Awal

68 1 0
                                    

Rafifanjing:
"Demi allah gua bakal lakuin apa aja demi lo va"

Dvashaka:
"Ga Fif, lo udah boong sama gue. Gue benci sama lo"
"Anjing"

Rafifanjing:
"Va gua sayang sama lo jangan gitu plis"

Dvashaka:
"Bacot lo anjing"

•••

"Gue benci banget sama lo, bang!!" ucap Varo sembari berlari keluar rumah.

"Lo mau kemana? gausah pulang sekalian, keluarga lo gak ada yang peduli sama lo!!" dengan suara yang sangat lantang kalimat tersebut berhasil keluar dari mulut seorang Laka.

Varo langsung terdiam dari larinya tadi. Sakit hati. Itu yg ia rasakan, entah mengapa abang kandungnya sendiri sangat tega sudah bicara seperti itu kepadanya.

•••

"Nek, Varo kangen masakan buatan nenek. Nenek apa kabar? Varo hancur banget tanpa nenek" ucap Varo yang sedang mengusap batu nisan yang bertuliskan nama sang nenek.

Varo bangkit dari duduknya, "Assalamualaikum nek, Varo pulang dulu ya" dan Varo pun berjalan meninggalkan wilayah pemakaman.

•••

"Tuhan, Varo capek. boleh ya Varo istirahat sebentar? sepertinya aku tidak akan kuat jika harus terus terusan seperti ini" ucapnya ditengah heningnya malam dan suasana perkebunan yang ada dihadapannya.

In call

"Lo jangan lupa makan Va, nanti klo lo sakit ngga ada yang jagain lo. Kita kan jauh banget"

"iya Sha, udah kok tadi gue makan mie hehe"

"tukan makan mie mulu, males bgt da"

"hehe iyaa, janji bsk ga makan mie lagi shaa"

•••

"GUE BENCI SAMA LO SHA, PERGI LO. JANGAN HUBUNGI GUE LAGI!!" ucap Varo dengan nada yang amat sangat tinggi

Sasha terdiam dan menangis, dia kaget, hatinya bagaikan dihantam oleh ombak besar.

"oke kalo itu mau lo, gue .. "

•••

-------------------------------------------------------


Semilir angin menyentuh kulit putih bersih milik seorang remaja laki laki yang kini sedang duduk diatas hammock, dengan sebatang rokok dan segelas kopi yang menjadi temannya ditengah heningnya perkebunan dibelakang pekarangan rumahnya.

Varo mengusap tangannya yang gatal akibat tersentuh oleh daun kering yang berjatuhan, dan kemudian ia meminum segelas kopi yang ia letakkan disamping tempatnya berdiam diri.

Burung berkicauan satu sama lain layaknya sedang mengobrol membahas indahnya ciptaan tuhan, dan pohon yang bergoyang mengikut arah angin menambah kesan kenyamanan untuk seorang remaja laki laki yang sedang berdiam diri itu.

DEVARO ASHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang