11

2.3K 262 1
                                    

Kedua netra yang terkatup itu perlahan terbuka, maniknya mengedar ke sekitar dan pandangannya terfokus pada bayi kecil yang berada di sampingnya.

Wajahnya terlihat damai, (Name) tersenyum tipis melihatnya. Jemarinya bergerak mengelus surai tipis bayi itu.

"Ku beri nama siapa ya?" Baru tersadar ia membawa bayi itu tanpa tau namanya.

"Kaindra aja gimana? Kaindra artinya anak yang hebat." Gumamnya.

"Nama yang bagus, tapi sekarang saatnya anda mandi." Uraume datang dengan membawa seember air beserta kain lap.

"Dia juga mandi kan?" Tunjuknya pada bayi yang tertidur lelap itu.

"Ya tentu saja, tapi tunggu hingga ia bangun."

"Bagaimana caranya ia mandi?"

Uraume menghela nafas kasar sembari membuka kimono pendamping Sukuna itu.
"Lap-lap biasa, dia masih terlalu kecil untuk dimandikan."

Wanita itu mengangguk sembari menikmati sentuhan hangat dari kain yang menyusuri bagian punggungnya.

Keduanya sama-sama terdiam, tampak menikmati keheningan masing-masing.

Yang satu tampak bahagia karena punya teman yang satunya lagi sepertinya tertekan karena merasa mendapat masalah baru.

(Name) terus memandangi wajah bayi yang tertidur lelap itu. Ia harus berhenti bersikap kekanakan, sekiranya. Sekarang statusnya telah berganti menjadi seorang ibu. Tersenyum tipis menahan rasa gejolak aneh yang menyerbu dada, apa sebelumnya ia pernah merasakan perasaan ini? Rasanya seperti hari esok akan selalu jadi penantian untuknya.

Bulu mata lentik itu bergerak merasa terganggu. Mimpi burukkah?

Pendamping Sukuna itu terus memperhatikannya, tak sedikit pun lepas dari pandangannya.

"Itu.. Apa dia mimpi buruk?" Wanita itu menunjuk bayi yang mulai bergerak gelisah.

"Sebentar lagi dia akan menangis." Uraume menjawab tanpa memandangnya.

Baru saja hendak menjawab, ucapan Uraume tepat sasaran, bayi itu menangis menimbulkan suara nyaring yang lumayan memekakkan telinga.

'Oeee'

'Oeeee'

"Ugh.." (Name) meringis.

'apakah semua bayi tangisnya begitu?' Batinnya heran.

"Cepat ambil dia bodoh." Uraume stres dengan suara tangis bayi itu.

Dirinya berdecak sebal dikatai bodoh, tapi tetap melakukan apa yang disuruh.

"Cup.. Cup.. Diem dong, masih pagi ini." Digendongnya sang bayi dengan jemarinya mengelus lembut pipi tembam bayi itu.

Perempatan imajiner muncul di dahi Uraume, memangnya seorang bayi bakal milih waktu untuk menangis? Untungnya bayi itu langsung terdiam.

"Eh? Hee... Cabul!!"

Jemarinya memang mengusap lengan pendamping Sukuna dengan kain lap, namun netranya beralih menatap bayi dalam pelukan wanita itu, memang tadi Uraume sempat melihat wanita itu memeluknya, gemas sendiri mungkin?

"Cabul? Kau pikir dia mengerti apa yang kau ucapkan?" Sebelah tangannya memijit pelipisnya yang mulai berkedut nyeri, pusing mulai menerpanya. Uraume tak mengerti, mengapa bayi itu disebut cabul padahal hanya mengemut buah dada milik pendamping Sukuna itu? Bukankah itu wajar?

"Dia lapar, dan dia menganggap kau ibunya."

Wanita itu nampak berfikir lalu mengangguk mulai paham.
"Tapi aku ga punya asi."

"Aku tau."

"Terus aku harus gimana, Uraume?" (Name) nampak kasian pada Kaindra yang terus menyosor kesusahan menyedot putingnya tapi gak keluar apa-apa.

"Itu tugasku.. Biar aku mencarinya dari wanita yang juga memiliki bayi, kau tak perlu repot-repot untuk memikirkannya."

Pendamping Sukuna itu terlihat menghela nafas lega.

"Kau bisa pasang baju sendiri kan?" Uraume menatap wanita itu sembari membereskan beberapa tetesan air yang jatuh ke lantai kayu. Wanita itu terlihat mengangguk saja, terlihat fokus mengelus lembut bayinya sesekali menepuk gemas pantatnya.

"Kalau butuh sesuatu panggil saja aku." Ucapnya sebelum menghilang dibalik pintu.

"Sayang.. Okaa san pakai baju dulu ya?" Bayi itu kembali ditaruh diatas futon.

Dahinya nampak berkerut ingin menangis lagi. Seolah mengerti apa yang diucapkan oleh ibunya.

"Terus aku gimana cara pakai bajunya coba?" Menghela nafas lelah, belum genap sehari dirinyamenjadi ibu ia sudah frustasi duluan perkara sang anak tak bisa ditinggal barang sebentar saja.

Digendongnya kembali bayi itu sembari berjalan menuju lemari. Dirinya terdiam beberapa saat, tangan kirinya bergerak mengambil sehelai kimono paling atas dengan tangan kanannya menggendong bayinya. Agak susah baginya yang pertama kali melakukannya. Ia bukan Sukuna yang memiliki empat tangan yang dengan mudah melakukan hal seperti ini. Gak papa, semangat.. Nanti terbiasa kok!

Bisa kalian bayangkan memakai baju hanya dengan tangan kiri, lalu diubahnya posisi gendongan bayinya pada tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mulai bekerja memakai kimono. Dirinya sudah memakai pakaian, sekarang ia kesusahan mengikat talinya. Mana bayinya tersenyum seperti puas akan penderitaan pendamping Sukuna.

Sebuah lengan kekar membantunya mengikat tali, kepalanya menoleh menghadap belakang. Tersenyum tipis dengan netra menyayu.

"Bagaimana rasanya, hm?" Hembusan nafas hangat menerpa leher jenjangnya.

"Menyenangkan!" Seru sang pendamping. Perasaan senang luar biasa menguasai dirinya, begitu menggebu-gebu dengan penjabarannya seperti beribu gelembung busa tengah meledak, perasaannya sungguh tak karuan. Bahkan kini membayangkan mandi bersama sang bayi di sebuah sungai.

Alis Sukuna tertaut heran, secepat itu perasaannya berubah.

"Aku mau jalan-jalan." Pamitnya, kemudian pergi tanpa beban.

Sukuna hanya terkekeh, setidaknya salah-satu harapan besar wanita itu terkabul. Memiliki anak walau bukan dari rahimnya sendiri. Takdir memang selalu punya caranya tersendiri.

"Takdir selalu menyiapkan banyak pilihan, setiap pilihan yang kau ambil akan selalu ada balasan yang setimpal, jadi pilihan seperti apa yang kau ambil?"

TBC♡

Sy ga ngrti dunia perbayian, jd kl slh tlong koreksi ya.. Sy kn tnya tmn nih, baik lho sy nanyanya...

Sy: "Bayi umur 1 bulan tuh udh bisa dimandiin ga si? di lap-lap gtu ya kan? Pake air hangat kan?"

Dia: "Mandiin pke timah."

Sy(sedang esmosi): "Besok anakmu mandiin pke timah ya😏. Awas aja kl ngga."

Dhla sy lngsung badmood dibuat.






𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang