13.00

989 95 17
                                    

Niki semakin membenci dirinya kala dirinya lagi lagi harus terlihat lemah dihadapan jay. Niki membenci dirinya yang lagi lagi harus kumat dan berakhir tak sadarkan diri dipelukan jay. Ia benci dirinya yang terlihat lemah di hadapan orang yang berada di list nomor satu dari daftar orang yang ia benci.

Memalukan.

Tidak berguna.

Lagi lagi kalimat kalimat memuakkan itu bergaung di kepalanya. Bocah lima belas tahun itu hanya mampu tersenyum miris, karena nyatanya memang ia begitu. menyusahkan, merepotkan, dan tidak berguna. sama seperti yang suara suara tersebut teriakkan padanya setiap saat.

lelaki itu menggelengkan kepalanya kuat kuat. ini masih pagi dan niki tidak mau tenggelam dalam pikirannya sendiri. hembusan angin dari air conditioner dalam kamarnya kembali menyadarkan niki dari lamunan. pukul setengah 6, agaknya sedikit terlalu pagi untuk bersiap, tapi tidak masalah. dengan begitu ia mungkin bisa menghindar dari jay ataupun sang bunda.

***

Sudah bersiap dari pagi namun rencananya untuk berangkat pagi buta nyatanya harus batal karena jay yang menangkap kehadirannya di ruang makan. lelaki itu meminta niki untuk setidaknya memakan sarapan yang bahkan belum di buat. pada awalnya niki menolak, namun sang ayah datang dan turut mendukung aksi jay untuk memaksa si bungsu mengisi perutnya sebelum sekolah dengan ancaman niki tidak di perbolehkan sekolah jika menolak sarapan.

sekolah pagi itu terbilang cukup ramai mengingat bel sekolah akan berbunyi dalam sepuluh menit. Niki bukannya tidak tau bahwa setiap langkahnya menuju kelas di beri tatapan sinis serta berbagai cemoohan yang bagi niki terdengar tidak masuk akal. jujur saja niki merasa risih, terlebih selama hampir dua tahun ia berada disini, hidupnya sangat tenang bahkan cenderung tidak terlihat. namun hari ini pandangan semua orang terhadapnya seketika berubah hanya karena sebuah rumor yang bahkan masih belum jelas kebenarannya.

Seharusnya Niki tau bahwa hal ini akan terjadi, namun remaja 15 tahun itu tidak mengira bahwa hal tersebut akan terjadi secepat ini.

BYUR!!

Satu ember penuh berisi air berbau itu adalah hal yang menyambut niki pertama kali memasuki ruangan kelas. Tidak ada orang yang  tertawa, justru mereka menatap sinis Niki yang masih berdiri dengan wajah tertunduk di ambang pintu. Satu persatu teman teman sekelasnya berjalan mendekati Niki dengan ekspresi wajah yang tidak bisa di jelaskan.

"Ngapain lo diem disitu?" Kalimat daniel seketika memecah keheningan. Semua orang di sana cukup tau bahwa daniel bukan orang yang suka banyak bicara.

"Masih punya muka lo dateng ke sekolah setelah ngotorin nama kelas?"

Daniel, pemuda bertubuh bongsor itu perlahan mendekatkan wajahnya pada telinga niki, bilah bibirnya berbisik lirih "Kenapa gue harus capek capek bersaing sama lo yang dengan kurang ajarnya ternyata nyontek di belakang."

"Gue gak—" niki bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatnya, namun sebuah benda berbau amis tau tau saja sudah mendarat di kepalanya.

Telur ?

Niki menjulurkan tangan untuk memastikan, namun tiba tiba semakin banyak orang yang melemparinya dengan telur telur yang niki sendiri tidak mengerti dari mana mereka mendapatkannya.

Tidak ada yang tertawa.

Ekspresi mereka hanya tampak datar bahkan menyeringai sinis menatap remeh ke arah niki yang berusaha terlihat tegar.

Seolah tidak cukup hanya dengan telur, mereka kini mulai melempari niki dengan berbagai jenis sampah. Niki sudah tidak tau lagi baunya akan seperti apa. Waktu terus berputar hingga tanpa terasa lima menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Semua orang yang mengerubungi niki kini berjalan ke tempat duduknya masing masing, bersikap seolah tidak ada yang terjadi dan membiarkan niki berdiri mematung dengan kekacauan di sekitarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang