"Raden, nama gue Raden."
Alea melirik Raden sekilas, dia tidak membalas jabatan tangan cowok itu. "Gue nggak nanya."
Cowok itu tersenyum lebar kemudian lalu mensejajarkan langkahnya dengan Alea. "Alea, jangan cepet-cepet, dong."
Alea menghentikan langkahnya, "Lo tau nama gue?" Menatap Raden penuh tanya.
"Apa sih yang nggak gue tau tentang lo?" Raden tersenyum menggoda.
Alea memutar bola matanya jengah. Rasanya dia ingin cepat-cepat sampai di kelas, agar berpisah dengan cowok edan ini dan jauh-jauh darinya.
"Karena gue masih baru, ntar istirahat ke kantin bareng."
"Lo bisa nanya."
"Nggak mau Lea, ntar kalau gue kesasar gimana?"
Alea kembali memberhentikan langkahnya, dia menyamping menatap Raden sembari melipatkan kedua tangannya di bawah dada. "Ini bukan kerajaan atau kebun binatang, jadi nggak usah banyak alasan." Cibir Alea.
"Tapi, Al, gue maunya sama lo." Paksa Raden membuat Alea kembali melangkah.
Lalu gadis itu mempercepat langkahnya, sedangkan Raden tak henti-hentinya menatap wajah Alea dari samping. Tenanglah, ia tak akan luluh dengan perkataan para buaya seperti cowok disampingnya ini.
"Eh mau kemana!" Cegah Raden saat Alea hendak memasuki kelasnya.
"Kelas."
Raden menunjuk dirinya, "Gue?"
"Lo nggak bisa baca tulisan?" Alea menunjuk sebuah tulisan di atas pintu. "Setiap kelas, pasti diatasnya ada tulisannya. Gue rasa lo tau. Selain itu, kelas lo tinggal lima langkah lagi."
Raden mengangguk. "Maunya sih dianterin."
Gadis itu melotot. "Manja!"
\|\|\|\|\
Raden memasuki area kantin, saat itu pula semua berteriak heboh. Terutama para gadis. Sepertinya baru kali ini mereka melihat cowok setampan Raden di sekolah ini.
Memang ketampanan Raden sungguh meresahkan kaum hawa.
Sementara itu, di bangku paling pojok Alea melahap makanannya dengan nikmat. Tak memperdulikan keadaan kantin yang ricuh karena adanya Raden disini.
Raden mengedarkan pandangannya pada seisi kantin ini, bahkan cowok itu sampai tak sadar bahwa banyak pasang mata yang memperhatikannya. Ada banyak para gadis yang sedang memotretnya, namun Raden masih tak sadar juga.
Matanya menyipit, saat dia mendapatkan apa yang ia cari. Cowok itu berjalan menghampiri sebuah bangku yang terletak di kantin. "Hai." Sapa Raden terhadap Alea sembari tersenyum manis kepadanya.
Alea mendongak, seketika ia memutar bola matanya jengah menatap wajah orang itu. "Lo lagi."
Alea menautkan kedua alisnya saat Raden semakin mendekat. "Ngapain, lo?" Sewotnya.
"Duduk." Kata Raden lalu menduduki kursi di sebelah Alea. Gadis itu melotot, mengapa cowok itu seenak jidat duduk di sebelahnya?
"Pergi! Kayak nggak ada kursi lain aja."
Caca menyenggol lengan Alea pelan, "Jangan jahat-jahat dong Le, dia kan masih baru."
Mendengar perkataan Caca, membuat Alea tiba-tiba sudah tak nafsu makan jadinya. "Kenapa sih? Ngikutin gue mulu?" Tanya Alea menatap Raden datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
El, Al & Ed (Hiatus)
Roman pour AdolescentsSaat bangun dari koma, Edgar menyadari bahwa Elgar, saudara kembarnya telah hilang. Ia memutuskan untuk bersekolah dimana Elgar sekolah, hanya untuk menyelidiki hilangnya Elgar. Disamping itu, ia bertemu dengan gadis bernama Alea, yang membuat nya t...