00.09

612 88 25
                                    

BRAK!

pintu di banting kencang membuat beberapa maid terlonjak kaget. semua orang menundukkan kepalanya saat iris berjalan dengan langkah tergesa dan di penuhi amarah. aura wanita itu tampak gelap dan penuh amarah, membuat para maid tidak ada yang berani bersuara.

"MANA ANAK SIALAN ITU?!" Iris berteriak kesal, namun para maid tidak ada yang berani menjawabnya.

"JAWAB SAYA, DIMANA ANAK SIALAN ITU? APA SEKARANG KALIAN TULI HAH? ATAU IKUT IKUTAN BISU?" 

para maid saling sikut menyikut, baru kali ini mereka melihat iris marah, dan jujur saja sangat menyeramkan. mereka bingung apakah harus memberi tau tuan rumah di mana niki berada, atau memilih tetap diam. pasalnya mereka tau, kedua pilihan tersebut tidak akan berakhir baik.

iris berjalan mendekati salah satu maid bername tag tita. "Dimana?" tanya nya sambil mencengkram wajah gadis itu dengan erat. "Beri tau saya dimana anak sialan itu sekarang?" ucap iris dengan suara rendah yang terdengar mengerikan.

"t-tidak ta-" bahkan gadis itu belum sempat menjawab, namun iris sudah menghempaskan wajahnya.

"dasar tidak berguna."

"Bawa anak itu kemari." titah iris, namun para maid itu bahkan tidak ada yang bergerak.

"BAWA ANAK ITU KESINI SEKARANG JUGA APA KALIAN TULI?!"

"Oh, atau kalian ingin saya pecat?" iris mulai mengancam membuat para maid menggeleng takut namun tidak juga bergerak.

iris mendengus kasar, "Dasar maid tidak berguna, kalau kalian tidak mau membawa anak itu kemari, biar aku yang menariknya dengan tanganku sendiri."

para maid hanya saling lirik, ingin mencegah nyonya nya, tapi mereka terlalu takut. Hingga jason muncul dari arah tangga dan menghalangi jalan iris. "Minggir kamu dari jalan saya." ucap iris dengan nada yang dingin.

namun jason tidak tampak gentar sama sekali, "tidak bisa nyonya, ini atas perintah tuan."

"Minggir! atau kamu ingin saya pecat?"

"Tidak nyonya, saya tetap tidak bisa."

Iris benar benar kesal, dengan emosi yang memuncak iris menampar jason dengan kencang meski jason tidak bergerak sama sekali. "MInggir! saya bilang minggir!!" teriaknya marah.

"Anak sialan itu harus di beri pelajaran!! dia.. dia.." iris tidak sanggup melanjutkan. dadanya terasa sesak setiap kali mengingat apa yang anak sialan itu lakukan terhadap anaknya. iris jatuh meluruh ke lantai dengan jason yang menopang tubuhnya.

"jangan seperti ini nyonya.." lirihnya sedih, meski ia tau disini niki salah, namun bocah 3 tahun itu juga tidak bisa di salahkan. bahkan ia terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi.

iris terus menangis, namun logikanya tetap berjalan. ia tidak boleh menyia nyiakan kesempatan ini. dalam tangisnya, iris menggigit kuat lengan jason yang menahan bahunya, hingga lelaki tersebut meringis keras dan segera melepaskan tangannya dari iris. melihat kesempatan itu, iris segera berlari keatas. Tujuannya hanya satu

kamar niki.

***

BRAK!!

kedua kalinya iris membanting pintu. di lihatnya bocah tiga tahun itu sedang meringkuk ketakutan di sudut ruangan, dengan wajah yang di penuhi air mata.  Iris berjalan cepat menghampiri niki, tanpa rasa kasihan menjambak rambut bocah tiga tahun itu hingga tubuhnya yang semula terduduk kini berdiri.

Niki menangis semakin kencang, namun hal tersebut tidak menghentikan iris untuk berbuat lebih kejam.

"mama.. a..kiit.."

Iris membawa bocah 3 tahun itu kedalam kamar mandi. ia sengaja mengunci kamar mandi agar tidak ada yang bisa menghentikannya.

"PUAS KAMU HAH?! GARA GARA KAMU ANAK SAYA SEKARANG TERBARING DI RUMAH SAKIT." iris lagi lagi menjambak rambut niki, kemudian menghantamkannya dengan keras ke dinding kamar mandi.

Niki menangis semakin keras.

"DIAM KAMU. semakin keras kamu menangis, saya akan berbuat lebih buruk lagi."

tapi, sekali lagi perlu ku ingatkan bahwa niki hanya bocah 3 tahun. ia akan tetap menangis ketika merasa sakit.

DUG! lagi lagi iris menghantamkan kepala bocah itu ke dinding kamar mandi. "INI KAN YANG KAMU PERBUAT PADA ANAK SAYA."

DUG!

DUG!

DUG!

Iris berkali kali menghantamkan kepala niki hingga anak itu tidak lagi menangis. Ia hanya terisak karena kepala nya terasa sangat pusing. nafas nya sudah mulai berubah satu satu. darah mengucur deras dari pelipisnya, Niki sangat ketakutan sekarang, tetapi ia bahkan tidak punya tenaga untuk lari dari tempat ini.

"Semuanya gara gara kamu."

seakan belum puas membenturkan kepala niki, Iris justru malah menyeret bocah itu ke dalam bath up, mengguyur tubuh kecil itu hingga menggigil kedinginan.

"Semuanya gara gara kamu niki. Sejak awal seharusnya saya tau, kamu itu cuma anak pembawa sial."

"Karena kamu jay masuk rumah sakit."

"semenjak ada kamu juga saya sering bertengkar dengan suami saya."

"Kedatangan kamu itu hanya membawa kehancuran bagi keluarga saya."

Setelah melihat tubuh niki yang basah kuyup itu, iris segera mendorong tubuh niki hingga anak itu tersungkur membentur bath up. Niki bahkan sudah tidak bersuara, dan iris tidak peduli. Bahkan jika anak itu mati nantinya, iris juga tidak akan peduli padanya.

Wanita itu memutuskan untuk pergi, mengabaikan suara lirih yang memanggil namanya.

"mama.. akit.." lirihnya sebelum kesadarannya di telan kegelapan.

***




















Hai hai haiii...

selamat menikmati weekend.. gimana chapter ini? agak pendek ya dari chapter sebelumnya, tapi semoga ngga membuat kalian kecewa sama isinya. anyway aku bikin work baru!! yeayy!!

sebenernya udah dari kemaren kemaren sih buatnya,
buat kalian yang capek sama penyiksaan dalam cerita ini, bisa mampir ke cerita sebelah yaa..

isinya simple aja sih, kaya daily life jay sebagai ayahnya jungwon dan sunoo, kalo tertarik boleh banget mampir yaw. jangan lupa tinggalkan jejak.

Oke gais, see you on the next chapter

bubayy~

bubayy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang