Chapter 3. Sisi baik Alea

139 25 1
                                    


Alea membuka pintu rumahnya pelan, sebelum masuk ke dalam, ia memastikan apakah dirumah ini tak ada orang. Gadis itu kembali menutup pintunya, belum sampai ia melangkahkan kakinya, suara ribut-ribut dari arah dapur membuat ia menghentikan langkahnya seketika.

Namun setelah menyadari kedua orang itu berjalan kearah ruang tamu, dengan cepat ia berlari menaiki tangga dan memasuki kamarnya. Di lantai atas ruangannya tak begitu besar, hanya  memiliki dua kamar, satu kamarnya, dan satu lagi kamar tamu.

"Dari kemarin bolak-balik ke luar kota, aku nggak yakin kalau itu urusan pekerjaan!" Teriak Mega—Mama Alea, beliau berjalan dengan cepat.

"Kamu itu selalu saja berpikiran buruk! Aku disana itu kerja, buat kebutuhan kamu sama Alea!" Balas Seno—Ayah Alea yang tak kalah kerasnya. Lelaki paruh baya itu mengikuti Mega yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Aku enggak percaya! Pasti disana kamu punya simpanan kan?!" Ujar Mega dengan menggebu-gebu.

Seno semakin terpancing dengan ucapan Mega, "Mulut kamu itu bisa dijaga nggak! Udah dibilangin kalau aku disana itu kerja! Bukan sama cewek lain!!" Bentak Seno berdiri dari duduknya, beliau menatap sang istri marah.

Dilain sisi, Alea memegang dadanya yang bergemuruh. Entah apa yang ia alami saat ini, mungkin sejenis trauma pada kekerasan. Mungkin ini efek waktu ia masih kecil, dan ia melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat di depan matanya. Sampai saat ini, dia tak bisa menghilangkan rasa ketakutan ini.

Mega terdiam, "Kalau kayak gini, mendingan kita pisah aja." Ujarnya begitu datar.

Mata Seno menunjukkan bahwa dirinya sedang marah, bahkan wajahnya pun sampai memerah. Dia menunjuk Mega, "Kamu gila, hah?! Kamu nggak mikirin gimana perasaan Alea nantinya!"

Mega berdecih sinis, "Kamu juga nggak mikirin gimana perasaan Lea, kalau dia tahu ayahnya selingkuh dengan wanita lain!!"

Plak!

Tamparan keras itu Seno berikan pada pipi Mega, sehingga refleks kepalanya menoleh ke samping. Mega memegangi pipinya yang terasa perih. Matanya memerah ketika Seno, suaminya itu tiba-tiba melenggang pergi meninggalkan dirinya disini.

Alea tak bisa menahan isakannya dibalik pintu kamarnya yang tertutup, dia menyandarkan punggungnya kemudian merosot ke lantai. Walaupun saat ini ia berada di kamar, namun suara mereka yang begitu keras sampai-sampai terdengar di telinganya. Mengapa semua harus terjadi disaat ada dirinya? Dia memeluk tubuhnya sendiri yang terasa bergetar, secara tak sadar ia mengeluarkan air matanya begitu saja.

•••

Hari Minggu ini Alea akan pergi ke suatu tempat. Dikamarnya, dia sedang bercermin pada kaca rias yang berukuran sedang. Dia sudah siap dengan kaos berwarna putih, lalu dipadukan dengan celana jeans hitam serta sepatu sneaker putih. Tak lupa dengan tas selempang yang ia bawa.

Alea senang dengan penampilan sederhananya ini, dia bukan tipe gadis yang mewah dan mengerti apa itu fashion.

Untuk rambutnya, ia hanya menguncir nya dengan kunciran berwarna hitam. Alea mempunyai rambut yang bagus, indah, nan cantik. Berwarna hitam pekat serta sangat lurus tidak ada yang bergelombang walaupun sering ia kuncir kuda.

Gadis itu membawa dua buah keresek besar yang berisi beberapa nasi kotak.

Alea membuka pintu kamar, setelah menutupnya, ia pun menuruni tangga. Dia melihat Mega yang masih berada di sofa ruang tamu, wanita itu tertidur pulas. Alea menghampirinya dengan langkah pelan.

Senyumnya terbit ketika melihat wajah Mamahnya yang begitu meneduhkan ketika sedang tidur, matanya sembab, wajahnya memerah, Alea mengerti dengan keadaan Mamah nya itu.

El, Al & Ed (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang