11

1.2K 91 4
                                    

Jujur, sebenarnya Haechan benci ini, Haechan benci perasaannya yang selalu mendorongnya untuk melakukan hal yang tidak ia inginkan, seperti sekarang.

Mendengar kata 'melupakan semua' yang terlontar dari mulut Mark, sukses membuat hati Haechan terasa sangat sakit. Bagaimana bisa Mark mengatakannya semudah itu?

Mark menyuruh Haechan untuk melupakan semua kenangannya dengan Mark begitu aja? Bahkan kenangan mereka hanya sedikit dan Mark menyuruhnya untuk melupakan itu semua? Dia sungguh setega itu?

Tidak! Haechan tidak ingin melupakan itu semua, Haechan tidak ingin melupakan bagian terbaik yang ia miliki dalam hidupnya. Haechan tidak ingin melupakan kenangannya dengan Mark begitu saja, tidak mungkin.

Haechan hanya ingin mengantisipasi hal buruk yang kiranya akan terjadi, tapi kenapa sekarang Mark malah memberi solusi yang lebih parah dari yang Haechan takutkan.

Bahkan ketakutan Haechan tidak akan berarti apa-apa jika dibandingkan dengan solusi Mark barusan. Haechan tidak mau, Haechan bingung, pikiran Haechan kacau.

Apa kali ini ia harus melawan rasa takut dan berakhir mengalah pada perasaannya? Apa ia harus menghadapi ketakutannya ini demi mencegah hal yang kiranya akan lebih buruk dari yang ia bayangkan sebelumnya.

Mark menoleh ketika merasa bajunya ditahan oleh seseorang

Dan orang itu adalah Haechan.

"Gamau"

Mark berbalik badan dan kembali berdiri di depan Haechan yang sedang menunduk. Sekarang Haechan menahannya seperti ini, apa ini artinya Haechan akan memberikan jawaban yang selama ini Mark harapkan?

"Maksudmu?"

"Aku gak bisa ngelupain itu"

'Enggak!! Aku bukannya gak bisa, aku cuma gak mau dan gak mungkin buat ngelupain itu semua gitu aja hyung' Lanjut Haechan dalam hati.

Haechan mendongakkan kepalanya, menatap Mark yang juga sedang menatapnya.

Sekarang tatapan Haechan yang berubah menjadi lebih sendu, membuat Mark yang melihatnya jadi merasa sesak pada dadanya.

“Haechan-ah”

"Kamu bener, ini emang waktu yang tepat buat nyelesain masalah tapi sayangnya aku terlalu takut dan terus lari-larian kaya gini tanpa ngeliat gimana perasaan kamu, tapi please jangan pergi"

'Jangan pergi, jangan tinggalin aku kaya orang² hyung. Dulu kamu sendiri yang janji buat selalu ada buat aku, please'

Haechan menyerah,

Kali ini ia memilih untuk mengalah pada logika dan membiarkan perasaannya yang mengambil alih, ia tidak ingin kehilangan bagian terbaik dalam hidupnya untuk yang kedua kalinya. Cukup orang tuanya saja yang pergi, Mark jangan.

Walau dibalik ini semua masih ada ketakutan yang luar biasa, namun jika ia membiarkan Mark pergi, itu tidak ada bedanya dengan menyakiti hatinya sendiri

Haechan mungkin memang sudah berpikir kejauhan tentang hal ini namun ia sudah memilih, jadi sekarang biarkan nasib yang menuntun Haechan. Haechan hanya bisa berharap semoga kali ini takdir tidak akan mempermainkan dirinya lagi.

“Jadi?”

"Aku ngaku, aku gak pernah benci sama kamu dari awal dan aku juga gak ada maksud buat kamu ngerasa jadi orang jahat. Aku sama sekali gak pernah keberatan sama semua sifat-sifat yang kamu bilang kemarin, sama sekali enggak pernah"

Mark sebenarnya senang ketika mendengar bahwa ternyata Haechan tidak membencinya, tapi kenapa rasanya sangat ganjal saat Haechan bilang bahwa ia tidak ada niat untuk menjauhinya. Mark yakin pasti ada alasannya.

BEAR || markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang