00.03

679 98 5
                                    

!!! warning !!!
banyak harsword nya

Ada rasa hangat yang tidak biasa menjalari seluruh tubuhnya saat kesadaran niki mulai terkumpul. Hangat yang tanpa sadar terasa menghanyutkan dan membuat niki ingin kembali menyelami mimpi. Perpaduan aroma rosewood, Amber, dan Whitemusk menguar memenuhi indra penciumannya, menghantarkan nya pada perasaan tenang dan damai.

Niki sedikit menggeliat dalam tidurnya, mencari posisi yang nyaman. Namun tiba tiba saja ia berhenti. Kedua netra jernih itu tiba tiba terbuka menyadari bahwa..

Aroma ini..

Niki segera mendongak dan mendapati dirinya sudah berada dalam rengkuhan jay. Otak niki dengan cepat memproses, kemudian tanpa aba aba langsung mendorong tubuh jay yang semula memeluknya sampai jatuh ke lantai.

Duk!

Suara benturan yang menyakitkan, diiringi oleh ringisan kecil langsung menyambut indra pendengaran sesaat setelah niki mendorong jay. Jika orang lain yang melakukannya, jay mungkin sudah mengamuk, bahkan bisa saja membalikkan kasur yang ia tiduri tersebut. Tetapi, jay tidak melakukannya pada niki.

Selain karena niki adalah adiknya, tapi disini dia juga yang salah karena tidak meminta izin dan langsung menyelonong masuk, bahkan menumpang tidur di kamar sang adik.

Jay masih meringis, namun perlahan ia mulai mengumpulkan kesadaran dan segera bangkit untuk melihat kondisi sang adik.

"Selamat pagi." Ucap jay dengan senyum yang menurut niki terlihat bodoh, meski sebenarnya jay hanya merasa canggung.

"Ngapain lo disini?!" Jay berjalan mendekat melepas selang nasal canul yang melintang di bawah hidung sang adik yang sepertinya tidak menyadari keberadaan benda tersebut. Lelaki itu tidak kunjung menjawab pertanyaan niki, justru mengulur tangan meraih kening sang adik dan mengecek suhunya.

"Masih demam." gumamnya.

Niki dengan cepat menepis tangan jay yang hinggap di keningnya. "LO TULI HAH?! GUE TANYA LO NGAPAIN DI KAMAR GUE?"

"Nggak perlu teriak teriak niki, kakak bisa denger." Jay menghela nafas sejenak menatap adiknya yang tengah menatapnya dengan pandangan marah. 

"Kakak khawatir, tadi malem kamu pulang dengan keadaan basah kuyup. jadi kakak nyelinap kekamar kamu buat cek keadaan, dan bener kan ternyata kamu demam. bahkan sampe sesek nafas. bayangin kalo ngga ada kakak, kamu sesek nafas dalam keadaan tidur, nggak ada yang tau, mungkin kamu masih pingsan pagi ini, atau yang lebih buruk lagi.."

mati

lanjut keduanya, sama sama tidak menyuarakan apa yang ada dalam pikiran masing masing. niki tertawa miris dalam hati.

'Lalu, kenapa tidak dibiarkan saja? Toh selama ini ia sudah hidup, seperti mati.'

"Udah ngomongnya? Mending sekarang lo keluar deh. Kalo lo disini yang ada mama lo bakal marah marah karena anak kesayangannya ada disini." ucapnya sambil menekan kata 'mama', menegaskan wanita tersebut memang hanya ibu dari sang kakak.

"Niki, tapi mama juga mama kamu."

Niki tidak mendengarkan, remaja 15 tahun itu justru mendorong bahu sang kakak keluar kamar dan membanting pintunya tepat di depan wajahnya. Sialnya, bertepatan dengan hal tersebut, mama justru lewat.

"Dasar anak gak tau sopan santun! Bisa bisanya kamu banting pintu di depan yang lebih tua! Mau jadi pemberontak kamu? iya?!" teriak mama dari luar, samar samar niki dapat mendengar suara kakaknya yang mencoba menenangkan sang mama. 

"Emang dasar gak tau diri!"

Dari balik pintu, tubuh niki perlahan meluruh ke lantai. tubuhnya terasa lemas, kepala nya terasa pusing, juga ia merasa kedinginan meski suhu tubuhnya berkata yang sebaliknya. Tapi bukan itu yang menjadi siksaan terberat untuk mengawali pagi ini,

promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang