Seorang cowok memasuki area sekolah dengan langkah pelan. Di seragamnya tertulis nama Raden Ratnarandra. Sosok lelaki yang tampan bak dewa Yunani itu menjadi sorotan pasang mata.
Dengan memasang raut wajah yang datar, serta seragamnya yang tak beraturan.
Semua menatap nya kagum terutama para gadis. Bagaimana tidak? Ini pertama kali mereka melihat manusia setampan ini.
Mata yang indah, alis tebalnya, kulit putih, badan tegak serta tinggi, bibir pink alami, membuat banyak para wanita pasti akan mengagumi nya.
Raden memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Langkah kakinya melangkah dua langkah, lalu berhenti.
"Aduh!"
Pekikan seseorang membuat ia berhenti melangkah lalu memutar kepalanya. Ia mengerutkan keningnya kala seorang gadis terduduk di lantai. Apakah dia terjatuh karena nya?
"Lo ngapain?"
Bisa Raden lihat gadis itu masih menunduk seraya mengemasi buku-bukunya yang jatuh. "Jalan itu pake mata, Lo kalau jalan ya jalan aja, ngapain berhenti? Nggak lihat kalau gue di belakang lo?!" Ujar gadis itu ketus.
Raden terkekeh kecil, mendengar suara gadis itu.
"Jalan bukannya pake kaki?"
"Pakai mata juga!" Sewotnya.
Astaga, baru bertemu saja sudah seperti ini. Raden geleng-geleng kepala.
"Kenalin, Raden Ratnarandra." Raden mengulurkan tangannya.
"Pokoknya lo—" Gadis itu mendongak, ucapannya terhenti, kemudian terdiam sejenak.
Sedangkan Raden menautkan alisnya. "Lo kenapa?""Gu-gue gapapa." Setelah gadis itu berdiri, ia berlari meninggalkan lapangan sekolah.
Gadis itu terlalu terburu-buru sepertinya, sehingga ia meninggalkan sebuah pita rambut berwarna pink yang saat ini sudah berada di tangan Raden.
Raden tersenyum menatap kepergian gadis itu. Entah mengapa ada ribuan kupu-kupu di hatinya saat ia pertama kali menatap matanya.
Raden menarik kedua sudut bibirnya.
"Menarik."
\|\|\|\|\|\|\|\|\|\
"Heran banget sih sama kalian, bayar khas aja gak mau. Apalagi nanti kalau mau nikahin anak orang? Pakai mahar apa lo? Hutang?" Oceh seorang gadis berkuncir kuda sembari membawa sebuah buku catatan.
"Raka lima puluh ribu, Amar empat puluh ribu..."
"Alea! Dion nggak mau bayar khas nih!"
Gadis yang merasa namanya terpanggil seketika ia menolehkan kepalanya. "Apa lagi, sih?" Gumamnya.
"Tutus, jagain tahanan gue." Ujarnya menunjuk cowok bernama Raka yang menatapnya dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah nya.
"Oke cantik."
"Raka, Amar gue kasih waktu kalian dua hari. Kalau masih belum bayar, gue geprek mulut sok manis kalian itu."
Alea bangkit dari duduknya, menghampiri Caca yang masih saja beradu mulut dengan seorang cowok bernama Dion.
Konon kabarnya, Caca dan Dion itu bertetangga. Jadi tak heran jika Caca selalu bertengkar dengan Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
El, Al & Ed (Hiatus)
Ficção AdolescenteSaat bangun dari koma, Edgar menyadari bahwa Elgar, saudara kembarnya telah hilang. Ia memutuskan untuk bersekolah dimana Elgar sekolah, hanya untuk menyelidiki hilangnya Elgar. Disamping itu, ia bertemu dengan gadis bernama Alea, yang membuat nya t...