𝑯𝑨𝑷𝑷𝒀 𝑹𝑬𝑨𝑫𝑰𝑵𝑮!
~~~
Vomment!!!***
Klan Geminius
"NANA!"
"AMPUNN! ADUH! IYA-IYA INI YANG TERAKHIR!"
Raib menghela nafas. Akhir-akhir ini Nana sangat menjengkelkan. Salah satunya seperti sekarang. Ia hampir saja menghabiskan jatah makanan hari ini kalau saja Raib tidak menegur.
Jen yang sedari tadi menyimak sambil mengemudi, akhirnya menyahut, "Biasa, Ra. Kamu kayaknya belum tahu, deh. Nana itu makannya banyak. Hanya saja selama ini tidak terlihat karena makan kita dijatah oleh Cey," jelas Jen.
"Oh iya ya." Raib mengangguk setuju. "TAPI AKU SAMA SEKALI TIDAK MENYANGKA KALAU MAKANNYA SEBANYAK INI LOH?!" lanjutnya dan dibalas dengan tatapan sinis dari Nana, "Lah, memangnya kenapa? aku kan manusia juga?"
Raib hanya meringis, "Y-ya tidak kenapa-napa, sih. Ngomong-ngomong masih jauh, Jen?" tanyanya.
Jen menggeleng, "sepertinya sih tidak."
Nana melihat ke luar jendela. Hutan hijau luas membentang di bawah kapsul. Pepohonan sangat rapat, pasti tidak ada cahaya yang masuk sedikit pun ke dasar hutan. Tapi Nana sepertinya menyadari sesuatu.
"Hei, sepertinya aku pernah deh ke daerah ini. Di dekat sini kalau tidak alah ada sebuah kota kecil. Kalian mau singgah sebentar? barang untuk membeli sesuatu atau apalah," usul Nana.
Jen menunggu jawabanku. Aku mengangguk. Kalau dipikir-pikir sudah tiga hari kami berada di kapsul ini, persediaan makanan juga menipis, untung-untung Ali menyediakan toilet di sini. Akhirnya kami memutuskan untuk singgah di kota yang dimaksud Nana.
***
Kami segera menyesuaikan pakaian dengan lingkungan. Yah, walau dibalik itu ada reaksi 'Norak' dari Nana, selebihnya aman-aman saja. Sekarang kami berada di pusat perbelanjaan kota itu. Tidak terlalu besar, namun cukup nyaman untuk berbelanja, mengingat pasar tradisional di kotaku sangat padat dan panas.
"Beli apa nih?" tanyaku. Maklum, biasanya juga yang mengarahkan jalan setiap ke Klan lain 'kan Ali. "Beli roti dan makanan instan saja, Ra. Biar bisa awet selama di kapsul," kata Nana. Aku mengangguk.
Kami mengikuti Nana yang mengarah ke salah satu Toko. Tepat saat pintu otomatis terbuka, aroma busuk memasuki indera penciumanku. Baunya- sangat buruk! Tidak dapat kujelaskan. Aku langsung mundur keluar dari toko. Rasanya sangat memualkan.
Nana dan Jen bingung melihat reaksiku. "Kamu kenapa, Ra?" tanya Jen heran.
Aku yang masih merasa ingin muntah tidak menjawab. Hanya membuat gestur 'tunggu' sambil menunduk dan bertumpu di salah satu tiang trotoar.
Jen dan Nana saling tatap, lalu menghampiriku.
"Sudah enakan?" tanya Nana khawatir. Aku mengangguk. "aku tidak akan mau masuk ke toko tadi. Baunya seperti telur busuk dicampur sampah sisa makanan yang sudah berhari-hari di pendam. Ew!" biar saja orang melihatku seperti menghina, memang seburuk itu aromanya.
Jen dan Nana heran, "hah? bau? memang semua bau toko roti seperti itu kali, Ra. Kamu ada-ada saja, bilang seperti bau sampah busuk," kata Jen.
"Tidak. pokoknya aku tidak masuk." Aku masi keukeuh menolak.
"Ya sudah, biar aku saj. Apa sih yang tidak untuk nona Raib ini." Nana meng-wink-kan matanya. Raib membuat kembali gestur ingin muntah, sedangkan Jen tidak peduli.
***
"hei, Ra." Nana memecah keheningan kapsul. Aku yang sedang mengemudi hanya berdehem untuk menjawab.
"Kamu ada mendengar kabar Haru dan Saku lagi, tidak?" tanya Nana. "Hah? tidak, tuh. Kenapa memangnya?" aku balik bertanya.
"tidak ada, hanya bertanya." Raib mengangguk-angguk.
"setelah penyerangan di kota kemarin, mereka tidak muncul lagi. Apa bener mereka tidak bisa melacak kita? semudah itu?" lanjut Nana. "aku tidak begitu yakin sih... tapi yasudah deh, biarkan saja. tidak usah menambah pikiran," kata Raib.
"Haru? Saku? siapa mereka?" tanya Jen. Ia tidak tahu kejadian itu. Nana menceritakannya secara singkat.
"Ohh, makanya kalian datang ke tempatku. ngomong-ngomong, yang di bawah itu desa?" Jen menunjuk sebuah pemukiman di pinggir sungai.
mereka melihat ke arah jendela.
"tidak salah lagi! itu adalah tujuan pertama kita. Sesuai ciri-cirinya. berada di pinggir sungai, di tengah hutan, di sekelilingnya terdapat obor yang disusun membentuk hexagon. Coba turunkan kapsul, Ra," perintah Nana. Raib menurut. menurunkan ketinggian kapsul.
Mereka tiba di titik pertama.
Bersambung...
.
.
.
Ayyowwww!!!
Aku akhirnya balik lagii!!
Mmf readerku tercinta karena authormu ini masuk top list author yang suka ngeghostingBerapa lama udah bjir aku ngilang
MAAF BANGET YA SEMUANYAliterally ngilang ini aku
last update 3 tahun lalu
ngasih harapan 2 tahun lalu
dosaa dosa bgt
astaghfirullah
maaf (lagi) ya teman-temanDemi dah, aku ini lanjutin ga ya?
Kalian masih nungguin ga siii
Aku mau lanjut lagi, tapi aku udah lama banget ga nulis
Maklum udah berubah haluan
(jauh bgt lagi)
Jadi takutnya ntar malah ga sesuai lagi sama kalian
Apa lagi dari gaya penulisan
Berasa kagok banget aku nulis sekarangYa gimana ga kagok
Nulis produktif terakhir pas libur panjang
setelah tamat smp
Sementara sekarang udah mau libur panjang lagi
Bedanya sekarang otw kuliah
Selama SMA aku kemana aja omg pls
maafin aku yh teman-temanbjir malah curcol
anw yang baca cerita ini rata-rata umur berapa kelas berapa?
kepo dikit ini, mana tau bikin aku sadar gitubaiii
(pstt aku mau rajin update lagi kalo choosing udah tembus 1k hihi, bisa ga ya)See you and enjoyy!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓕𝓲𝓷𝓭 𝓜𝓮! - [Choosing Season 2]
Fanfiction"Aku percaya bahwa mereka akan menemukanku." -Raib. [Choosing Season 2] . ^Ini hanya fanfiction dari cerita Serial Bumi Tereliye. ^Diwajibkan untuk membaca buku Bumi-Nebula terlebih dahulu untuk memahami alur ceritanya. . ^Baper? Boleh. ^Baperan? J...