Hari demi hari cepat berlalu, bulan berganti bulan dan juga tahun. Semakin memikirkan nya semakin sulit untuk bernafas rasanya, namun dia harus tetap kuat untuk menerima segala kenyataanya. 3 tahun lalu, dokter berkata bahwa Lev berhasil mengulurkan waktu kematiannya. Dari yang awalnya 8 tahun menjadi 10 tahun, tidak ada gunanya jika dunia tidak berhenti berputar. Sekarang dunia sangat kejam untuk Yaku, entah bagaimana pun Lev selalu melupakan orang orang di sekitarnya, Yaku berharap Lev belum melupakan dirinya.
Ini sudah 5 tahun lamanya, sisa 5 tahun lagi untuk Lev bertahan. Entah kuat atau tidak, Lev bukanlah contoh pria yang mudah menyerah.
"Yaku-san" sapa Lev
"Hai" balasnya
"Anda tau dimana saya tadi meletakkan cangkir? Sepertinya saya baru saja meletakkan sebuah cangkir, saya sangat haus" ucapnya
"Di belakangmu." ucap Yaku, padahal Lev baru saja mengambil cangkir dan meletakkan di meja yang ada di belakangnya. Separah itukah dia sekarang? Tidak! Masih lama waktu untuk sekarat, Lev yang langsung menoleh kebelakang itu langsung mengambil sebuah cangkir tersebut, dia mengambil air lalu meminum air dari cangkir itu.
"Yaku-san, saya kesulitan bernafas" ujar Lev sambil memegangi dadanya. Yaku langsung melompat dan buru buru mengambil alat bantu bernafas milik Lev. Yaku langsung memasangkan alat tersebut ke Lev, Lev pun mencoba untuk bernafas.
"Pelan pelan saja" ucap Yaku, lalu Lev pun bisa bernafas normal seperti biasa. Yaku pun bernafas lega
"Saya pikir saya sudah sekarat, ahaha maafkan saya Yaku-san.. akhir akhir ini saya sering merepotkan anda.." ujarnya
Haiba Lev, sosok pria berbadan tinggi yang mempunyai penyakit Alzheimer. Dia juga terkena penyakit lain seperti asma, namun lelaki ini tidak pernah mengeluh atas apa yang di deritanya. Ia selalu memasang muka yang ceria dan tidak pernah sedikitpun membuat orang lain merasa khawatir atau melihatnya bersedih, walaupun ada pucat dan kurus yang terlihat di wajahnya.
"Yaku-san, terkadang ketika asma saya kambuh.. saya merasa sangat tidak berdaya, ini sangat menyakitkan bagi saya.. dan melihat anda terlalu khawatir dengan saya, itu membuat saya benar benar terpukul dan mengutuk diri saya sendiri" ucap Lev, Yaku yang mendengar nya langsung menatap Lev
"Bicara apa kau? Aku sangat khawatir dengan dirimu! Biarkan aku merawatmu, sesungguhnya kau tau aku sudah merelakan mu.. namun itu sangat menyakitkan bagiku karena harus merelakan dirimu.. satu satunya cahaya hidupku" ucap Yaku sambil mengelus pipi Lev, Lev hanya terdiam dan tersenyum. Dia benar benar bersyukur,
'Tuhan.. aku tidak ingin merasakan rasa sakit lagi...'
———
Pukul 2.13 malam, Lev tiba tiba mengeluh bahwa dadanya sangat sesak dan pengelihatan nya kabur. Yaku yang terbangun buru buru memanggil ambulan dan menyiapkan beberapa barang untuk di bawa kerumah sakit. Yaku meneteskan air matanya, tidak! Tidak mungkin akan se cepat ini...
'Tuhan, izinkan aku untuk mendengar nya memanggil namaku sekali lagi..' harap nya dalam hati, ia terus berdoa agar Tuhan mengasihani nya dan mengembalikan kekasih nya.
Lev langsung di bawa ke dalam Unit Gawat Darurat, Yaku mengalirkan air mata nya dengan deras dan ia terus berharap dan berharap. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk sekarang,
'Tuhan, tolong jangan ambil bulan ku se cepat ini..'
'aku masih belum bisa merelakan nya jika tulisan takdir mu sudah di mulai dari sekarang'
'biarkan aku melihatnya tersenyum lagi..'
Sakit, sakit, sakit, dan sakit. Itulah yang di rasakan Yaku sekarang, perih di dadanya sangat menyiksa dirinya yang sudah tak berdaya ini. Lalu seorang dokter keluar dari ruangan, ia bertemu dengan Yaku. Yaku yang tadinya menangis langsung berdiri dan bertanya tentang keadaan Lev,
"Ah, dia sedang koma sekarang. Dia akan di pindahkan ke kamar rawat, saat dia sudah siuman dia akan di pindahkan ke rumah sakit lain.. hanya dokter dari Tokyo yang bisa menangani kasus berat seperti ini, saya berharap anda terus bersabar..." Terang dokter itu
Tokyo, ah.. Ibukota Negara Bunga Sakura itu, pulang kampung deh. Yaku sangat merindukan Negara Bunga Sakura itu setelah bertahun tahun lamanya dia tidak pernah kembali.
Yaku melihat ranjang Lev yang sedang di bawa keluar oleh perawat, dia akan di pindahkan ke kamar rawat sampai dia siuman dari koma. Jantung Yaku hampir berhenti berdetak ketika banyak selang yang di pasangkan di tubuh Lev, ini menyakitkan. Seharusnya Yaku tidak melihat ini, namun bagaimanapun takdir tetap memaksanya untuk mengetahuinya.
'Tuhan, terimakasih karena tidak membawa cahaya hidupku yang hampir redup ini pergi. Izinkan aku menjaga ciptaan mu ini sekali lagi...'
———
Pukul 10 pagi, Lev masih belum sadar dan kondisi nya masih dalam keadaan koma. Jujur, Yaku benar benar merindukan suara manja dari Lev ketika memanggil namanya dan juga pelukan dari sosok tinggi ini. Yaku menggenggam tangan Lev, dia tersenyum
"Hai manis.."
"Cepatlah bangun..." Yaku mempererat genggaman nya.
"Aku sangat merindukan mu.." ia mulai meneteskan air mata
"Saat kau bangun kita akan pergi ke Tokyo..."
"Pulang kampung, dan kita akan menikmati bunga Sakura lagi disana..."
Ia berhenti sejenak lalu mengusap air mata di pipinya
"Hai nak, kita tidak perlu kembali pulang ke negara ini lagi... Kita akan menetap di Tokyo dan tinggal di apartemen lama kita, aku akan membeli apartemen tua itu dengan harga yang sangat mahal asalkan kau bangun untuk ku..." Ucapnya lagi seperti dia membujuk anak kecil agar menuruti segala perkataan nya, namun anak kecil yang ini sangat keras kepala. Dia tidak mau pulang, dia hanya ingin bermain bebas di dunia nya
Yaku hanya terdiam tak bersuara. Tidak, ini bukan waktunya untuk menangis
Ini adalah waktunya untuk menunggu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita Berdua [LevYaku] ! END ! #INDONESIA
أدب الهواةTahun ajaran baru kelas 3 bagi Morisuke Yaku. Mulai dari tahun ini mungkin dia akan menemukan cerita hidup baru, dan dimana awal cerita hidupnya di mulai... Bertemu dengan Haiba Lev bukanlah hal yang buruk, dia senang Si Tiang Bule itu ada di sisiny...