2. Mata Kelabu

724 115 9
                                    

Pesta pertunangan Putra Mahkota Kekaisaran Zerion dengan Isela Dielle dari keluarga bangsawan Earl berlangsung meriah. Sudah menjadi rahasia umum jika pertunangan mereka terjadi atas wasiat dari mendiang kaisar terdahulu yang merupakan kakek dari Putra Mahkota.

Semua tampak menikmati pesta. Semua---kecuali si pemilik acara sendiri. Lakhzlerion menatap malas beberapa pasangan yang tengah berdansa. Sesekali, dengkusan samar akan keluar dari mulut. Ia sangat bosan.

"Ehem."

Lakhzlerion mengabaikan deheman pelan seseorang yang menyikut lengannya pelan. Mengingat mereka duduk bersampingan.

"Tidakkah sebaiknya ... kau mengajakku berdansa, Yang Mulia?"

Lakhzlerion memutar bola mata. Jangan harap ia akan mengajak perempuan itu---

"Kakek lihat. Lakhzlerion jahat padaku."

---berdansa. Sialnya, Lakhzlerion sudah berdiri, sedikit membungkuk di depan perempuan itu dan mengulurkan tangan.

"Maukah Anda berdansa dengan saya, Tuan Putri?" Menahan umpatan, Lakhzlerion bertanya dengan ramah.

Isela Dielle berdiri, membungkuk dengan sedikit mengangkat gaunnya sambil tersenyum anggun.

"Dengan senang hati, Yang Mulia."

Terpaksa, Lakhzlerion membawa Isela ke lantai dansa dan mereka pun mulai berdansa diiringi musik klasik kekaisaran. Para pasangan sebelumnya menyingkir dan memberikan pasangan baru itu ruang bebas. Lakhzlerion dan Isela menjadi pusat perhatian. Di mata pengamat, mereka sangat serasi. Namun, mengingat warna mata Lakhzlerion, diam-diam mereka melirik Isela kasihan.

Lakhzlerion menyadarinya. Karena ia sendiri pun mengasihani perempuan cantik yang resmi menjadi tunangannya beberapa jam lalu tersebut. Kira-kira berapa lama Isela akan mampu bertahan dengannya? Seminggu? Sebulan? Dua bulan? Atau kapan?

"Apa yang kau pikirkan, Lakhzlerion?"

Lakhzlerion mengerjap, tersadar dari lamunan. "Bukan urusanmu," ketusnya.

"Kecilkan suaramu. Semua memperhatikan kita. Tolong jangan mempermalukanku, ya."

Lakhzlerion menahan keinginan untuk memutar mata jengah. Mereka terus berdansa sambil terus bersitatap. Jika wajah Isela dihiasi senyuman, lain halnya dengan wajah Lakhzlerion yang kaku tanpa ekspresi.

"Mengapa?"

Isela mengernyit. "Huh?"

"Mengapa Anda menerima pertunangan ini, Nona Dielle? Seingat saya, kita tidak sedekat itu."

"Dulu. Setelah malam ini, kita akan sedekat itu."

"Hanya dalam mimpi Anda, Nona Dielle."

"Bukankah semua memang berawal dari mimpi, Lakhzlerion?"

"Tidak bisakah Anda jawab saja pertanyaan saya?" gerutu Lakhzlerion.

"Karena, aku tidak bisa menolak kakek."

Lakhzlerion berdecih. "Seperti Anda sedekat itu saja dengan kakek saya."

Sayangnya, Isela hanya tersenyum.

"Kenapa? Karena aku mencintai Putra Mahkota!"

Suara Isela mengembalikan kesadaran Lakhzlerion yang bergelung dalam ingatan masa lalu. Lakhzlerion mengerjap bingung. Sebenarnya alasan Isela menerima pertunangan mereka itu karena apa? Karena tidak bisa menolak mendiang kakek atau karena mencintainya? Tapi, apakah perempuan itu mengerti apa artinya cinta?

My Mr. VIVOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang