Episode 08, Feel like in hell

28 2 0
                                    

"Tuan muda Lorenzo, maaf kami ingin menyampaikan hal ini." ujar sekertarisnya, Yoo Jungyeon.
"Ada apa Jungyeon?" tanya Lorenzo penat.
"Ada orang membuat petisi untuk menutup TOP company." jawab Jungyeon sedikit takut sambil menyerahkan tabletnya.

Membaca artikel tersebut, Lorenzo menggebrak mejanya dengan murka. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan kondisi Lorenzo saat ini. Adik perempuannya hilang, tander dengan perusahaan lain gagal dan kini ada oknum yang membuat petisi untuk menggencet TOP company.

"Ya Tuhan! Cobaan apalagi ini? Lia hilang di Italia, tander dengan perusahaan lain gagal dan sekarang ada yang membuat petisi untuk menutup perusahaanku." ucap Lorenzo sambil menopang kepalanya.

Tanpa sadar, Lorenzo menitikkan air matanya. Ini kali kedua Lorenzo berada dititik terendah dalam hidupnya setelah kematian sang ibu ketika ia masih sangat muda.

"Jungyeon, batalkan rencana rapat hari ini. Oh ya, untuk kasus ini jangan sampai papiku tau. Aku tidak mau papiku shock. Dia tadi cukup kaget mendengar kabar adikku Julia hilang. Aku tidak mau menambah beban pikirannya." ujar Lorenzo.
"Baik tuan muda. Saya permisi dulu."

Jungyeon meninggalkan ruangan Lorenzo dan membiarkan Lorenzo sendirian. Lorenzo meminta pengacaranya untuk mengusut siapa dalang dibalik masalah ini.

Di sisi lain...

Pencarian terhadap Lia terus dikerahkan. Mereka mencari di seluruh lokasi bahkan di seluruh kota Venice akan tetapi hasilnya pun belum diketahui. Tidak ada jejak penculikan selain CCTV yang berada di lokasi tempat mereka bertemu terakhir kali.

"Kalau kak Lorenzo tau Lia belum juga ditemukan, aku yakin Kak Lorenzo akan membenciku seumur hidupnya." ujar Angela dalam hati.

Angela terus berusaha meminta bantuan agar melacak dimana keberadaan adik sepupunya itu. Tak lupa ia berdoa agar adik sepupunya dapat kembali dengan keadaan selamat.

Sementara itu...

"Rino, kita kan keluarga.. bagaimana... kalau perusahaan kita ini bergabung saja." ujar Dragon Kwon yang mulai memunculkan akal liciknya.
"Bergabung? Maksudnya?" tanya Rino sambil meminum red winenya.
"Merger. Jadi perusahaanmu dan paman berada dalam satu label yang sama. Nanti sistemnya kita bagi hasil. Bagaimana?"

Rino pun berpikir dan mempertimbangkan usulan pamannya itu. Dengan pemikirannya yang setengah matang itu, Rino menanda tangani perjanjian tersebut tanpa membacanya hingga akhir.

"Akhirnya dia menanda tangani perjanjian itu tanpa membacanya. Hahahaha aku sudah menghancurkan anak sulung Victory dengan cara membuat dia difitnah, lalu membunuh anak bungsu dan istrinya, lalu sekarang aku akan membuat Rino perlahan menjadi miskin." ucap Dragon Kwon dalam hati.
"Mulai hari ini, Soondoongri corporation dan The black dragon resmi bergabung." ucap Rino sambil tersenyum.
"Nice! Thank you Rino." balas Dragon sambil menepuk bahu keponakannya itu.
"Sesama keluarga harus saling tolong menolong bukan?" ujar Rino.

Dragon mengangguk pelan dan mengajak Rino kembali untuk minum.

Di ruangan Lia...

"Lia sangat baik. Kenapa Rino tega sekali menyekapnya disini?" tanya Joel dalam hati.

Joel menemani Lia yang telah tertidur itu. Joel takut jika terjadi sesuatu pada Lia nantinya. Toh tugasnya adalah melindungi dan menjaga Lia.

Melihat Lia yang mulai terbangun, Joel menyiapkan air putih yang ia bawa dari dapur tadi.

"Lia, minum dulu." ujar Joel sambil memberikan air putih untuk Lia.

Lia mengambil air putih tersebut dan minum seperti orang yang kehausan. Dua sejoli ini terlihat seperti seorang ayah yang sedang mengurus anak perempuannya. Padahal usia mereka berdua hanya berbeda 2 tahun.

"Hehehe, pelan-pelan saja Lia. Jangan terburu-buru." ujar Joel pelan sambil terkekeh pelan.
"M-maaf aku kehausan. Hihihi. Uhm... Joel?"
"Ya?"
"Aku... aku mau pulang... aku rindu keluargaku.. bantu aku keluar dari sini Joel." ujar Lia sambil menarik-narik lengan baju Joel.

Joel merasa miris sekaligus kasihan pada Lia. Memang seharusnya bukan Lia yang menanggung semuanya. Lia tidak tau menau mengenai kasus yang melibatkan ayah mereka. Joel ingin sekali membantu Lia agar Lia dapat kembali ke keluarganya. Hanya saja, ia takut jika Rino mengetahuinya. Rino memiliki banyak mata-mata untuk mengawasi gerak-gerik musuh, orang yang akan berkhianat padanya, bahkan tawanannya sekalipun.

"Aku ingin membantumu. Tapi, di mansion ini banyak sekali CCTV. Rino selalu mengawasi di ruangannya." ujar Joel.
"Lalu sampai kapan aku berada disini? Aku rindu rumahku." ujar Lia dengan mata berkaca-kaca.
"Uhm... Aku paham Lia. Aku juga rindu rumahku. Aku akan berusaha untuk mencoba mencarikan jalan agar kau bisa bebas dari sini." ujar Joel.
"Benarkah?" tanya Lia polos

Joel mengangguk pelan. Ia tidak yakin Lia bisa keluar dari tempat itu atau tidak. Ya setidaknya, ia bisa menenangkan Lia dengan jawaban yang ia berikan.

"Oh ya, Joel. Kamar mandinya dimana? Aku.. mau cuci muka sekalian mandi." ujar Lia sopan.
"Oh mari aku antarkan." ucap Joel membawakan pakaian yang Sakura berikan tadi.

Joel membantu Lia berdiri dan mengantarkan Lia menuju kamar mandi.

"Ini Lia kamar mandinya. Kalau butuh sesuatu di kamar mandi, bulang saja dengan bibi Maid disini. Ada bibi Ahn atau bibi Son. Aku bukan suami/saudaramu. Jadi.. maaf, tidak sopan jika aku yang di kamar mandi denganmu." ujar Joel polos.

Lia hanya tersenyum tipis mendengar perkataan polos Joel.

"Iya Joel. Hehehe. Terima kasih ya." ucap Lia ramah.
"Ya sudah, Joel tinggalkan Lia saja dulu. Biar bibi yang mengurus nona Lia." ucap bibi Ahn.
"Baik bi. Terima kasih ya. Aku mau bereskan kamar Lia dulu. Aku permisi ya." ujar Joel sambil membungkukkan badannya tanda ia akan pamit.
"Iya Joel."

Lia pun memasuki kamar mandi. Sembari mandi, ia berpikir keras bagaimana caranya ia kabur dari mansion itu. Setelah mandi, Lia pun mengelap badannya dengan handuk dan memakai pakaian yang Sakura berikan tadi.

"Lia sudah selesai? Mari handuknya bibi gantung." ucap Bibi Ahn.
"Uhm, biar aku gantung sendiri saja bi. Tidak apa-apa." ujar Lia sopan.
"Biarkan bibi Ahn yang bawa handukmu!" tukas Sakura yang entah datang dari mana.
"Tapi aku bisa sendiri."
"Menurut saja! Kamu tidak mau mendapat hukuman dari tuan muda Rino kan? Jangan harap kamu bisa bernafas lagi kalau dia sudah turun tangan!" ujar Sakura.

Dengan kesal, Lia memberikan handuk tersebut pada Bibi Ahn. Jujur saja seumur hidup Lia, ia tidak pernah diperlakukan seperti itu. Hal itu membuat Lia sangat jengkel karena tidak diizinkan berbuat apa-apa.

"Sekarang kembali ke ruanganmu sampai Joel datang." lanjut Sakura.

Jika bukan rasa sakit yang melanda dirinya, Lia bisa saja melawan perempuan dingin di depannya itu. Hanya saja, Lia tau jika perempuan itu merupakan sekertaris Rino yang bisa saja melaporkan semua perbuatan Lia.

Dengan patuh, Lia berjalan menuju kamarnya. Namun saat hendak membuka pintu ruangannya... tiba-tiba.....

Apa yang dilakukan oleh Lia?

-to be continue-

Peace of tortureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang