PART•15

9 0 0
                                    

"SEMPAK YANG DI RUMAH POHOH?!" Teriak Raden, membuat seluruh siswa menatap ke arah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"SEMPAK YANG DI RUMAH POHOH?!" Teriak Raden, membuat seluruh siswa menatap ke arah mereka.

"Ck, jangan teriak-teriak anjing, malu gue" decak Roni, menutup wajahnya dengan buku.

"Kok Aqqila bisa tau sih, rumah pohon itu kan dalam hutan dan tersembunyi. Lagi pula jauh dari pemukiman warga, Lo ngajak Aqqila ke sana kan? Hayo ngaku Lo!" Ujar Roni, menatap curiga ke arah Darel.

Darel bingung harus menjawab apa. Cowok itu menggaruk tengkuraknya yang tak gatal.

"Rumah pohon itu cuman kita ber-empat yang bisa masuk Rel, kalau Lo lupa." Jelas Nathan datar.

"Pantesan kemarin Lo nggak sekolah, ternyata pergi bolos sama Aqqila. Mana perginya ke rumah pohon lagi." Tambah Raden.

"Gue minta maaf ke kalian semua, saat itu gue bingung mau ngajak Aqqila ke mana. Gue juga lupa kalau di rumah pohon itu ada aib kita semua," Terang Darel.

"Terus.. respon Aqqila gimana?" Tanya Raden sedikit berbisik, takut jika siswa lain mendengar.

"Cuman ketawa doang." Jawab Darel seadanya.

"Anjir... Malu banget. Gue nggak mau lagi ketemu sama Dede Aqqila, nggak mau." Rengek Raden, lalu keluar dari kelas dengan menghentakkan kakinya.

"Bukan teman gue" tutur Roni, menatap punggung Raden yang sudah menghilang di balik pintu.

Ketiganya tak ada yang membuka suara, Darel sibuk dengan ponselnya, Nathan yang sibuk dengan buku, dan Roni yang sibuk melamun.

"Awsh.. panas banget." ringis seorang gadis, tepat di depan kelas mereka. Seluruh siswa menatap ke arah sumber suara, terutama Nathan, Darel dan Roni.

"Felly!" Batin Nathan, cowok itu bangkit dari duduknya kemudian berlari ke arah Felly yang merengek kesakitan akibat tak sengaja bersenggolan dengan adik kelasnya, yang membawa secangkir susu panas.

Darel dan Roni saling pandang, kemudian keduanya menghampiri Nathan dan Felly.

"Fel... Tangan lo melepuh, pasti perih ya!" Nathan meraih tangan Fely, kemudian meniupnya. Fely sedikit risih dengan sikap Nathan, yang membuat mereka jadi bahan nontonan siswa.

"Maaf kak, saya nggak sengaja." Sesal sang pemuda.

Nathan menolehkan badannya menghadap sang pemuda yang tak sengaja menumpahkan susu panas ke punggung tangan Felly.

"Lo udah buta, hah!" Bentak Nathan, membuat sang pemuda terkejut.

"Saya nggak sengaja kak, maaf." Pemuda itu menunduk, takut dengan tatapan Nathan yang seakan ingin membunuh.

"Udah Nath, nggak usah di marahin. Lagi pula dia juga nggak sengaja," bujuk Felly, takut jika Nathan berkelahi di sekolah.

Nathan beralih menatap Fely, "Tapi dia tetap salah, Fely. Dia udah bikin tangan lo melepuh," Balas Nathan tak terima.

"Gue gapapa kok, lagi pula ini cuman luka kecil doang."

Nathan menggelengkan kepalanya tak percaya dengan ucapan Felly barusan, tanpa berfikir panjang Nathan langsung menarik tangan Fely untuk pergi dari sana.

"Kalian mo kemana?" Tanya Roni.

"UKS" jawab Nathan datar.

"Mending Lo pergi, masalah ini biar kita-kita yang selesain." Ucap Darel yang sedari tadi hanya menyimak.

Pemuda itu mengangguk, "makasih ya kak, kalau gitu saya permisi." Pamit sang pemuda, lalu berjalan pergi.

"Mereka punya hubungan spesial!" Batin seseorang.

**🥑**

Saat sampai di depan pintu UKS, Nathan langsung masuk ke dalam dengan Felly yang masih di genggamnya.

"Duduk" perintah Nathan dingin.

Felly hanya patuh dengan perintah Nathan, gadis itu tak berani menatap Nathan yang sepertinya sedang marah besar.

Nathan berjalan menuju lemari yang tersedia di UKS, lalu mengambil kotak P3K dan berjalan menuju brankar yang Fely tempati. Cowok itu meraih tangan Fely dan meletakkan di pangkuannya.

Fely meringis ketika Nathan mengoleskan salep ke tangannya, "tahan ya, bentar lagi kok." Ucap Nathan, nada suara cowok itu melembut.

Fely menggigit bibir bawahnya, melampiaskan rasa sakit di punggung tangannya. Walaupun Nathan mengoleskan salep dengan sangat hati-hati, namun tetap saja sakit dan perih.

Nathan mendongak menatap Fely yang sedang menahan rasa sakit, ia jamin setelah ini ia harus menjaga Fely dengan baik.

"Harusnya Lo nggak usah marah-marah tadi," kata Fely membuka suara.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 VICTORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang