya menusuk ke arah pria itu. "Kairo di mana rasa malumu? Apakah kau ingat apa yang terakhir kali kau lakukan padaku? Kairo, apakah kau ingat kau memberitahuku bahwa Exha hamil di ulang tahunku yang ke-20? Satu hari sebelum akhirnya aku dikeluarkan dari tim harpha nasional Vienna." Ujar Kyku geram.
Pria bernama Kairo itu masih belum tumbang digertak oleng Kyku, ia mengusap bahu putrinya pelan. "Kau tahu apa yang selalu ingin aku katakan padamu? Maaf. Aku minta maaf, Kinan. Aku tahu aku salah, aku mengakui semua itu dan kepergian Exha juga adalah ganjaran yang harus aku terima karena menyakitimu. Tapi aku juga ingin memperbaiki semuanya, mencobanya sekali lagi." Ujar Kairo tegas.
"Apakah kau datang tepat waktu? Tidak, Kairo. Kau datang terlambat. Saat wartawan melempariku dengan telur dimana kau saat itu? Ketika berita tentangku dan Ed menjadi berita nasional apakah kau membantuku? Setitik pun kau tidak muncul. Lalu kau datang memintaku untuk memulai lagi? Bahkan aku masih ingat rasa sakitnya." Ujar Kyku tanpa ampun.

KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Olympus : The Last Chance (END)
Fanfic[OLYMPUS UNIVERSE #3] *CERITA LENGKAP* Hidup Olympus punya tiga babak; berlindung, memberontak, membuktikan. Kini ia berada di balik jeruji besi, namun kebenaran harus terungkap. Teman-teman, keluarga, dan seluruh masyarakat Mars memulai kudeta mer...