PERINTAH MENIKAH

8.4K 192 9
                                    

#Batal_Cerai
#1

"Berapa usiamu?" Kutatap lekat gadis berkerudung abu-abu yang baru masuk dari arah pintu. Pintu apartemenku.

Ia langsung terdiam di tempat. Menatapku sekejap lalu menunduk ke posisi kakinya berpijak. Gemataran. Ketakutan? Atau apa? Dasar gadis desa!

Bah! Aku paling tidak suka dengan model perempuan seperti ini. Terlalu lugu. Tidak menantang apalagi menarik untuk dijadikan pasangan. Apa? Pasangan?

"Sem... sembilan belas, em...."

"Panggil aku Om! Atau tuan!" Tegasku dengan suara yang kubuat mengerikan. "Aku sepuluh tahun lebih tua darimu. Kau lebih cocok jadi putriku. Paham?!" Aku melempar puntung rokok yang baru selesai kusesap ke arah kakinya yang hanya beralas kaus kaki warna coklat. Ya, coklat. Dipadukan dengan jilbab dan pakaian longgar panjang abu-abu. Begitu terlihat suram.

Dimana letak menariknya perempuan seperti ini? Cantik? Tidak, em tidak tahu. Karena dia menggunakan penutup muka yang hanya memperlihatkan matanya. Jadi, dia pasti tidak mungkin cantik. Makanya wajahnya ditutupi. Seperti itu kan memang? Setiap orang akan menonjolkan apa yang menarik darinya dan menutupi kekurangannya. Jadi kalau dia menggunakan penutup muka begini, maka kupastikan, dia pasti menutupi wajah jeleknya. Jelas saja, dia gadis desa. Wajahnya pasti tak menarik, penuh noda dan jerawat dimana-mana. Benar-benar bukan levelku. Seksi? Tidak. Pintar? Jelas tidak. Menggoda? Apalagi itu.

Kesialan seumur hidup aku harus menikahinya kemudian nanti akan menjadi duda darinya juga. Ya, pernikahan ini hanya sementara, sampai Opa menutup mata selama-lamanya. Semoga tak lama lagi, huh. Bayangkan, Opa yang sekarat lalu aku yang harus ditumbalkan, menikahi gadis desa. Gadis desa dari kampung halaman Oma, dulu. Seperti orang mengidam saja kan? Sudah sekarat banyak permintaan. Harus dituruti pula. Iya kalau hanya meminta makanan atau apalah. Ini malah meminta aku menikah. Hey, me-ni-kah!

Ah sudahlah, nanti juga kuceraikan setelah urusan dengan Opa selesai. Walau ini sungguh mengesalkan. Lebih untung kalau nanti aku menduda dari seorang perempuan cantik, seksi, terkenal, dan dambaan para pria seseantaro jagat raya. Atau minimal, bunga desa lah. Setidaknya, ada yang bisa kubanggakan dari status duda itu, duda dari siapa dan bekas siapa. Kalau darinya ini? Aih, malu saja mengakuinya.

Ia mengangguk takut-takut. Benar-benar membuatku mual.

"Masuk kamarmu! Di sana!" Aku menunjuk kamar tepat di sebelah kamar utama, di sisi kamarku. Hanya ada tiga kamar di apartemen ini. Satu, kamar utama, kamarku. Dua, kamar kosong di sebelah kamarku. Tiga, kamar pembantu. Ada pembantuku yang tidur di sana. Atau, bagaimana kalau kuminta dia tidur dengan pembantuku saja? Ide bagus. Agar semakin faham kastanya. Dan hukuman karena menerima perjodohan dengan lelaki yang terlalu sempurna untuknya ini.

"Hey...." Aku berbalik dan ingin mengubah instruksi, agar ia tidur di kamar pembantu. Tapi terlambat. Pintu kamarnya sudah tertutup rapat.

Aku memicingkan mata. Lalu membuang nafas kasar. Biarkan sajalah. Daripada nanti dia keluar lagi dan aku harus kembali melihat dia dengan penampilan yang membuatku ingin muntah rasanya.

Kubuka laptop di ruang tamu dan mulai mengurus pekerjaanku. Mengamati pergerakan saham yang mulai kacau beberapa minggu belakangan. Hanya aku yang bisa menyelesaikan semua ini. Cucu Opa yang lain, mana bisa. Karena aku yang paling cerdas di antara mereka semua.

.
.
.

Satu minggu yang lalu.

"Kamu harus menikah dengan gadis dari desa Oma." Suara Mami membuatku segera menginjak rem mobil mewah yang sedang kukendarai.

"Kenapa?" Tanyaku terkejut.

"Itu perintah. Tak bisa dibantah. Opa ingin salah satu cucunya menikah dari gadis yang sama dengan kampung halaman Oma." Mami bersuara resah tapi seperti tak bisa membantah dari seberang telepon sana.

"Dari desa?" Aku meyakinkan pendengaranku.

"Ya, dari desa. Kamu masih beruntung bisa memilih. Bukan Opa yang langsung menunjuk siapa. Pokoknya siapa saja yang kira-kira kamu suka. Yang penting dari desa itu. Sebutkan namanya, kita segera lamar dia."

"Untung apanya? Aku tidak mau!" Bantahku dengan suara menekan.

"Tidak bisa. Ini permintaan Opa, Sayang." Suara Mami melemah. Membujukku.

"Salah satu cucunya kan? Alfin saja. Alex. Atau Angga. Kenapa harus aku?" Kusebutkan nama-nama saudaraku yang seluruhnya laki-laki. Ya, aku empat bersaudara. Laki-laki semua. Alfin dan Alex itu bahkan kakakku. Usianya lebih tua dariku. Angga juga hanya terpaut usia dua tahun di bawahku. Kami semua belum menikah. Kenapa aku yang ditunjuk?

"Tidak bisa, Sayang. Alfin dan Angga sudah punya tunangan. Alex juga sudah punya gandengan. Tinggal kamu yang jomblo--"

"Siapa bilang? Banyak yang antri untuk kukencani--"

"Tapi tidak ada yang kamu seriusi kan?"

"Itu karena aku terlalu pemilih. Apalagi soal pendamping hidup. Mami tahu kan aku ini terlalu oke untuk perempuan biasa. Tampan, kaya, mapan, pintar. Apa yang kurang dariku? I'm perfect. Bahkan dibanding Alfin, Alex, atau Angga, ya kan? Makanya aku tak bisa memilih kekasih sembarangan seperti mereka. Harus selevel!" Kataku dengan PD sekali. PD? Ya, jelas saja PD. Semua yang kukatakan memang benar.

"Tapi hanya kamu yang belum punya pacar--"

"Aku bisa mengajak jadian salah satu model tercantik di negeri ini detik ini juga dan mengubah status jombloku sekarang." Aku berkelit untuk terkahir kali. Dari perintah gila ini.

"Terlambat. Opa sudah memutuskan. Kamu harus menikah dengan salah satu gadis dari desa itu. Keberuntungan yang tersisa hanya kamu bisa memilih dengan siapa gadis desa yang akan kamu nikahi."

"Mami, dengar aku. Tidak! Tidak ada gadis desa yang selevel denganku. Seperti langit dan bumi. Aku tidak sudi! Ini soal masa depan!"

"Tidak ada bantahan, Aldo. Opa sudah memutuskan. Dan tak ada yang bisa membantah. Sekalipun Mami. Maaf. Mami hanya menyampaikan. Kamu tahu konsekwensi membantah perintah Opa. Apalagi ini permintaan."

Lalu sambungan telepon itu terputus. Seiring dengan aku yang segera memukul kemudi kencang-kencang.

Menikahi gadis desa? Gadis kampungan?

Sial.

.
.
.

Bersambung

Batal Cerai
- Lebah Ratih
Kukira menikahi wanita nelangsa yang tak layak dianggap ada. Ternyata, dia bidadari surga yang membuatku tergila-gila.

Batal Cerai (Kukira Wanita Nelangsa, ternyata Bidadari Surga) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang