16

1.6K 210 3
                                    

Waktu cepat berlalu, selama apapun menunggu waktu akan tetap berjalan membuat kita terpacu untuk terus mengejarnya.

Raganya kini sudah mulai pulih, meski tak pulih total, setidaknya bisa digerakkan untuk sekedar berjalan beberapa langkah.

Malam mulai menyepi, bintang bulan bersinar sebagai latar, sayup-sayup terdengar suara jangkrik serta kodok yang bersautan.

"Kau tidak jijik padaku?" (Name) bertanya sembari menatap dalam manik sang raja.

"Kenapa aku harus jijik padamu?" Dahinya mengernyit, pertanyaan aneh apalagi yang wanita itu ajukan sekarang.

(Name) mengambil nafas dalam, memeluk erat tubuh sang raja.
"Aku tidak cantik lagi dengan luka disekujur tubuhku." Terangnya.

"Lalu kenapa dengan itu? Kau pikir aku akan mencampakkanmu hanya karena alasan itu?"

Wanita itu termenung, benar yang dikatakan Sukuna, untuk apa dia mempertanyakan itu? Rasa tidak percaya diri memang sempat menguasai dirinya. Namun dengan segera kesadarannya kembali, ini Sukuna bukan orang lain.

"Maaf.." Wajahnya mendekat, mencium sang raja sembari memejamkan matanya.

Sukuna membalas ciuman sang istri dengan lembut karena fisiknya belum sepenuhnya pulih.

Kesunyian menjadi saksi bisu kemesraan keduanya. Baik Sukuna maupun (Name) sama-sama tidak pernah jenuh dengan perasaan masing-masing.

*****

Kaindra mendengarnya dari balik pintu kamar, niat awal yang semula ingin ditemani tidur oleh ibunya pupus begitu saja kala mendengar percakapan kedua orangtuanya.

Penyesalan makin membelenggu dirinya, walau sang ibunda berkata tak apa-apa dengan keadaannya, selalu berkata ia baik-baik saja. Namun, kini anak itu tau ibunya sering mengeluh ataupun bercerita pada ayahnya layaknya anak kecil yang mengadu ketika suatu perkara menimpa dirinya.

Dia tak mendengar sepenuhnya percakapan mereka, menyimpulkan dengan sendirinya. Berjalan sembari menunduk memegangi boneka beruang pemberian ibunya.

Awalnya Kaindra kira perasaan ibunya pada ayahnya hanyalah perasaan biasa layaknya pasangan suami istri pada umumnya, nyatanya ia salah. Keduanya bagai perekat lem yang sangat kuat, tak mudah untuk dilepas begitu saja.

Seekor kupu-kupu bewarna putih terang melewati netra birunya dengan kepakkan sayapnya yang menghasilkan kerlipan semacam bintang di langit. Kaindra menatapnya kagum, mengikuti langkah kemana kupu-kupu itu pergi.

Tanpa sadar langkahnya membawanya keluar kuil menuju dalam hutan. Sekarang tak seekor, kupu-kupu lainnya menari mengajaknya untuk terus mengikutinya hingga tiba dipenghujung sungai.

Maniknya mengedip, sadar ia sudah pergi cukup jauh dari kuil. Namun sebelum berbalik siluet seorang wanita disebrang membuatnya menyipitkan mata.

"Apakah sebuah kutukan?" Gumamnya.

Raga mendekat, mencelupkan kakinya ke dalam air sungai guna mendekati sisi yang satunya.

"Hei.." Panggilnya.

Gadis itu yang duduk di sebuah batu dengan banyaknya kupu-kupu disekitaranya itu menoleh.

Cantik.

Itulah yang pertama kali yang ia simpulkan ketika melihat rupa gadis itu. Surai panjang halus bak sutra dengan kerlap kerlip memenuhinya, bulu mata lentik lagi panjang, kulit pucat dengan bibir kemerahan sama dengan warna netranya.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang