Lia memasuki ruangan kecil di loteng mansion tersebut. Dengan kasar, anak buah Rino melempar Lia hingga jatuh tersungkur.
"Akh!" Pekik Lia.
"Cih! Lemah!"
"Siapa kamu? Kenapa kamu menculikku? Salahku apa?" tanya Lia gemetar.Rino menyunggingkan smirk andalannya dan menyuruh anak buahnya untuk keluar dari ruangan tersebut.
"Kamu benar-benar tidak tau apa salahmu? Ya~ memang bukan salahmu sih. Tapi ayahmu." jawab Rino tajam.
"Ayahmu membuat ayahku masuk penjara." sambung Rino.
"Tidak! Tidak mungkin! Papiku tidak mungkin berbuat seperti itu!" teriak Lia.
"Kamu membelanya karena dia ayahmu kan? Aku memiliki bukti bahwa ayahmu itu orang yang jahat dan keji."
"Aku tidak akan mempercayai hal itu. Aku yakin papiku tidak mungkin seperti itu! Sekarang keluarkan aku dari sini! Aku mau pulang!" ujar Lia sambil berjalan menuju pintu keluar.Dengan sigap, Rino mencengkram tangan Lia dan menghempaskannya hingga Lia kembali jatuh tersungkur.
"Akh!"
"Jangan coba-coba untuk kabur dari sini atau kamu akan tau akibatnya." ujar Rino dingin.Rino berjalan keluar dan mengunci ruangan tersebut.
"HEI! KELUARKAN AKU DARI SINI!!!! BUKA PINTUNYA!!!" teriak Lia sambil menggedor kencang pintu tersebut.
"TOLONG!!!! BUKA PINTUNYA!!!"Lia mencoba memainkan gagang pintu sambil menggedornya. Lia sangat panik dan takut berada di ruangan itu. Ruangan kecil, sempit, pengap dan panas itu berbeda dengan kamarnya di rumah maupun di rumah sepupunya tempat ia menginap. Lia mendudukkan badannya di sebelah pintu tersebut sambil menangis. Ia tidak tau kesalahan apa yang ia perbuat hingga dirinya diculik oleh lelaki mafia seperti Rino. Ia yakin jika keluarganya tidak memiliki kesalahan terhadap keluarga Lee.
Sementara itu....
Angela dan Brielle masih berusaha mencari Lia tetapi hasilnya nihil. Ia benar-benar bingung sekaligus takut. Ia sangat tau bagaimana kakak sepupunya, Lorenzo Choi itu marah jika terjadi sesuatu dengan adik bungsunya.
"Bagaimana ini? Kak Lorenzo bisa marah. Aku sangat tau bagaimana seram dan mengerikan wajahnya ketika marah." ujar Angela panik.
"Kak, aku tidak menemukan Lia dimanapun. Apa yang harus kita bilang pada Kak Lorenzo atau paman Seunghyun nanti?" tanya Brielle ketika bertemu dengan Angela pada meeting point tadi.
"Aku juga takut kalau papa dan mama tanya keberadaan Lia. Lia kan di titip dengan kita. Kita harus bertanggung jawab. Bagaimana ya?"Angela dan Brielle pun berpikir keras untuk mencari tau dimana keberadaan sepupunya itu. Ia pun meminta petugas untuk mengecek CCTV yang ada pada taman bermain tersebut. Betapa terkejutnya mereka ketika mengetahui ada seseorang bertopeng yang menarik Lia.
"Kak, bagaimana ini? Kita bilang apa pada kak Lorenzo dan paman Seunghyun?" tanya Brielle.
"Kita coba buat laporan ke kantor polisi. Agar mereka bisa melacak lebih cepat." jawab Angela.Tanpa berpikir panjang, mereka segera menuju kantor polisi dan membuat laporan mengenai hilangnya Lia.
"Maaf kami belum bisa memproses laporan anda karena saudara anda belum hilang 1x24 jam." ucap polisi tersebut.
Angela berusaha semaksimal mungkin untuk membujuk polisi tersebut agar mau membantu mencari keberadaan Lia.
Tak terasa, malam pun tiba. Seorang lelaki dengan tinggi 180 cm membuka pintu ruangan tersebut dan membawa sebuah nampan dengan sepiring makanan biasa diatasnya.
"Ahm.. permisi." ujar lelaki tersebut.
"Siapa itu?" tanya Lia ketus.
"Ahm. Aku... aku Joel nona. Aku.. hanya ingin mengantarkan makanan ini." jawab Joel pelan.
"Aku tidak mau makan."
"Tapi nona, nanti... Tuan muda marah padaku."Joel berusaha menahan gemetar dari tubuhnya. Betapa pilunya ia menyebut adik kembarnya sendiri dengan sebutan tuan muda. Hal ini ia lakukan atas amanat Rino sendiri.
Mendengar suara Joel yang sedikit gemetar, Lia pun menoleh ke arah pemuda jangkung itu dan memanggilnya masuk. Joel pun menutup pintunya dan memberikan makanan itu pada Lia.
"Ini, makanlah. Setidaknya, makanan ini bisa mengganjal perut nona agar nona tidak sakit." ucap Joel lembut.
Lia mengambil makanan tersebut dan mulai memakannya dengan pelan. Walau ia masih kesal dengan pria yang menyekapnya, tetapi ia sedikit mengikis perasaan itu. Ia tidak menyangka masih ada orang yang bersikap baik padanya.
"Gadis ini baik dan cantik. Pasti dia anak orang kaya. Tapi kenapa Rino menculik dia? Apa jangan-jangan.... Dia ini anak paman Choi Seunghyun?" tanya Joel dalam hati.
"Ada apa kamu melihatku? Kamu mau makan juga?" tanya Lia sambil menoleh ke arah Joel.
"Ahm, tidak nona. Aku.. sudah makan tadi. Hehehe." jawab Joel pelan.
"Oh, uhm tidak perlu memanggilku dengan sebutan nona. Kamu cukup memanggilku Julia. Tapi orang-orang lebih sering memanggilku Lia." ujar Lia yang mulai melembut.
"Oh, baiklah nona... uhm, maksudku... Lia."
"Oh ya namamu Joel kan? Uhm... aku tadi mengira kamu itu Rino. Dia orang yang jahat seperti Monster. Dia juga galak seperti macan! Rawr!" ujar Lia sambil menirukan gaya macan.
"Hehehe, kamu lucu juga ternyata. Uhm... banyak yang sering mengira aku adalah Rino. Hehehe." balas Joel sambil tersenyum miris.
"Wajah kalian mirip. Apa kalian kembar?"Deg!
Berasa dihujani granat, Joel sendiri sangat bingung ingin menjawab apa. Ia ingin sekali mengatakan jika Rino adalah adik kembarnya. Tetapi disisi lain, Rino mengancamnya untuk tidak mengatakan pada siapapun jika mereka merupakan saudara kembar.
"Jangan pernah bilang jika aku adalah saudara kembarmu. Aku tidak sudi!"
"Joel? Hello?"
Joel pun tersadar.
"Ah, ya? Maaf aku melamun. Apa yang kamu tanyakan tadi?" tanya Joel pura-pura lupa.
"Aku hanya tanya, apa kamu dan Rino itu kembar? Karena wajah kalian mirip." jawab Lia sambil memakan makanannya kembali.
"O-oh.. ahm... a-aku... aku... bukan saudara kembarnya. Ya, mana mungkin seorang pembantu seperti aku... bisa punya kembaran seorang tuan muda seperti tuan muda Rino? Hehehe. Aku tidak punya aura CEO ataupun Boss seperti Tuan muda Rino." ujar Joel sambil menahan perih dibatinnya.Lia menatap Joel dengan seksama.
"Kalau aku lihat, kamu itu cocok jadi CEO. Kamu baik, sopan, ramah, toh kamu juga tampan. Tidak kalah dengan si monster macan itu." tukas Lia.
"Hehehe, mana ada Lia? Kamu ini pandai berimajinasi. Hehehe. Oh ya, aku ambilkan minum ya. Kalau sudah selesai makan, taruh di nampan saja. Biar aku bawa keluar nanti."Lia hanya mengangguk tanda ia merespon ucapan Joel. Joel pun keluar dari ruangan Lia dan pergi menuju dapur. Ia mengambil segelas air putih lalu kembali menuju ruangan Lia.
"Ini minumnya."
"Uh, terima kasih Joel."
"Iya Sama-sama Lia. Oh ya, kalau kamu membutuhkan sesuatu.. kamu bisa memanggilku. Karena, aku ditugaskan tuan Rino untuk menjagamu dan melengkapi keperluanmu." ucap Joel sopan.
"Hmm.. baiklah. Aku butuh kunci untuk keluar dari sini. Bisa kamu berikan?" tanya Lia.
"Kalau yang itu tidak bisa Lia. Aku tidak pegang kuncinya. Hehe. Aku pergi dulu ya Lia. Kalau butuh apa-apa, kamu bisa memanggilku. Atau kamu bisa mengetuk kamarku di bawah. Kamarku pintu coklat tua sebelah gudang kalau dari sini, ketika kamu turun kamu belok saja ke sebelah kanan lalu jalan lurus saja nanti kamu akan dapatkan pintu coklat tua sebelah kiri. Itu kamarku." jawab Joel panjang lebar.
"Ok, terima kasih Joel."
"Aku pergi dulu ya. Bye."Joel meninggalkan ruangan Lia dan kembali mengunci ruangan Lia. Joel tidak tega untuk menguncikan Lia disana. Hanya saja, ia tidak punya kekuasaan apa-apa di rumah itu. Joel mencuci alat makan yang tadi Lia gunakan lalu Joel berjalan menuju ruangan Rino untuk mengembalikan kunci ruangan Lia.
"Joel!"
Suara siapa kah itu? Bagaimana Angela dan Brielle mengakui keteledoran mereka pada Lorenzo dan ayah Lia?
-to be continue-
Terima kasih untuk setia menunggu update-an cerita ini. Aku akan berusaha untuk update cerita ini sebaik mungkin dan semaksimal mungkin. Jangan lupa vote, comment dan share cerita ini ke teman-teman kalian biar aku semangat untuk update cerita ini. Makasih 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace of torture
FanfictionJulia Choi atau yang akrab disapa Lia merupakan putri tunggal dari Choi Seunghyun yang merupakan seorang pebisnis terkenal dibidang garmen. Lia merupakan gadis yang baik, ramah, anggun, ceria dan sedikit manja. Lia selalu mendapatkan kasih sayang da...