6

3.8K 356 8
                                    

Mentari menyembul dari ufuk timur, burung burung bercicit saling bersahutan, sinar mentari mulai masuk ke dalam jendela yang terbuka.

Beberapa menit berlalu, sang puan mulai terasa terusik dengan silaunya cahaya yang menerpanya. Menggeliat pelan mencari posisi nyaman. Tak menemukan posisi nyaman akhirnya ia terduduk sembari mengumpulkan nyawa.

Netranya bergulir kesana kemari menyesuaikan diri dengan pening yang sedikit melanda.

"Agh sialan!"

Memori kejadian semalam mulai berputaran diotaknya bagai sebuah rekaman ulang. Sukuna benar-benar tak membiarkannya tertidur sampai ia puas menggunakan tubuh (Name). Maniknya beralih ke bawah, banyak sekali tanda bercak merah bercampur ungu tercetak diseluruh tubuhnya, bahkan bekas gigi Sukuna pun masih terlihat disana. (Name) menggeram kesal dengan perlakuan raja kutukan itu kepadanya, mana habis pakai ntah sudah pergi kemana meninggalkannya sendiri dikamar kuil ini.

(Name) mau pergi mandi ke sungai, tapi dia malu juga takut diliat orang. Merenung sebentar memikirkan nasibnya kini.

'Srett'

Suara pintu tergeser, disana nampak Uraume berdiri dengan membawa sebaskom air dikedua tangannya. Uraume menatapi keadaan menggenaskan sang puan.

"Sudah tau bakal begini mengapa kau memilih pulang?" Kakinya melangkah mendekati (Name) dan duduk disamping wanita itu, menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lalu perlahan menggosok punggung (Name) menggunakan kain dengan air hangat.

(Name) menghembuskan nafas lelah. "Habisnya aku cuman punya kalian berdua."

"Kau baru sadar itu sekarang?" Dengusnya.

"Semuanya datang lalu pergi, manusia selalu begitu ya? Tapi aku kan manusia, lagipula aku tidak begitu." Curhatnya.

"Kau abadi bodoh." Uraume kesal dengan pertanyaan aneh yang dilontarkan wanita itu.

"Ne Uraume, apakah besok-besok juga kalian bakal pergi ninggalin aku?"

Urame menatap datar wanita dihadapannya itu, sangat overthinking takut ditinggalkan karena dirinya abadi.

(Name) meringis kala merasakan air hangat menyentuh beberapa lukanya. Terasa begitu perih.

"Itu tak akan terjadi (Name)."

"Tapi kalian buronan penyihir, dan ku dengar beberapa dari mereka memiliki siasat bagus untuk membunuh Sukuna." Ceritanya.

"Dan kau percaya itu? Kalau sampai Sukuna mendengar kau berkata begitu habislah kau akan dihukumnya." Kini Uraume beralih menyisir surai (h/c) milik wanita itu.

"Cih menyebalkan! Kalian berdua selalu saja sok kuat, awas saja kalau beneran itu terjadi, aku yang pertama tertawa paling keras!"

Uraume diam, enggan membalas ucapan wanita itu yang berujung tiada habisnya. Menyelesaikan pekerjaannya, Uraume beralih membawa sebaskom air itu kembali.

"Pergilah sarapan kalau kau tak mau sakit-sakitan lagi."

(Name) mengiyakan perkataan Uraume, melangkah menuju lemari dan mengambil sebuah kimono bewarna biru tua miliknya. Dipasangnya kimono itu pada tubuhnya.

(Name) pergi menuju dapur, sarapan sendiri sudah menjadi hal yang biasa baginya. Terkadang terbesit rasa ingin sarapan bersama dengan Sukuna dan Uraume, tapi tentu saja itu tak mungkin terjadi.

Usai sarapan pun dirinya bingung mau ngapain, biasanya pagi-pagi begini Sukuna dan Uraume sudah hilang entah kemana. Sukuna dan Uraume selalu menyembunyikan sesuatu dan tak pernah memberi tahunya mengenai segala hal. Keduanya selalu menganggapnya anak-anak yang tak perlu tau urusan orang dewasa, (Name) benci itu. Ayolah dia juga sudah dewasa, entah berapa kurun waktu yang telah dilewatinya.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang