Raden baru saja kembali dari toilet. Sekarang dia berada di koridor sekolah. Mengingat Alea, ia jadi senyum-senyum sendiri karena pagi yang cerah dan dia menyempatkan untuk melihat wajah Alea yang sungguh candu baginya.Saat melewati kantor guru, dia mengerinyitkan dahinya karena tak ada seorang pun di dalamnya. Bukannya semestinya jika semua guru mengajar, pasti yang lain ada disini bukan?
Cowok itu tersenyum smirk, mungkin menjalankan misinya sekarang adalah waktu yang tepat.
Raden mengendap-endap masuk ke suatu ruangan yang diatas pintu bertulis, kantor guru. Sebelum masuk, ia memastikan bahwa tidak ada satupun orang di dalamnya. Lalu kemudian, dia pun memasuki ruangan yang cukup besar itu.
Raden menghampiri sebuah laci di pojok, dia membuka berkas-berkas yang ada di dalamnya dengan sangat tergopoh-gopoh. Nampaknya Raden sedang mencari daftar nama seseorang. "Kenapa nggak ada?" Gumamnya.
"Masa iya ada di ruangan kepala sekolah?"
Raden mengembalikan beberapa berkas tersebut kemudian mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ini, namun belum sepenuhnya keluar, Raden mendengar derap langkah kaki seseorang yang akan menuju kesini. Dia bersembunyi di samping sebuah rak buku yang besar dan memastikan bahwa orang itu tak melihatnya.
"Gimana Pak, semua sudah di urus?"
Raden dapat mengintip bahwa guru yang tidak ia ketahui namanya itu mengangguk, walaupun keberadaan nya lumayan jauh dengan kedua orang yang sedang berbincang itu, dia dapat mendengarnya "Tapi buat apa Pak Harjo ngelakuin semua ini?"
Harjo, selaku kepala sekolah disini menempelkan jari telunjuknya di bibirnya. "Sssstttt, jangan keras-keras. Pak Samsul nggak perlu tahu soal ini. Kalau gitu, Pak Samsul bisa kembali di perpustakaan."
Samsul mengangguk, guru laki-laki itu kemudian keluar dari ruangan guru.
Begitupun juga Harjo, beliau hendak keluar dari ruangan ini. Namun saat di ambang pintu, langkahnya terhenti karena tak sengaja mendengar suara di balik rak buku itu. Dia melangkah pelan mendekati nya.
Jantung Raden berdetak tak karuan, dia membekap mulutnya sendiri.
"Pak Harjo!" Panggil seseorang dari luar.
Harjo menoleh, "Iya, ada apa Bu Anis?"
"Ada tamu dari orangtuanya murid, sekarang lagi nunggu di ruangan Pak kepala sekolah."
Harjo menatap rak besar itu lama, sebelum akhirnya dia melangkah keluar dari ruangan. Begitupun juga Bu Anis, beliau kembali ke kelas dimana dia akan mengajar. Memang saat di koridor dan tepat di depan ruangan kepala sekolah, tiba-tiba orang tua dari murid disini meminta bantuannya agar memanggil pak Harjo.
Raden bernapas sangat lega, dia keluar dari tempat persembunyiannya lalu keluar dari kantor guru.
Di sepanjang koridor dia selalu memikirkan hal yang dibicarakan oleh kedua guru tadi, "Kenapa sifat Pak Harjo sedikit mencurigakan?"
•••
Caca melenguh panjang, dia menatap kursi kosong yang berada disampingnya. "Alea kemana ya? Gue telepon juga nggak diangkat," gerutunya.
Tiba-tiba datanglah tiga orang cowok yang membuat Caca memutar bola matanya jengah. "Duh, kenapa lagi sih?"
Amar berdecak sebal, dia menduduki kursi yang ia bawa lalu menaruhnya di sebelah meja Caca. "Jangan gitu dong Ca, gue mau sidang sama lo nih,"
Raka mengangguk setuju, cowok itu menduduki meja Caca. "Iya Ca, ini kenapa my girl gue nggak masuk? Jangan-jangan dia sakit lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
El, Al & Ed (Hiatus)
Ficção AdolescenteSaat bangun dari koma, Edgar menyadari bahwa Elgar, saudara kembarnya telah hilang. Ia memutuskan untuk bersekolah dimana Elgar sekolah, hanya untuk menyelidiki hilangnya Elgar. Disamping itu, ia bertemu dengan gadis bernama Alea, yang membuat nya t...