"Rupanya klan terakhir dari keturunan mendiang Raja Vampir kita telah menampakkan sinarnya."
Seruan bernada datar itu dari seorang lelaki tinggi berpakaian serba hitam itu terdengar pelan di dalam sebuah gua yang besar. Tidak ada riak berarti dalam suara dan ekspresinya namun ada kelegaan di mata kelamnya.
Seorang wanita mendekat. "Benarkah? Setelah ratusan ribu tahun berlalu ... kenapa baru sekarang?" Ada banyak kebingungan yang tampak jelas di wajah pucatnya. Ia melihat jam pasir berukuran sedang -menjadi satu-satunya cahaya yang tidak bisa disentuh- bercahaya di tengah gua dengan gelisah. "Waktu kita tidak banyak."
Lelaki itu melirik singkat dan menggertakkan gigi.
Saat jam pasir yang mulai bekerja sejak ratusan ribu tahun yang lalu itu berhenti sebelum mereka berhasil menemukan klan keturunan dari mendiang raja vampir terakhir, bisa dipastikan klan vampir akan benar-benar punah.
Klan mereka sangat menantikan keturunan dari raja terakhir yang dikabarkan akan lahir oleh seorang ratu penyihir sebelum tewas terbunuh klan vampir lain. Mereka menunggu. Anehnya setelah ratusan ribu tahun berlalu tidak ada tanda-tanda apa pun. Mereka pun tidak berhasil menemukannya. Sehingga sebagian besar dari mereka memilih 'mati' karena lelah menanti.
Hanya mereka berdua yang rela 'hidup' dalam penantian.
"Entahlah. Ada begitu banyak rahasia. Kita mungkin bisa mengetahuinya jika telah menemukan junjungan kita yang baru."
"Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang, Suamiku?"
Sosok lelaki tinggi berpakaian serba hitam itu terdiam. Hidungnya mengendus kuat sekitar sekali lagi. Memastikan bahwa ia tidak keliru. Aroma darah yang khas dari junjungan baru mereka masih segar seolah baru menetes.
"Kabarkan orang-orang kita agar bangkit dari tidur panjang mereka. Kita harus segera menemukan calon junjungan kita itu secepat mungkin sebelum kita benar-benar musnah. Lalu lindungi dari jauh dan kirim orang yang sesuai untuk menjaganya dari dekat."
Wanita itu mengangguk patuh dan 'berlari' secepat kilat.
Tidak lama lagi ... mereka akan kembali berjaya.
♥♥
Untuk pertama kalinya, Isela membentakku.
Entah telah berapa kali Lakhzlerion mengulang kalimat itu dalam hati. Sepanjang pelajaran berlangsung, ia tidak fokus dan tidak terlalu peduli dengan suara-suara yang masuk ke telinganya. Ia merasa kacau dan itu semua karena .... Isela.
Lakhzlerion berdecak pelan. Merasa aneh dengan dirinya sendiri. Kenapa ya ia senang sekali menyalahkan Isela? Padahal ia menyadari jika tadi ... ialah yang menyebalkan hingga membuat tunangannya itu marah.
"Semua .... Mohon perhatiannya."
Lakhzlerion mendongkak, mengernyit saat menatap seorang lelaki yang berdiri di samping gurunya sebelum menahan napas saat -entah bagaimana bisa- ia melihat jantung orang itu tidak berdetak.
Mungkinkah ia adalah murid baru? Tapi .... Bagaimana mungkin orang itu bisa hidup tanpa jantung yang berdetak?
Orang itu tampak tersenyum ramah. Sesekali mengamati sekitar dengan penuh perhitungan dan tatapan mencari.
Lakhzlerion mengernyit. Sebenarnya apa yang tengah orang itu cari?
"Mencurigakan," gumam Lakhzlerion saat merasakan aura tidak biasa dari orang tersebut.
"Kita kedatangan teman baru. Silakan perkenalkan dirimu."
"Safiozth. Dari kediaman Viscount Atiuz."
Bisik-bisik mulai terdengar. Mereka tidak percaya jika si anak baru berasal dari kasta terendah karena wajahnya terlalu tampan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. VIVO
FantasyMy Mr. VIolinist's Vampire Obssession *** Lakhzlerion Zdlefiore adalah Putra Mahkota dari Kekaisaran Zerion. Ia terpaksa bertunangan dengan Isela Dielle dari keluarga bangsawan Earl atas wasiat dari mendiang sang kakek. Lakhzlerion dianggap sebagai...