empat

35 6 0
                                    

bagaimana Arka tak tersentak?
saat Arka menoleh karena mendengar pertanya'an Ian yang tiba tiba, dirinya di kagetkan oleh wajah berparas cantik milik Ian yang berada dekat sekali jaraknya dengan wajah nya sendiri.

sontak Arka sedikit memundurkan dirinya karena kaget, namun apa yang Ian lakukan benar benar membuat Arka gila saat ini.

"hmm.. kaget ya?"

ucap Ian yang semakin mendekat kan dirinya pada Arka.

"Yan, kamu ngapain? kok belom ganti baju?"

Ian yang pastinya sudah hafal dengan teman nya yang biasa ia panggil bang Yunki itu, pasti kalau sedang terburu buru selalu melangsungkan langkah pesatnya meninggalkan studio, Ian pun mendapatkan pencerahan di dalam ruang gantinya.

sengaja ia tak melepaskan outfitnya, dan menunggu sampai Yunki dan Seulgi benar benar telah pergi darisana.

"lo kenapa gugup gitu sih"

ucap Ian yang semakin mengikis jarak diantara keduanya.
pasalnya Arka terus menerus menjauhkan tubuhnya dari Ian sampai pada akhirnya tubuh kekar itu membentur pelan meja kerjanya.

"awas Ar.. dibelakang lo banyak kamera"

kata Ian sambil sedikit memunculkan smirk nya, dan sesaat melihat kearah meja dibelakang Arka.

"buruan ganti deh Yan, abis itu kita dinner"

ucap Arka sedikit canggung.

"gimana..  kalo dinnernya ditunda dulu,
kita nya main dulu bentar"

"h - hah? Yan? main gimana maksud lo?"

Ian kembali berusaha mengikis jarak antara keduanya, kini Arka sudah tak bisa menghindar, akhirnya mau tak mau tubuh mereka pun kini saling bersentuhan, tak tau apa yang Ian pikirkan, namun Arka hanya bisa diam ditempatnya, pasal Ian yang terus menggodanya sedari tadi, membuatnya sedikit meninggalkan rasa  dihatinya.

Arka membiarkan Ian melakukan apapun untuk dirinya saat ini, ia masih terpesona dengan keindahan makhluk yang ada didepannya,
bak malaikat tak bersayap, manik cokelat mudanya yang dilapisi lensa kontak warna abu abu muda sangat kontras dengan rambut blondenya.

diam diam Arka perhatikan setiap sudut garis wajah Ian yang terlukis sempurna, hidung nya yang mungil namun mancung disertai bibir plump yang terbalut lipstck glossy, yang terlihat sangat kenyal jika saja Arka bisa menyentuh nya.

"Yan, lo mau apa?"

ucap Arka yang mulai terbawa suasana.

"lo pikir gue ga sadar? dari tadi lo merhati'in gue yang lagi photoshoot? bahkan lo sempet komplain baju gue terlalu terbuka?"

Ian kemudian mengambil tangan kanan Arka, ia jalan kan jari jari nya dari pundak hingga berhenti di siku Arka, Ian suka, ototnya tak begitu besar, sangat pas kalau menurut Ian, tentu saja Ian tak akan berhenti sampai sana, Ian sentuh lembut  tatto yang terukir indah di atas kulit Arka.

sampai akhirnya berhenti pada pergelangan Arka, kemudian Ian tuntun tangan Arka menyentuh pinggang ramping milik nya.

shitttt!!
tutur Arka dalam hati.

ramping, cantik, sempurna!!
lanjut Arka sembari sedikit meremas pinggang Ian.

Ian kemudian tersenyum saat sadar ternyata Arka tak menolak nya.
Ian gantungkan kedua tangannya di leher jenjang Arka.

"bukannya lo straight ya Ar? tapi kaya nya lo suka sama gue ya?"

tanya Ian.

Arka menggelengkan kepalanya pelan, Ian bingung, Pasal ada dua pertanyaan nya yang dilontarkan pada Arka, entah tidaknya Arka ini untuk jawaban dari pertanyaan Ian yang mana.

"Viaje" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang