00.07

628 98 5
                                    

"Karena kamu anak dari hubungan hasil kesalahan."

"Karena kamu anak haram."

"Dan kehadiran kamu adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya."

Jay menghela nafas lelah, rentetan kalimat sang ibu kembali berdengung di kepalanya. Otak nya kini sibuk mencerna. Jay bahkan tidak tau ia harus bersikap seperti apa setelah mendengar fakta yang kini genap menjadi benang merah di balik pertanyaan mengenai,

Kenapa mama nggak sayang niki?

Pantas saja niki selalu di perlakukan tidak adil. ingatannya tiba tiba di paksa memutar kejadian beberapa taun silam. Tentang bagaimana niki harus di marahi, bahkan di pukul hanya karena meminta ice cream, tentang bagaimana mama hampir-- atau mungkin sengaja meninggalkan niki di tengah keramaian hingga anak itu menangis ketakutan, tentang alasan yang selalu ibunya katakan ketika tidak ingin mengambil rapot niki..

semuanya tiba tiba terasa masuk akal.

Meski jay tidak juga membenarkan apa yang mama nya lakukan, tapi ia juga tidak bisa membenci mamanya atas apa yang mamanya lakukan pada niki.

Baginya ini serba salah.

Bagaimanapun selama ini ia hanya melihat dari sudut pandang ayah, niki dan tentu dirinya sendiri. dengan langkah pelan, jay memasuki ruang baca, tempat dimana biasanya sang ibu menenangkan diri atau sekedar mencari inspirasi. Sebelum memutuskan untuk menghampiri sang mama, jay pergi ke dapur untuk membuat secangkir coklat panas dan membawa beberapa camilan, berharap perasaan ibunya akan berubah menjadi lebih baik.

"Ma?" panggil jay pelan, wanita itu tampak buru buru mengusap air matanya, kemudian menoleh kearah jay dengan seulas senyum.

"Jay udah pulang sayang?" tanyanya, sambil mengusap kepala putranya yang kini sudah tumbuh besar dan bahkan sudah lebih tinggi darinya.

"Iya ma. Mama mau hot chocolate?"

Wanita itu tersenyum lembut, membuat jay semakin tersadar seberapa senjang nya perlakuan sang ibu padanya dan niki "Makasih sayang."

"Kamu tadi gimana konsultasi skripsinya?" tanya iris memulai basa basi, rasanya sudah lama sekali tidak berbicara santai dengan jay. belakangan ia sadar terlalu banyak menghabiskan waktunya di butik, sehingga jarang meluangkan waktu untuk keluarganya.

"Baik mah, ya.. biasa, paling ada revisi lah, dikit dikit. Mama gimana? katanya mau launch produk baru di butik?"

"iya, persiapannya udah sekitar 80% lah, jadi sekarang bisa lumayan santai."

ada jeda diantara keduanya yang memang tidak berusaha di isi oleh siapapun. Baik jay maupun iris, kedua nya sibuk dengan pikirannya masing masing. Jay rasanya benar benar gatal ingin bertanya, tetapi ia tidak tau harus memulai dari mana.

"Ma?" panggil jay memecah hening.

"Tadi.. Jay denger." ucap jay menjeda kalimatnya. "sebelum jay tanya, is there something you wanna share with me?"

wanita itu terdiam sejenak, kemudian tersenyum sendu tanpa menatap jay. "Jay denger tentang apa?"

"ng.. niki.."

"Kalo niki bukan anak mama sama papa?"

"Iya."

"Terus jay sekarang disini mau ngapain? mau nyalahin mama karena mama bersikap kasar ke niki? mau nyudutin mama juga? iya?" tanya iris to the point yang langsung di sambut gelengan keras dari putranya.

"Nggak.."

iris menghela nafas, "Sekarang jay mau tau apa dari mama?"

"Jay mau tau semuanya... Jay mau tau kenapa mama sebenci itu sama niki... kenapa mama ngga bisa terima niki, dan sayang ke niki, sama kaya sayangnya mama ke jay?"

promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang