Tubuh lemah itu kini berbaring di atas futon, perlu waktu berminggu-minggu hingga tubuh itu benar-benar pulih.
Kaindra selalu menemani tidur panjangnya, menggenggam erat jemari sang ibunda. Mengucapkan beribu kata maaf tiap harinya. Menyalahkan dirinya sendiri yang lemah tidak bisa melindungi sang ibu dari awal.
Tubuh mungil itu mendekap lengan ibunya erat, ingin menangis lagi namun ditahannya untuk yang kali ini, Sukuna sudah memperingatinya untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan.
"Mamamu itu kuat, percayakan saja urusan hidup dan mati pada dia."
Mau tak mau anak itu harus menurut, meski batin berkecamuk tak tenang, namun apa daya diri tidak bisa melakukan apa-apa selain menemani sang ibunda disetiap harinya.
Pergerakan kecil dirasanya. Kepala yang semula menunduk murung itu kini mendongak menatap manik kosong milik ibunya yang tengah tersenyum hangat sembari mengelus pipinya lembut.
"Kau tidak pergi main, Kai?"Selalu saja begitu, terkadang sifat yang terlalu mementingkan dirinya ini yang membuat Kaindra makin merasa bersalah pada (Name). Padahal perasaan itu murni ketulusan seorang ibu pada anaknya.
Kaindra menggeleng sebagai jawaban.
"Kau tidak bosan, hm?" Suaranya masih menyerak dan terdengar lirih, (Name) masih bisa berbicara meski membutuhkan waktu yang lama.
Andai saja jika lidahnya beneran kepotong, sudah pasti wanita itu akan bisu selamanya dan Kaindra akan terus menyalahkan dirinya atas tragedi itu.
"Aku mau menemani mama disini." Jawabnya.
"Wah, perhatian sekali anak mama." Senyum lebar diberikannya, ntah kenapa membuat batin anak itu terasa sakit.
'Berhentilah berpura-pura, mama..' Batinnya menjeritkan kalimat itu.
Kaindra ingin (Name) berlaku semaunya, bukan atas dasar keterpaksaan karena semua manusia melakukannya begitu. Pendamping Sukuna itu unik, bukan berarti harus disamakan dengan hal yang tak sejenisnya kan?
Pintu kamar di geser, disana Sukuna berdiri sembari menatap keduanya.
(Name) tersenyum, anak itu pun sama. Sang raja kutukan mendekat, duduk disamping bocah laki-laki itu.
"Terus saja lakukan hal nekat yang membahayakan dirimu, kita liat sampai kapan kau bertahan menghadapi maut." Desisnya tajam.
Sang pendamping hanya tersenyum tipis, wajar kalau Sukuna marah besar kepadanya, kejadian hari itu dia memang benar-benar nekat mempertaruhkan segala hal, termasuk raganya.
"Papa! Jangan begitu dong! Mamaku baru saja bangun!" Ucap anak itu tidak suka.
Sukuna hanya memandangnya jengah, lama-lama dia kesal dengan hubungan keduanya. Sama-sama nekat dan bodoh menurutnya.
"Lain kali jangan melakukan hal nekat seperti itu, atau kau mau dikurung selamanya di dalam kuilku?" Ancam sang raja kutukan.
(Name) bergidik ngeri membayangkan seumur hidupnya dihabiskan di dalam kuil. Hampa sudah pasti menyapa, rasa sepi selalu menemani, dan yang pasti bisa gila dia karena kebosanan.
"Menurutlah sesekali, itu tidak akan membuatmu rugi." Usapan ringan diberikan pada puncak kepalanya.
Untuk saat ini (Name) memilih mengalah daripada kena amukan raja kutukan itu. Bayangkan saja, tubuhnya masih sakit terus ditambah rasa sakit yang menyerang kesehatan batinnya. Apa tidak makin frustasi dia?
"Baiklah."
Tangan Sukuna turun mengelus bekas luka gores pada pipi sang pendamping yang mulai menghilang.
![](https://img.wattpad.com/cover/280042606-288-k406695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]
Fanfiction╰┈➤ɪᴍᴀɢɪɴᴇ ʏᴏᴜ ᴀʀᴇ ꜱᴜᴋᴜɴᴀ'ꜱ ᴡɪꜰᴇ. ๑┈•✦✦•┈๑ 𝐘𝐞𝐚𝐡 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐫𝐮𝐧 𝐟𝐫𝐞𝐞, 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐟𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐟𝐢𝐬𝐡 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐞𝐚. 𝐘𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐞𝐭𝐞𝐧𝐝 𝐢𝐭'�...