Lakhzlerion kembali memacu kudanya menuju istana dengan perasaan senang. Mungkinkah karena Si Paling Merepotkan yakni Isela tak ada lagi di dekatnya? Ya pasti karena itu. Namun jika memang karena itu, mengapa ia ingin sekali berputar arah dan kembali ke kediaman Earl?
Mungkinkah efek dari ciuman itu?
Mengingat kejadian manis yang menimbulkan sensasi mendebarkan itu membuat kedua telinga Lakhzlerion memerah samar. Agaknya memang karena itu ia jadi ingin berdekatan selalu dengan Isela. Adapun darahnya .... Lakhzlerion membasahi bibirnya tanpa sadar. Bahkan ia masih merasakan manisnya darah Isela yang ia cecap.
Mungkin di lain kesempatan ... ia ingin merasakannya lagi.
"Sialan. Isela pasti menyihirku agar selalu ingin menempel padanya saat kami berciuman tadi," oceh Lakhzlerion konyol.
Isela menyihirnya? Mustahil. Karena perempuan itu tidak pernah lulus saat tes akademi sihir. Singkatnya, Isela sangat polos. Tidak memiliki kekuatan sihir apa pun kecuali membuat masalah.
"Tidak! Jangan bawa anakku pergi!"
Teriakan histeris itu membuat Lakhzlerion menghentikan pacuan kudanya sekaligus menarik pikirannya yang tenggelam akan Isela.
"Tidak! Anakku tidak mungkin mati!"
Lakhzlerion mengarahkan kudanya untuk mencari sumber suara. Sampai di sebuah desa yang jaraknya paling dekat dengan istana, ia pun segera turun dari kudanya dan bergegas menghampiri kerumunan masa. Melihat kehadiran Putra Mahkota, tanpa dikomando mereka berlutut menunduk sambil memberi salam penghormatan. Termasuk Si Ibu yang tadi menangis histeris.
"Saya melihat. Bangkitlah."
Mereka menurut dengan kepala tertunduk. Jelas sangat menghindari kontak mata dengan Lakhzlerion.
"Mengapa Anda menangis, Nyonya?" tanya Lakhzlerion. Ia menatap sesuatu yang dibungkus kain putih di hadapannya sekilas. "Dan maaf ... di manakah suami Anda?"
Air mata wanita itu mengalir tanpa henti. Namun sekuat tenaga ia menahan diri agar tidak histeris seperti sebelumnya. "Putra saya telah menyusul suami saya ke nirwana, Yang Mulia."
Lakhzlerion pun merasa tidak enak hati. "Maaf saya tidak tahu. Yang tabah, Nyonya."
"Saya pun berpikir demikian, Yang Mulia. Tapi ini terlalu aneh. Padahal sebelumnya putra saya baik-baik saja. Lalu hari ini saya temukan ia tidak sadarkan diri dengan mulut bersimbah darah."
"Itu ... persis seperti kasus kematian sebelumnya saat para korban tidak sengaja menatap mata merah Yang Mulia Putra Mahkota."
Lakhzlerion tertegun. Entah suara siapa yang ia dengar tersebut. Namun ia penasaran dengan kebenaran akan mata merahnya yang menjadi kutukan. Mungkinkah memang benar?
"Yang Mulia, bisakah Anda mengusap kepala putra saya sebelum dikremasi? Saya merasa tersanjung bila Anda bersedia."
Lakhzlerion mengangguk menyetujui. Ia berjalan mendekati jasad yang dibungkus kain putih itu dengan perasaan berat.
Kematian.
Sungguh, Lakhzlerion benci sekali perpisahan.
Saat wanita itu membuka kepala mendiang putranya, Lakhzlerion membeku. Ia merasa waktu seakan terhenti. Putra wanita itu adalah bocah laki-laki yang sama ... yang ia jumpai saat bermain biola. Bahkan biola usang miliknya masih ada padanya. Ia berniat mengembalikannya, namun mengapa jadi seperti ini?
"Hiks! Anakku ... malangnya nasibmu, Nak."
Lakhzlerion mengepalkan kedua tangannya hingga buku jarinya memutih guna meredam tubuhnya yang tiba-tiba gemetar bak disiram air dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. VIVO
FantasyMy Mr. VIolinist's Vampire Obssession *** Lakhzlerion Zdlefiore adalah Putra Mahkota dari Kekaisaran Zerion. Ia terpaksa bertunangan dengan Isela Dielle dari keluarga bangsawan Earl atas wasiat dari mendiang sang kakek. Lakhzlerion dianggap sebagai...