delapan

33 6 0
                                    

jarum jam berjalan cepat tak disadari oleh mereka bertiga yang masih asik karaoke an sembari ditemani sedikit wine disana.

karena terbuai suasana, entah sengaja atau tidak, tak terasa Ian mulai mabuk oleh beberapa botol wine disana, sebenarnya dosisnya tak terlalu tinggi, namun entah sudah berapa gelas yang Ian teguk sedari dirinya di karaoke saat ini.

namun Arka memang sengaja tak ingin mabuk, mungkin karena kepingin minum, dia hanya mencicipi 1 sampai 2 gelas, Arka pikir, salah satu dari mereka harus ada yang bertahan sadar.

agar bisa pulang dengan selamat nantinya.

"Ar.. lo tau ga.. gue sebenernya suka sama Ian.. hehehe"

ucap Seulgi berbisik diiringi gaya sempoyongan khas orang mabuk itu.

"maklum kan Ar.. siapa sih yang ga suka sama Ian, se perfect itu.. semanis itu.. se sempurna itu ya kan?"

sahut Seulgi lagi, awal nya Arka ingin tau lebih, seberapa jauh Seulgi mengagumi sosok Ian, namun ucapan Seulgi kembali membuat Arka terdiam.

"tapi lo jangan bilang Ian ya, gue cuma mengagumi dia aja ko, gue bakal rela kalo misal dia cinta sama orang lain selain gue"

itu kata terakhir yang diucapkan Seulgi pada Arka, ada sedikit rasa lega dihati Arka, pasal ia tahu bahwa kalaupun memang pada akhirnya ia dan Ian memiliki hubungan, pasti Seulgi akan mendukung mereka nantinya.

malam semakin larut, sudah merasa tak bisa diatasi, kini dengan cepat Arka membopong Ian untuk membawanya pulang, dan meminta bantuan pelayan disana agar membawa Seulgi bersamanya.

Seulgi tak terlalu mabuk, jadi pasti tak akan terlalu merepotkan Arka nantinya.

setelah selesai membayar tagihan dan ketiganya sampai dimobil, Arka pun berniat langsung memulangkan Seulgi yang masih sadar namun merasakan sedikit pening dikepalanya, dan juga Ian yang sudah tertidur pulas karena mabuk berat.

"Gi.. kasih alamat rumah lo"

"Ar.. maaf ngerepotin, alamat gue di jalan permai di perumahan perum jati blok A, nomor rumah nya 145, rumah gue yang warna abu abu, sekali lagi maaf ya Ar"

"santai aja gi, kan juga ga sering kita have fun gini"

balas Arka yang mulai menjalankan mobil BMW nya menyusuri jalanan malam yang mulai sedikit lebih sepi dari pada pagi hari atau sore hari.

sekilas Arka perhatikan Ian yang tertidur pulas sembari kedua tangannya tak lelah memegangi sabuk pengaman, membuat nya terlihat imut.

kaya bayi aja

ucap Arka dalam hatinya, senyuman terulas indah di bibirnya, mengantarkan kehangatan bagi yang melihatnya di malam sedingin saat ini.

setelah menurunkan dan mengantar seulgi masuk kedalam rumahnya, Arka kemudian bergegas kembali ke mobilnya seakan tak ingin berpisah dengan Ian disana.

sebelum ia pakai sabuk pengamannya,
ia benarkan kepala Ian yang miring kearah jendela agar kembali tegak, perlahan ia susuri tiap wajah Ian menggunakan jari jari tangannya.

merasakan panasnya kedua pipi yang gembil itu.

merasa nyaman atas sentuhan Arka, Ian gerakkan kepalanya mendusal pada kedua tangan kekar itu, membuat Arka gemas dengan tingkahnya.

- - -

tak lama perjalanan yang Arka tempuh, mungkin hanya menguras waktu selama 20 menit untuk sampai di rumah Ian.

Arka geledah tas milik Ian, mengambil kunci pagar yang menyatu disertai kunci rumahnya juga.

setelah membuka gerbang, Arka putuskan untuk memarkirkan mobilnya di dalam, entah apa niat Arka, mungkin ingin menemani Ian untuk malam ini?

"Viaje" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang