12

2.3K 279 11
                                    

Terik matahari menerjang, peluh memenuhi sisi wajah ayunya. Disekanya keringat yang mengumpul di dahinya.

"Hari ini cuacanya cukup panas ya, Kei?" Dirinya terduduk di teras kuil mengajak bayinya berbicara dengan tangannya mengipas ke udara. Didudukannya sang bayi  berhadapan dengan dirinya.

5 bulan sudah lamanya semenjak ia tertuduh membuang bayinya sendiri, secepat itu pula waktu ikut berlalu. Biasanya sih (Name) tak peduli dengan banyaknya waktu yang terlewati. Namun, kini berbeda. Kehadiran sosok malaikat kecilnya yang bertambah bobotnya seiring dengan berjalannya waktu menjadi penyemangatnya, seolah-olah tiap momen dan waktu yang terhabiskan selalu menjadi penantian penting bagi pendamping Sukuna itu.

Netranya melirik bayinya yang asik mengoceh sembari menarik-narik kimono yang dipakainya, senyum tipis diterbitkannya.

"Nanti sore kita mandi berdua ya." Tetap mengajak berbicara meski tak mengerti apa yang dikatakan sang bayi. Bayi itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sesekali ia mengucapkan potongan kata yang (Name) tak mengerti.

"Ma.."

"Ma..."

Netranya beralih memandangi pepohonan yang menjulang tinggi, warna hijau daun mendominasi mampu memanjakan mata yang memandang. Dirinya bersenandung sembari mengelus lembut surai putih milik bayinya. (Name) agak heran dengan warna surai bayinya sendiri.

Cukup lama ia menikmati suasana yang ada hingga tanpa sadar kini bayinya telah tertidur lelap sembari menggenggam kimononya erat.

"Are? Cepet sekali tidurnya." Raganya berdiri sembari memperbaiki gendongan bayinya biar nyaman.

Sekarang (Name) bingung, ia ingin pergi mampir ke pasar membeli beberapa kudapan. Tapi haruskah ia meninggalkan bayinya disini atau ia bawa saja? Di kuil sekarang tidak ada siapa-siapa, ntah kemana perginya Sukuna dan Uraume, (Name) sendiri pun tidak tau.

Menghela nafas kasar, sebaiknya ia bawa saja bayi itu ketimbang jadi bahan pikirannya nanti. Tapi cuaca sekarang sedang panas, apa tidak apa-apa jika ia membawa bayinya pergi keluar?

Takut lebih menguasai dirinya, (Name) yang paling tau dirinya tak begitu mengerti pasal dunia perbayian. Memutuskan diam saja sembari menunggu kedatangan Uraume dan Sukuna.

Bosan mulai menyapanya, mengembungkan pipi kesal merasa kesepian. Bayinya tertidur dan ia ditinggal pergi. Apa ia ikut tidur juga?Tapi ia tak mengantuk sama sekali.

Bayinya direbahkan di futon, sedikit bersenandung sembari mengelus punggung bayinya agar kembali terlelap. Dirinya ikut berbaring di futon dengan lengan yang menyangga kepalanya sembari menghadap bayinya.

Netranya terus memandangi wajah tampan sang bayi, seolah tak akan pernah bosan tuk dipandanginya layaknya ia memandang sang raja. Teduh penuh rasa kagum lagi sayang.

Lambat laun dirinya pun terhanyut dalam lamunannya, kantuk mulai menyerbunya, tak ada hitungan menit ia pun menyusul anaknya dalam dunia mimpi.

Menit demi menit terus berganti hingga cahaya sang surya mulai berubah menjadi keoranyean, pertanda senja mulai menyapa.

Sang raja mengernyitkan dahi dengan suasana kuil yang terasa sepi tanpa suara gaduh sedikitpun, sedikit merasa asing dengan kuilnya sendiri. Pasalnya selalu suara bising menyapa indra pendengarannya.

Meski telah membantai satu desa lagi, kimono yang dipakai sang raja tetap bersih tanpa terciprat sedikitpun noda darah.

Keinginannya begitu, karena ia tak ingin sedikitpun terlihat kotor di hadapan sang pendamping, Sukuna selalu ingin memperlihatkan sosoknya yang sempurna tanpa celah sedikitpun. Ia tak pernah ingin membuat pendampingnya terlibat dalam semua perkara yang ia buat.

𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang