4

3.6K 401 11
                                    

"Labiumnya selalu terangkat membentuk lengkungan kurva tipis dengan netra sayu yang turut serta menyipit, rona merah pun ikut andil tak ingin ketinggalan. Sulit tertebak itulah pandangan orang terhadapnya, sangat manipulatif dalam mengekspesikan perasaannya. Terlihat seakan realita, nyatanya hanya sebuah delusi semata."

*****

"Hei kau ingat pertemuan pertama kita?"

"Haha tentu saja, kau terlihat menyedihkan saat itu."

Semua yang terjadi pasti memiliki awalan. Termasuk pertemuan diantara mereka, raja dan pendamping.

"Mengapa tak kau makan saja aku kala itu? Aneh sekali, seperti bukan dirimu saja."

"Hahahaha yang lebih aneh itu kau bodoh. Ajal di depan mata malah tersenyum pada yang akan mengambilnya."

"Aku tersenyum kala itu?"

"Ya dan itu sangat menjengkelkan dimataku."

Seperti yang pernah (Name) katakan, pertemuan awal mereka ketika derasnya hujan mendera.

Sukuna lagi lagi menghancurkan seluruh desa tanpa alasan yang jelas.

"K-kumohon jangan bunuh aku! Aku masih punya seorang bayi, tolong ampunilah nyawaku!"

Seorang wanita dewasa meminta pengampunan pada sang raja. Tubuhnya meringkih, kentara sekali punggung serta bahunya tremor berat. Deru nafasnya memburu.

Air mata terus bercucuran dengan penampilan yang turut berantakan, masih bersujud dengan harapan raja kutukan berbaik hati dan mengampuni nyawanya. Walau kelihatannya sangat mustahil.

"Seorang bayi katamu? Dimana dia sekarang?" Smirk kembali ditunjukkan dengan kekehan diakhirnya. Wanita dewasa itu menatap ngeri pada raja kutukan dihadapannya itu, pandangannya menjadi kosong, ia telah memahami situasi bahwa kini semuanya akan berjalan dengan buruk.

"Tak mau memberi tahu ya? Biar ku cari sendiri."

Kakinya melangkah semakin mendekati sang puan, tangan kiri Sukuna mencekik lehernya. Kuku tajamnya menerobos masuk hingga menimbulkan bau anyir yang menusuk hidung. Jemari sang puan terus meronta upaya bertahan hidup, bahkan hingga mencakar tangan milik Sukuna.

"Ku... Ku mohon a- ampuni aku." Suaranya melemah, begitupun dengan cakarannya. Nafasnya pun kini mulai berhenti. Pertanda merengangnya sebuah nyawa.

"Lemah sekali. Bawa dia Uraume, kita bisa menjadikannya sarapan untuk besok." Perintahnya. Sang babu hanya mengangguk mengikuti perintah sang majikan.

Kakinya melangkah membuka setiap kamar bernuansa tradisional tersebut. Hingga pada akhirnya ia berdiri di depan sebuah kotak bayi dengan bayi perempuan yang sedang tertidur didalamnya.

"Dia tidak mati kan? Kebo sekali, ibunya berteriak mati dia malah asik di dalam mimpi."

Jemari panjang milik Sukuna mengelus pipinya pelan. Sangat hati hati tak ingin pipi mulus sang bayi terluka oleh kuku panjangnya. Ntah apa yang dipikirkannya, tiada yang pernah tau jalan pikiran seorang raja kutukan.

Bayi perempuan itu tersenyum. Sukuna terkejut melihatnya.

"Hee apa ini? Kau tersenyum karena semangat mau mati ya?" Ucap Sukuna mengejek.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang