"Beneran Al? Kita kesini? Buat apa Al? Lo mau masukin gue ke panti asuhan ya?!"
Alea refleks menginjak kaki Raden yang memakai sepatu Converse, lalu cowok itu memekik terkejut. Bukan sakit, hanya saja ia sedikit terkejut dengan pergerakan Alea disaat dirinya sedang memandang sebuah bangunan itu.
"Berhubung lo nggak penting, lo boleh pulang." Alea melirik Raden. Raden menggeleng tak mau, dia mengambil alih dua keresek yang tadinya dipegang oleh Alea.
"Gue ikut." Ujarnya mantap.
Alea membuang napasnya, "Yakin lo? Pulang aja deh, lo nggak bakalan betah disini."
"Betah kok..." Raden menjeda ucapannya, dia memutar kepalanya menatap wajah Alea. "Kalau ada elo." Katanya tersenyum lebar.
Alea memutar bola matanya jengah, dia menjauhkan wajah cowok itu yang lumayan dekat dengannya, lalu kemudian ia melangkahkan kakinya menuju rumah itu.
Dengan senang hati, Raden membuntuti Alea sambil tersenyum manis.
Disana dia melihat Alea yang sedang berbicara dengan seorang wanita berjilbab ungu. Raden hanya duduk di kursi panjang dan mengawasi pergerakan gadis itu. Dia dan Alea memang masih memakai seragam sekolah.
Alea mengambil keresek yang ada di sebelah Raden, dia melihat cowok itu heran, pandangannya tak terlepas darinya. "Lo disini aja."
"Ikut." Raden berdiri. Alea menghembuskan napasnya, dia kembali berbalik dan memasuki rumah itu, Raden masih membuntutinya dari belakang. Sesampainya didalam, dia melihat begitu banyak anak kecil yang sedang makan di meja makan. Raden ikut duduk di sebelah Alea.
"Mau es nggak?"
"Mau!!" Jawab mereka serentak. Alea tersenyum lebar kemudian mengangguk, "Habisin dulu makannya, ntar kak Alea bagiin satu-satu."
Sontak semua anak kecil itu mengangguk kemudian dengan cepat menghabiskan makanannya. Yang awalnya rewel makan seketika ingin cepat-cepat menghabiskannya karena ingin minum es Doger dari Alea.
Asih datang menghampiri Alea dan Raden yang berada di sofa, beliau membawa dua gelas teh hangat kemudian duduk di sofa yang lain. "Tumben kesini masih pakai seragam nak Alea?" Tanya Asih, Alea hanya tersenyum kikuk.
"Tadi habis beli es langsung keinget adik-adik. Gapapa kan buk?"
"Nggak apa-apa, ohiya, ini siapa?" Tanya Asih setelah melihat cowok di sebelah Alea.
"Ini teman Alea, namanya Raden."
Bu asih manggut-manggut kepalanya mengerti, "Oh nak Raden." Raden tersenyum menyapa.
"Alea kesana dulu ya, mau bagiin ini." Alea berdiri mengangkat keresek itu dan menghampiri meja makan.
Bu Asih tersenyum menatap punggung Alea, "Nak Alea anaknya emang baik banget, tiap minggu dia selalu kirimin anak-anak makan padahal ibu nggak minta. Walaupun hal-hal kecil seperti ini, tapi ibu tau dari sorot mata Alea, dia menunjukkan kalau apa yang dilakukan dan diberikan Alea itu ikhlas. Jadi, Bu asih tak mempermasalahkan itu. Apalagi anak-anak itu seneng banget kalau ketemu nak Alea."
Raden terdiam seribu bahasa, dia terhenyak dengan perkataan yang Bu Asih lontarkan. Dirinya tak menyangka jika Alea lebih baik yang ia kira. Dia kira Alea adalah gadis judes, yang tak berperasaan, tapi entah mengapa ia sangat menyukainya.
Jadi, dia akan terus berusaha untuk mendapatkan hatinya walaupun gadis itu selalu menolaknya.
Raden terdiam cukup lama, dia sedang bergulat dengan pikirannya sendiri. Baru kali ini dia harus gigih dalam memperjuangkan seorang perempuan. Iya, Alea adalah cinta pertamanya yang harus ia dapatkan. Pesona sederhana Alea mampu menggoyahkan hati Raden, dia sangat tersentuh dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
El, Al & Ed (Hiatus)
Teen FictionSaat bangun dari koma, Edgar menyadari bahwa Elgar, saudara kembarnya telah hilang. Ia memutuskan untuk bersekolah dimana Elgar sekolah, hanya untuk menyelidiki hilangnya Elgar. Disamping itu, ia bertemu dengan gadis bernama Alea, yang membuat nya t...