# Batal_Cerai
# Bab_3GADIS BERCADAR
Kata orang, gadis bercadar dan berjilbab itu membuat penasaran. Membuat orang jadi membayang-bayangkan, seperti apa wajahnya, rambutnya, dan bahkan bagian tubuh lainnya.
Tapi bagiku tidak.
Tidak ada sedikitpun rasa penasaranku pada gadis itu. Yang sialnya, secara resmi sudah dilamarkan Opa sepuluh menit yang lalu, untukku.
"Datang sendiri ke desa, milih sendiri dan itu pilihannya? Hebat bener ternyata selera Aldo." Suara Alfin menyindirku.
"Untung namanya bukan Tukiyem," ejek Angga saat aku berlalu.
Aku nyaris meninjunya jika tak sadar sedang dipelototi Mami.
Benar-benar nasib buruk.
Kepala desa itu penyebabnya. Gadis desa terbaik apanya jika seperti ini? Dia menipuku. Awas saja.
Aku membentaknya yang menunggu di mobil, ikut mengantarkan gadis itu. Yang tadi baru kutahu bernama Miranda. Ya, Miranda, namanya saja pasaran sekali bukan? Seperti nama hand body lotion. Kenapa tidak Lifebuoy saja namanya sekalian?!
"Ma-maaf, Tuan. Tapi tadi Tuan meminta diberikan gadis desa terbaik. Miranda itu gadis desa kami yang terbaik, Tuan. Dia yang paling pintar karena satu-satunya gadis desa yang kuliah di kota, paling santun, dan paling can--"
"Penipu!" Aku membentaknya sekali lagi.
"Kalau tuan tidak suka, bisa kami gantikan dengan yang lain."
"Terlambat! Opa sudah melamarnya dan itu akan pantang untuk dibatalkan!"
Ia terdiam dengan wajah pucat. Terlihat merasa amat bersalah tapi juga seperti menyimpan rasa penasaran dan sungkan mempertanyakan.
Sampai sebelum aku berbalik ia beranikan diri menyusul langkahku.
"Apa Tuan sudah melihat... wajahnya?" tanyanya seperti ragu.
Aku menghentikan langkah dan memelototinya.
"Tidak perlu! Tidak berminat!"
Ya, berminat? Untuk apa aku berminat melihat wajahnya yang sudah pasti tidak menarik?
Begini, kujelaskan konsep sederhananya, saat seseorang berjerawat saja, satu jerawat di ujung hidung akan ditutupi habis-habisan dengan segala foundation, dempul, dan sejenisnya agar kekurangan itu tak terlihat bukan? Ya, karena setiap orang pasti akan menutup bagian kekurangannya.
Begitu juga saat seseorang memiliki bekas kurap di lengan, cacat kulit, maka pasti bagian itu akan ditutupi dengan pakaian yang melindungi hingga bagian cacat itu tak terlihat. Jadi bisa kubayangkan kalau ia menutup seluruh bagian tubuhnya seperti itu. Dia pasti jelek, mungkin hidungnya sangat pesek, wajahnya penuh jerawat, bibirnya hitam, giginya ompong, begitu juga kulitnya, ah tak bisa kubayangkan.
Seorang satpam di kantorku bahkan selalu menggunakan topi. Saat apapun. Ketika suatu hari kuminta membuka topinya, ternyata, kepalanya botak. Ya, botak karena cacat. Sebab itu ia selalu menggunakan topi.
Maka melihat wajah gadis bernama Miranda itu, mana mungkin aku berminat. Jangan-jangan aku akan pingsan saking tak sanggup menghadapi kenyataan.
Kuteruskan langkah ke dalam, masuk kembali ke ruangan Opa dirawat. Tempat dimana, gadis ninja itu juga masih menunggu.
Parah sekali.
Seperti menerima kutukan. Apalagi Opa justru tersenyum senang.
"Ini yang Opa tunggu, cucu Opa menikah dengan gadis desa, berjilbab dan sholeha pula. Sejak lama Opa sudah tawarkan agar kalian mencari pasangan yang berjilbab, menutup aurat, untuk memperbaiki keturunan keluarga kita. Alfin, Alex, Angga, tidak ada yang sanggup memenuhi. Sekarang malah Aldo yang memenuhi harapan Opa. Dari desa Oma, berjilbab dan bercadar juga. Sempurna sekali. Sepertinya Opa akan cepat sembuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Batal Cerai (Kukira Wanita Nelangsa, ternyata Bidadari Surga)
General FictionAldo Amagatta, seorang cucu konglomerat yang sombong dan angkuh tingkat dewa, terpaksa menikahi seorang gadis desa sebagai permintaan tak terbantah sang Opa. Miranda, gadis cerdas bercadar asal desa yang sholihah dan rendah hatinya luar biasa. Tapi...