Eps 33: Mutia Kembali

120 15 102
                                    

Flashback ketika mutia ditahan karena percobaan pembunuhan kepada sahil

Flashback On

Di ruang sidang yang dingin dan kaku, suasana tegang menyelimuti ruangan saat Mutia duduk di kursi terdakwa. Hakim dengan wajah serius menjatuhkan vonis, "Mutia, kamu dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun atas percobaan pembunuhan terhadap Sahil."

Namun, air mata Mutia dan pernyataan ayahnya, seorang CEO kaya raya, merubah segalanya. Setelah dua minggu, Mutia dibebaskan karena koneksi dan kekayaan keluarganya.

Di Rumah Mutia

Di rumah yang mewah namun penuh amarah, suasana semakin memburuk. Ayah Mutia, dengan wajah marah, memukul Mutia tanpa ampun, hingga darah mengalir dari bibirnya. Setiap pukulan dan dorongan membuat Mutia merintih kesakitan. Tangisan dan jeritan teredam oleh kemarahan sang ayah yang meluap.

"Kamu ini buat ayah malu tau gak?!" teriak ayah Mutia, suaranya penuh kebencian dan kemarahan.

"Apa yang akan dikatakan orang-orang dan para karyawan di perusahaan?! Kau ingin membuat keluarga kita malu?!" suaranya menggelegar, seolah seluruh dunia bertumpu pada bahunya.

Mutia hanya diam, menahan rasa sakit dan kepedihan yang menghujam hatinya. Ia merasa tidak ada tempat untuk berkeluh kesah. Dalam hati, ia merasa lebih sakit jika menyangkut ibunya, yang selalu membela dan menemani Mutia.

"Ibu, kenapa kau meninggalkanku?" batin Mutia sambil menahan tangis yang hampir pecah.

Ayah Mutia, dengan ekspresi dingin, menyampaikan keputusan yang mengejutkan. "Oke, mulai hari ini kau tidak boleh sekolah untuk sementara waktu. Kau akan homeschooling."

Mutia terkejut, seolah dunia runtuh di sekelilingnya. Ia berdiri, wajahnya penuh harapan dan kesedihan. "Tolong yah, jangan. Aku tidak ingin belajar di rumah," ucapnya memelas dengan nada putus asa.

"Maaf, tidak bisa. Ini adalah jalan terbaik agar keluarga kita tidak dipermalukan," jawab ayahnya, suaranya tanpa ampun.

Mutia menunduk, perasaan hancur memenuhi dirinya. "Kenapa, kenapa ayah seperti ini?" ia berteriak penuh kemarahan dan kesedihan. "KENAPA AYAH SELALU SEENAKNYA?!! AYAH JARANG PULANG, SEKALINYA PULANG AYAH SELALU MEMARAHIKU!! MENCACI MAKI KU HINGGA MEMUKUL KU!!! AYAH SUDAH SANGAT KETERLALUAN, KALAU PUN BISA AKU AKAN MEMANGGIL POLISI AGAR A-"

Plakk!!

Tiba-tiba, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Mutia, membuatnya terdiam seketika. Wajahnya merona merah, dan matanya membelalak karena terkejut.

"SUDAH BERANI YA KAMU MELAWAN AYAH HAH?! ASAL KAMU TAU, AYAH MELAKUKAN INI UNTUK KELUARGA KITA. AGAR NAMA BAIK KELUARGA KITA TIDAK TERCEMAR OLEH ΑΝΑΚ TIDAK BERGUNA SEPERTIMU!!" teriak sang ayah, suaranya penuh dengan kemarahan dan keputusasaan.

Mutia, dengan wajah yang penuh luka dan air mata, mengepalkan tangannya, lalu berteriak, "AKU BENCI AYAH!!!" dan berlari menuju kamarnya dengan kecepatan penuh, meninggalkan sang ayah yang hanya bisa menghela nafas penuh penyesalan.

Di Kamar Mutia

Di dalam kamarnya, Mutia terisak-isak, tubuhnya bergetar saat ia memanggil ibunya dalam tangisan. "Hiks hiks ibu, ayah memukulku lagi hiks. Mutia sudah tidak kuat lagi. Tolong bawa aku pergi bu hiks," ucapnya sambil menangis.

Tok tok tok

"Non, boleh saya masuk?" suara pembantu dari balik pintu terdengar lembut namun penuh kekhawatiran.

Mutia tidak menjawab, suasana semakin mencekam.

Tok tok tok

"Permisi non, maaf saya lancang," ucap sang pembantu sambil membuka pintu dengan kunci cadangan, masuk dengan hati-hati.

SI HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang