3

4.4K 460 13
                                    

"Semua yang diperlihatkannya hanyalah ilusi semata, ia tak pernah benar benar menunjukkan perasaannya yang sebenarnya. Bukan, ia hanya tak bisa merasakannya."

*****

"Doshita no Akio chan?"

(Name) menangkap gerak gerik aneh dari remaja laki laki itu.

"Ah tidak ada kok nee san."
Akio meremas ujung bajunya upaya menahan gugup yang melanda.

(Name) menaikkan satu alisnya heran. Mengelus pelan surai putih platina milik sang taruna. Senyum hangat diterbitkannya, tanpa diberitahu pun sebenarnya (Name) sudah tau apa yang dipikirkan remaja itu.

Akio berjengit kaget dengan rona merah menjalar hingga telinga.
"Nee chan ayo menikah ketika dewasa nanti!" Teriaknya.

"Hm?"

(Name) terdiam agak kaget mendengar Akio mengungkapkannnya secara terang terangan, dengan tangan kanannya yang juga terhenti mengelus surai sang taruna.

Bukankah seharusnya ia sadar bahwa dari awal (Name) hanya milik Sukuna dan selamanya akan begitu?

*****

"Ahahahaha jadi begitu?" Tawa menguar disepanjang lorong kuil, sang pemilik tawa menghapus jejak air mata disudut matanya.

Lagi lagi Uraume merasa kesal. Mengapa ekspetasinya tak sesuai dengan realita? Tuan dan pendamping sama sama freak, lama lama Uraume resign aja jadi babunya Sukuna.

"Jadi apa yang harus saya lakukan Sukuna sama?"

Tawa terhenti dari pria, bukan. Kutukan itu.
"Biarkan saja." Titahnya.

"Tapi tuan, bukankah (Fullname) berselingkuh? Bahkan sekarang si bocah kurang ajar yang bersamanya mengatakan ingin menikahinya."

Sudut labium Sukuna terangkat, menyeringai mendengar penuturan babunya.
"Sejauh itu heh? Aku jadi merasa tertantang dengannya."

Turun dari singgasananya Sukuna menghilang begitu saja, Uraume tersenyum akhirnya tuannya dapat terpancing.

*****

Netra (e/c) miliknya melirik sekilas, enggan untuk berbalik hadap barang sebentar saja.

"Wah lama tak bertemu denganku kau makin tak sopan ya?"

Labiumnya tertarik membentuk kurva tipis dengan netranya memandang indahnya purnama malam ini.

"Bukankah bulannya indah Sukuna?" Jemari lentiknya menunjuk sang purnama. (Name) begitu berani mengabaikan pertanyaan sang raja.

Sukuna menyeringai, sepertinya wanitanya ini harus ditundukkan dulu baru bisa mengerti apa itu sopan santun.

Sukuna membalikkan badannya, hingga kini kedua netra berbeda warna itu saling bersitatap cukup lama dengan tatapan yang memiliki arti berbeda.

Sukuna mendekap wanitanya erat, sedikit menunduk guna menciumi leher jenjang milik (Name).

(Name) hanya diam tak merespon apa yang dilakukan oleh Sukuna.

"Jadi aku kalah?"

Mendengar pertanyaan (Name), Sukuna menghentikan aktifitasnya.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang