Chapter 11. Sama Tomi

65 17 0
                                    


"Permisi."

Semua yang ada di dalam kelas terdiam. Mereka melihat seorang lelaki yang berada di ambang pintu dengan tampang muka datarnya. Lelaki itu nampaknya habis mencuci muka, dilihat dari wajahnya yang masih ada bulir-bulir air yang menempel.

Ketampanan Raden bertambah jika dengan keadaan seperti itu. "Alifia ada?"

"Sa-saya.." Seorang gadis bernama Alifia itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi agar Raden melihatnya.

Alea memutar bola matanya jengah, "Kayak bicara sama guru aja, pake bahasa formal lagi." Gumamnya. Caca menyikut lengan Alea, "Kenapa lo Al? Cemburu ya?" Dia menaik turunkan alisnya menggoda Alea.

Alea memasang ekspresi jijiknya, "Dih, ogah."

"Lihat deh, Raden ganteng banget masyaallah..." Ungkap Caca dengan mata yang berbinar cerah. Alea menggelengkan kepalanya, dia melihat Raden berjalan menghampiri Alifia. Alea pun kembali membaca bukunya dan tak memperdulikan keadaan sekitarnya yang sedang ricuh karena dikelasnya kedatangan Raden.

"Kenapa ya?" Tanya Alifia pelan.

"Pulpen Mickey mouse satu pack."

Alifia mengerjapkan bulu matanya berkali-kali, dia terus saja menatap wajah Raden.

Cowok di depannya itu memberikan selembar uang kertas bernilai seratus ribu kepada Alifia, "Uangnya."

Alifia sontak menerimanya, namun tangannya terasa bergetar ketika menerima uang dari tangan Raden. Sungguh, tangannya ini tak bisa diajak kompromi sekali.

Raden berbalik dan melangkahkan kakinya, membuat Alifa mengeluarkan suara.

"Kembaliannya?"

"Buat lo." Ujar Raden.

Alifia sedikit senang, dia menghampiri Raden yang berada di depan papan kelas. "Ini nggak langsung ada, sekitar satu mingguan. Kamu mau kan?"

Raden mengangguk. "Kalau udah ada langsung aku antar ke kelas kamu ya." Ujar Alifia tersenyum.

"Langsung kasiihin ke Ghea."

"Ghe-ghea??" Beo Alifia. "Jadi ini buat Ghea?!" Pekik gadis itu sedikit terkejut. Ghea itu adalah sahabat terdekatnya dan tetangga di rumahnya. Pantas saja, untuk apa Raden membeli pulpen bergambar Mickey mouse? Ah, intinya nanti ia akan berbicara dengan Ghea.

"Loh Ed!!"

Raden membeku, dia melotot ketika melihat Bara dengan entengnya berlari kearahnya. Bara menyadari wajah Raden yang memerah, tapi mengapa cowok itu memelototi nya?

"Ed siapa?" Tanya Alifia.

Bara kelimpungan, ia lupa jika disini Edgar dipanggil Raden. Ia menggelengkan kepalanya berkali-kali, semua mata tertuju kepadanya dan nampak kebingungan. Apalagi kedua pasang mata Raden yang sangat tajam.

"E-eh, nggak, maksud gue Raden. Gue cuman keceplosan aja kok hehehe." Bara tertawa garing ingin mencairkan suasana.

"Oh..." Jawab mereka serentak, Bara hanya mengangguk-angguk mengerti.

Raden memelototi Bara sekali lagi, sebelum akhirnya dia keluar dari kelas dengan senyuman tipis karena mood nya membaik setelah melihat wajah Alea. Bara tentunya membuntuti sepupunya itu, bosen dikelas soalnya nggak ada guru. Apalagi dia baru disini, jadi tak begitu mengenal dekat dengan teman sekelasnya.

Mungkin dia sendiri yang sok kenal dan sok asik.

Capek juga ya jadi orang kayak Bara.

"Oh my Gosh!!" Caca mengipasi dirinya dengan buku tipis yang dia punya. "Kenapa Raden beliin Ghea pulpen?" Imbuh Caca menatap Alea.

El, Al & Ed (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang