Some people live for the fortune
Some people live just for the fame
Dari tempat setinggi ini, Ahn Yujin dengan jelas bisa melihat deretan kendaraan di bawah sana yang tampak mengular akibat kemacetan yang membentang sejauh sekian kilometer. Gadis bongsor berusia akhir 20an itu menghela nafas pelan. Hari Jumat sore selalu seperti ini. Orang-orang di bawah sana sedang mengantre jalur agar bisa pulang cepat dan bermain bersama keluarganya sampai puas sebelum kembali ke mode robot pekerja di Senin pagi. Dia jadi diam-diam memikirkan betapa orang-orang di sini sepertinya menghabiskan separo hidupnya berada di jalan. Mungkin Yujin cukup beruntung karena dia tidak sering terjebak kemacetan akibat kebiasaannya berangkat kerja pagi-pagi sekali dan baru pulang ketika Satpol PP mulai beroperasi di malam hari hendak menangkap pasangan muda-mudi mesum di taman kota. Namun sebagai gantinya, dia harus sering-sering mengoleskan krim pereda nyeri otot dan memeriksakan kesehatan matanya yang terancam makin minus sebagai akibat dari memelototi layar dan berbagai dokumen sepanjang hari. Iseng ia tempelkan ujung jarinya ke kaca jendela kantornya, lalu mulai menggambar bentuk-bentuk imajiner dengan memanfaatkan deretan mobil di jalanan macet tersebut sebagai garis putus-putusnya.
Some people live for the power
Some people live just to play the game
Kegiatan anehnya itu kemudian agak terganggu oleh suara ketukan di pintu, mengantarkan sesosok wanita muda berpakaian rapi yang merupakan sekretarisnya memasuki ruang kerjanya. Yujin segera berpaling dari jendela untuk sekedar memberikan senyum dan memberikan kode untuk menaruh dokumen yang dibawa sekretarisnya itu di meja. Setelah itu, si sekretaris segera berpamitan untuk keluar. Yujin sendiri melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Sudah ada beberapa gambar yang dia buat selama beberapa waktu ini. Dia menelusurkan jemarinya ke satu gambar imajiner yang membentuk sebuah mata yang tertutup. Tiba-tiba batinnya jadi merasa sendu. Ada rasa dalam dirinya yang menyeruak menyerukan bahwa dia ingin juga menutup matanya seperti itu. Permintaan yang cukup aneh mengingat dia hanya perlu menggerakkan kelopaknya untuk memejam. Namun dia tahu bukan itu yang batinnya minta. Kemudian dia mengambil ponselnya dan memotret gambar imajinernya di kaca. Hanya ada tangannya dan kaca jendela yang menampilkan vista gedung perkantoran dan langit yang mendung di potret yang dia ambil. Tapi dia tidak peduli. Ia kemudian memposting foto tersebut di sosial media pribadinya dan menuliskan 'Eye' sebagai caption-nya. Setelah itu dia menaruh ponselnya dan kembali menghadap layar monitor besar, saatnya kembali ke mode Ahn Yujin si pekerja keras idaman calon mertua.
Some people think that the physical things
Define what's within
Jam di dinding menunjukkan pukul 7 malam lewat sedikit. Matahari tentu sudah terbenam sejak tadi dan mungkin sekarang sudah waktunya sinetron picisan musim keempat diputar di TV nasional. Namun Ahn Yujin di kantornya masih berkutat dengan banyak hal, sambil sedikit menahan nyeri di punggungnya. Ponselnya juga telah ia atur ke mode senyap agar tidak mengganggu konsentrasinya. Karena kebanyakan pesan yang masuk berasal dari grup alumni sekolahnya yang seringkali tidak begitu penting. Tangannya masih sibuk mengetik dan sesekali mengklik mouse dengan alis yang berkerut ketika menemukan kesalahan atau hal-hal yang aneh di dokumen perjanjian yang dia baca. Sesekali tangannya menelusuri tumpukan kertas di samping papan ketiknya, menyocokkan isinya dengan yang ada di layar dan mencoretnya dengan pensil jika ada yang salah sembari menuliskan catatan revisi di sampingnya. Sebentar lagi, batinnya. Dia sudah bertekad malam ini akan menyelesaikan segala pekerjaannya agar dia bisa melamun dengan bebas di akhir pekan, menikmati pikirannya yang suka berjalan ke tempat-tempat yang tak terduga, mewakili raganya yang diam menjejak di tempat karena terlalu lelah setelah menghabiskan hampir seratus jam tiap minggunya terkungkung di kantornya. Ini semua demi masa depan, kalau kata orang tuanya. Tapi kalau kata Yujin: demi...kian, terima kasih, saya mau gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jinjoo Dalam Melodi
FanficJinjoo Songfiction Project | Jinjoo song-based oneshots collection | Mixed Genre