Chapter 10

355 29 3
                                    

Jimin dan Yoongi, tengah duduk di sofa ruang tamu mereka, di malam yang dingin ini, mereka duduk bergelung dalam selimut sambil menikmati film romantis di televisi di temani cemilan favorit Jimin, kue cookie yang di buat penuh cinta oleh Yoongi,

Sudah dua tahun mereka berumah tangga, dan mereka nampak mesra, sampai saat itu,

Woah, lihat bayi nya sangat lucu sekali.”

Yoongi tersentak, dia melirik kepada Jimin, mata bulat suaminya itu berbinar, sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

“Kalau semisal aku punya anak, akan seperti apa ya wajahnya?”

Yoongi mendecak, lalu dia beranjak.

Membuat Jimin tersadar lalu menatap kepada Yoongi.

“Kenapa, Yoon?” pertanyaan yang amat lugu.

‘Mana mungkin kita bisa punya anak-kan, Jim?’. “Aku mengantuk.”

“Oh, ayo kita tidur.” Jimin mulai membereskan meja ruang tamu mereka, mematikan televisi dan beranjak mengekor di belakang Yoongi yang sudah lebih dulu berjalan ke arah kamar.

Dan Jimin menggeleng pelan ketika Yoongi tidur memunggunginya, namun Jimin tak memperdulikan itu dan tetap tidur memeluk Yoongi dari belakang.

Ketika Jimin terlelap, Yoongi terjaga. Dan baik hati maupun pikirannya, terasa kalut.

Dia terkadang benci kenyataan dimana dirinya terlahir menjadi seorang lelaki. Dia ingin memberi anak untuk Jimin, dia ingin hamil dan melahirkan, tapi tentu saja,

Semua itu tidak mungkin.

...

Yoongi berjalan penuh amarah, lebih tepatnya hatinya terasa sesak dan dia masih menahan tangisnya, dia tidak mau tetangga apartemennya melihat keadaannya yang masih berjalan menyusuri tempat tinggalnya dan Jimin.

Kertas-kertas yang berada dalam genggamannya sampai di remat dengan kasar. Yoongi tidak tahan, dia ingin menumpahkannya, mengeluarkan rasa marah dan sedihnya.

Yang dia lihat saat siang itu benar, namun Yoongi menahannya, dia lebih memilih untuk menemani SeokJin bekerja dan berencana pulang di sore hari.

Hari ini, dia akan bertemu suaminya.

Cklek.

“Oh, Yoon, kau sudah pulang—?”

Sraaak!

Mata sipit Jimin melotot kaget di kala wajahnya di lempar kertas-kertas dari Yoongi.

Itu tidak sakit, tapi, Jimin merasa tidak tahu menahu kenapa Yoongi melemparinya dengan tidak beradab seperti itu.

“Puas kau! Jadi ini tujuan mu untuk menjadi guru tari?!”

Jimin mengerutkan alisnya bingung, dia masih belum mencerna mengapa belahan Jiwa nya itu datang dengan marah dan juga wajahnya terlihat menangis.

“Baiklah kalau itu maumu, Jim! Kau marah karena aku mulai bekerja malam? Kau lalu menggoda anak didikmu?”

Jimin ternganga, tunggu, sepertinya ada yang salah ...

A-apa maksudmu, Yoon?!”

“Hwasa! Atau siapapun itu entahlah aku tidak tahu!! Aku ke kampusmu untuk memberikan berkas sialan itu tapi apa yang ku dapat?! Kau bercanda tertawa dengan gadis-gadis itu?”

My Guardian is A Bitch [ Complete ] || HopeJin NamJin ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang