•••
Somi menghela nafasnya, memijit-mijit pelan keningnya kemudian kembali berujar, "Sumpah ya, gue tuh takut banget kalau kita tetap masuk sekolah! Keadaan lagi kacau begini bisa-bisanya kita gak dapet jatah cuti! Lagian juga kita kan gak setiap hari juga minta liburnya! Detektif Kim aja saranin nya buat di liburin sementara kok!" kesalnya panjang.Sedangkan yang diseberang sana, melalui handphone kecil milik Somi ia menjawab, "Lo kira lo doang, gue juga woyy! Tapi kan kita juga harus tau posisi, kita udah kelas 12, gak mungkin juga guru bakal biarin kita leha-leha di rumah"
Somi berdecak kecil sebelum menjawab, "Ya tapi pembunuh nya masih berkeliaran, Yur. Gue... gue takut, lo ngerti kan maksud gue"
"Semua anak kelas 12 juga lagi pada takut, Som. Lo gak sendiri"
Sempat hening beberapa saat, kehabisan ide untuk berbicara apa masing-masingnya.
Di perhatikan nya display nama dari penelpon tersebut.
Jo Yuri
Dan tepat setelahnya, Yuri menjawab.
"Atau, lo besok mau berangkat bareng gue? Kebetulan besok gue bawa scoopy, kali aja lo mau nebeng kan"
Somi mengangguk, walau sebenarnya Yuri tak akan bisa melihatnya mengangguk. "Okay, gue bakal tunggu ya. Thanks udah dengerin cerita gue, love you beb, muach" ujar Somi mengakhiri panggilan tersebut.
Sempat di balas "huek" oleh pihak seberang, namun Somi dengan cepat menutup panggilan telepon nya.
Setelahnya, Somi melemparkan benda pipih itu keatas kasur, lalu berbaring disana sembari menatap langit-langit kamarnya.
Perlahan tapi pasti, Somi menarik nafasnya dalam.
Sungguh, hari ini benar-benar hari yang sangat berat bagi Somi.
Teman sekelasnya, tiba-tiba tewas begitu saja di toilet perempuan, dengan kondisi badan dan kepala yang terpisah, membuatnya meringis kala diberitahukan tadi oleh adik kelasnya.
Oh sungguh, Somi benar-benar tak paham. Kenapa pula ada orang yang tega membunuh seseorang lelaki sebaik Jeongin di kamar mandi perempuan? Terlebih lagi, memisahkan bagian kepala dan badan nya seakan hal tersebut bukanlah masalah besar.
Apa orang tersebut tak takut dengan dosa yang harus di tanggungnya di akhir hayat nanti?
Sedang asik-asiknya tenggelam dalam pemikiran nya, pintu kamar Somi tiba-tiba diketuk, membuat Somi lantas berteriak bertanya siapa.
"Ini kakak"
Somi pun dengan cepat mengambil posisi duduk, lalu berteriak menyuruh kakaknya itu masuk.
Cklek!
Pintu kamarnya terbuka, memampangkan sosok tak asing yang sangat ia syukuri keberadaan nya.
Wonwoo- kakaknya itu menyunggingkan senyuman, kemudian menutup pintu kamar Somi agar tidak ada yang bisa mendengar isi percakapan nya dengan si bungsu ini.
Wonwoo perlahan mendekat, duduk di tepi ranjang lalu diam untuk saat yang lama, membuat Somi bertanya-tanya apa yang sedang hinggap di pikiran sang kakak.
Netra kembar Wonwoo kini beralih menatap Somi, bibir tipisnya mengulas senyum pilu sambil berkata,
"Capek ya? Butuh pelukan?"
Dan dalam sepersekian detik, tangis Somi memecah heningnya malam, tumpah begitu saja dan membuat Wonwoo mendekap tubuh sang adik dalam peluknya.
"Nangis aja, Som. Kakak tau kamu takut karena kejadian tadi" ujarnya lagi, sukses membuat tangis Somi kian menderas.
"Huwaaaa, Kak Wonwoo jahat. Somi jadi nangis kan tuh, huwaaa" rengek si bungsu tak jelas, membuat sang kakak terkekeh akibat ucapan tak jelas yang dilontarkannya.
Wonwoo mengusap pelan kepala belakang Somi, "Lo ngomongnya gak jelas banget, Som. Mending elap dulu ingusnya"
Mendengar itu Somi lantas memukul lengan sang kakak, membuat oknum yang mengejek sempat mengaduh kesakitan akibat tenaga Somi yang tak main-main, "Jahat ah lo, baik nya sebentar doang. Gak like"
Wonwoo terkekeh, "Iya deh emang gue doang yang ngeselin, lo mah enggak" ledek Wonwoo lagi, kali ini sukses membuat tangan nya sedikit kebas akibat di pukul untuk yang kedua kali nya.
"Bacot banget ciptaan-Mu yang satu ini" keluh Somi, membuat Wonwoo hanya dapat tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Wonwoo lantas berbaring di kasur, meninggalkan Somi yang kini beralih duduk di kursi belajarnya.
Kursi tersebut Somi putar, menghadap ke arah sang kakak yang asik berbaring lalu bertanya, "Lo mau ngapain ke kamar gue?"
Wonwoo melirik Somi sekejap, kemudian memilih kembali fokus pada handphone nya, "AC gue panas, baru dibenerin besok sama tukang, numpang ngadem"
Somi mengangguk paham. Ia pun bergabung dengan sang kakak untuk bermain handphone sebelum akhirnya sang kakak kembali berujar,
"Besok lo berangkatnya bareng gue"
Somi yang memang sudah memiliki janji dengan Yuri lantas menggeleng kuat, "Gue udah ada janji sama Yuri" balasnya, sukses mendapat decakan dari seorang Jeon Wonwoo.
"Lo ngerti gak sih situasinya lagi gimana? Gak aman, Som. Lo gak bisa sembarangan percaya sama orang sebelum pihak kepolisian nangkap pembunuhnya" ungkap Wonwoo logis, sukses membuat Somi kembali berpikir.
"Tapi kan ini Yuri, Kak. Bukan orang jahat" ujarnya membalas.
"Lo bisa jamin gak kalau Yuri beneran bukan pembunuhnya?"
Keadaan tiba-tiba saja menghening. Ucapan Wonwoo yang kelewat logis memang kerapkali membuat Somi dibuat membisu olehnya. Walaupun dahulu ia seringkali mengabaikan hal tersebut.
Tapi dalam situasi yang seperti ini, Somi harus mempertimbangkan dengan cermat ucapan kakaknya itu. Karena jika tidak, nyawanya mungkin akan jadi taruhan nya.
"Lo tau kan si Mingyu teman gue?"
Somi mengangguk, "Tau-tau! Sumpah demi apa gue beneran kaget setengah mampus dong pas tau dia detektif" heboh Somi masih tak percaya, sukses membuat Wonwoo tertawa dalam sekejap.
"Dia emang sengaja gak kasih tau orang soal 'kerjaan' nya. Paling kalau ditanya orang dia jawabnya cuma 'kerja di kepolisian' doang, gak sampai rinci" ungkap Wonwoo membenarkan.
Somi mengangguk paham, nampak mengerti penjelasan yang disampaikan oleh sang kakak.
"Omong-omong, si Yuri Yuri itu nama lengkapnya Jo Yuri bukan?" tanya Wonwoo sontak membuat netra Somi membulat, "Kok lo tau?"
Wonwoo tak langsung menjawab, ia memutuskan untuk diam dahulu sebentar, lalu beranjak pergi dari kamar sang adik. Sukses membuat Somi menyumpah serapahi kakaknya itu dalam hati.
"Be carefull, dear. Dia masuk daftar hitam penyidikan sementara"
•••
qruxsbop
O2'oct
KAMU SEDANG MEMBACA
chambre du pécheur ; 2001 liner [HIATUS]
Fanfiction"Akui dosa kalian, atau berakhir tak bernyawa" ⚠harsh word⚠ Tentang ruang hampa yang memaksa para pemain nya untuk mengakui dosa yang mereka perbuat. Highest rank: #1 at Chaeryeong #2 at Ryujin #2 at Nako #2 | #3 at Minju #1 at 2001 #1 | #2 | #3 at...