Sejak kejadian itu sang puan tak pernah sekalipun membahasnya kembali, kendati rasa kecewa terselubung di relung dada. Namun, apa bisa di kata jika kehamilannya bisa menjadi pemicu perpisahan keduanya, (Name) memilih enggan meskipun sangat mengidamkannya, dirinya benar-benar tak sanggup jika harus berpisah dengan sang raja kutukan itu.
Katakan dirinya egois, salahkah bila hati menginginkan Sukuna tetap bersamanya? Toh Sukuna menginginkan hal yang sama, sepertinya.
Pikiran terus berkelana tiada henti sembari kaki terus melangkah entah menuju kemana, batin berkecamuk antara pro dan kontra terus berdebat tiada henti, untuk saat ini prioritas diri hanya ingin menyegarkan pikiran terlebih dahulu.
Sampai netra kosongnya menangkap seorang gadis tengah kesusahan membawa barang belanjaannya. Netra diedarkan ke sekitar. Ah, rupanya kakinya membawanya hingga ke pasar.
"Mari ku bantu, Nona." Tawarnya.
Sang empu lawan bicara sedikit mendongak akibat perbandingan tinggi yang lumayan terpaut jauh, menatap manik (e/c) yang menolongnya. Bola matanya membesar, tak disangka justru bertemu dengan pendamping Sukuna disini.
"Nona?" Kedua alis tertaut bingung, gadis dihadapannya justru melamun sembari menatap dirinya.
"Ah iya.. Terima kasih." Diri tak enak menolak tawaran yang diberikan meski batin terus berteriak jangan.
"Nama anda siapa?" Tanyanya menghilangkan keheningan yang ada.
"Zia.. Zia Akiyama."
"Jadi kau lahir saat musim gugur?" Netranya bergulir ke arah kanan seolah-olah tengah berfikir. Anggukan diberikan sebagai jawaban.
Begitu banyak kata yang hendak terlontar dari labium tipis milik Zia, namun apa daya diri masih ragu untuk bertanya.
"Kenapa? Kau ingin sesuatu?" (Name) menangkap gerak-gerik keraguan dalam ekspresi yang ditampilkan gadis itu.
Ah, sebegitu kelihatan kah keraguan dalam dirinya sehingga pendamping Sukuna itu bisa tau?
"Sebenarnya aku sedang hamil." Ceritanya.(Name) mengangguk canggung.
"Eum.. Kalau hamil mengapa kau membawa belanjaan yang berat? Bukankah seharusnya kau mengajak suamimu?" Tak disangka seorang gadis yang dikiranya ternyata seorang wanita muda, merasa heran juga karena sedang berbadan dua sang suami justru entah kemana."Suamiku sedang sibuk, dia seorang penyihir jujutsu begitu pula denganku." Alibinya.
"Oh benarkah?" Netra kosong itu memandang tiap lekuk pahatan wajah sang lawan bicara, menelisik apakah ada kedustaan dalam perkataannya.
Deheman Zia berikan sebagai jawaban. Menggaruk tengkuk yang tak gatal bingung ingin bercerita darimana.
"Ah begitu rupanya.. Pasti kau kesepian ya? Apalagi saat sedang mengandung pasti kau sangat membutuhkan afeksi dari suamimu, tapi justru ia tengah sibuk bergulat dengan dunia jujutsunya.." Wajahnya menampilkan perasaan bersedih, walau raga dan batin tak merasakan apa-apa. Nyatanya Zia sempat tertegun dan merasa terharu bahwa pendamping Sukuna tak seburuk yang dia kira.
Nyatanya itu hanyalah drama biasa, (Name) tau wanita disampingnya ini sepertinya membencinya. Dirinya juga tau ini bukan pertemuan pertama mereka. Entah mengapa wanita disampingnya ini membencinya, lebih baik pahami dulu situasi baru bisa bergerak mencari titik terangnya.
"Tak apa! Kau bisa menjadi temanku.. Aku juga kesepian tidak memiliki teman, hehe." Cengirnya.
"Eumm..." Zia nampak berfikir keras, tiada salahnya kan berteman dengan pendamping Sukuna? Lagian rupanya nampak baik. Ada untung juga sepertinya, pendamping Sukuna itu nampak tak peduli sekitarannya meski duri menancap kakinya hingga berdarah. Lagian dia bisa mengorek informasi bagaimana membunuh Sukuna jauh lebih dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐈𝐃𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐒𝐄𝐄𝐊 [𝐒𝐮𝐤𝐮𝐧𝐚𝐱𝐘𝐨𝐮]
Фанфіки╰┈➤ɪᴍᴀɢɪɴᴇ ʏᴏᴜ ᴀʀᴇ ꜱᴜᴋᴜɴᴀ'ꜱ ᴡɪꜰᴇ. ๑┈•✦✦•┈๑ 𝐘𝐞𝐚𝐡 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭 𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐫𝐮𝐧 𝐟𝐫𝐞𝐞, 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐟𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐟𝐢𝐬𝐡 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐞𝐚. 𝐘𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐞𝐭𝐞𝐧𝐝 𝐢𝐭'�...